***
Setelah beberapa menit berkendara, Rendy, Harsya dan Alinda pun sampai di komplek Perumahan Aji Saka. Karena bukan komplek perumahan yang sangat elit, mereka bisa masuk ke dalam dengan mudah. Mereka hanya ditanyai beberapa hal oleh satpam yang berjaga di depan gerbang.
Komplek perumahan ini termasuk sepi, entah karena sekarang masih waktunya jam kerja, atau karena isinya memang orang-orang yang individualis.
Rendy dan Harsya menyusuri jalanan sambil memperhatikan nomor yang tertera di masing-masing rumah.
"10.. 11..12..13! Itu Bang rumahnya!" Alinda menepuk-nepuk pundak Rendy sembari menunjuk sebuah rumah dua tingkat dengan dominan cat warna abu-abu muda.
Setelah memarkirkan motor mereka, Rendy terlebih dahulu mendekati pagar rumah dan menekan bel yang ada di sana. Alinda mencoba melihat ke dalam melalui celah gerbang. Namun ia tak melihat apa-apa selain teras depan yang kosong.
Harsya sendiri sibuk memperhatikan sekitar, ia melihat seorang ibu-ibu tengah menyapu lantai teras rumahnya.
Sudah tiga kali Rendy memencet bel, namun belum ada respon apa-apa. Rumah itu seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
"Kosong kah?" Alinda menatap Rendy dan Harsya bergantian.
"Kayanya sih iya, tapi gerbangnya nggak dikunci loh." Rendy memberi tahu. Matanya menyipit karena sinar matahari yang menyorot langsung, bulir keringat bahkan sudah menetes sejak tadi.
"Coba gue tanya sama ibu-ibu itu bentar." Harsya berjalan mendekati ibu-ibu yang tengah menyapu teras rumah nomor 15.
"Permisi Bu," sapa Harsya sopan.
"Ya ada apa?" ibu itu menatap Harsya dari atas sampai bawah.
"Penghuni rumah yang itu dimana ya Bu? Kami sudah memencet bel, tapi tidak ada balasan," tanya Harsya sembari menunjuk rumah Bela.
"Kamu ini siapa? Ada perlu apa sama yang punya rumah?" tanya ibu itu sambil menyincing sedikit daster motif batik kawung yang ia kenakan.
"Saya temannya Bela Bu, tadi Bela minta tolong sama saya dan teman-teman untuk mampir dulu ke rumahnya mengambil naskah drama dia yang ketinggalan. Saya kira di rumah ada orang tuanya, tapi sepertinya kosong," jawab Harsya panjang lebar disertai dengan sedikit kebohongan.
"Owalah... temannya nak Bela toh. Itu rumahnya kalau jam segini ya memang kosong. Soalnya nak Bela sama kakaknya lagi sekolah. Kamu sepertinya dari sekolah yang sama seperti nak Bela, kok sudah pulang?" tanya ibu itu dengan aksen yang sedikit medok.
"Saya belum pulang sekolah Bu, tadi minta izin ingin mengambil properti untuk acara teater. Terus Bela sekalian menitip dibawakan naskahnya yang ketinggalan," jelas Harsya senatural mungkin.
"Ngono toh? Yowes ayo saya temenin masuk ke dalam." Ibu itu menyandarkan sapunya ke tembok terdekat.
"Maaf, nama Ibu siapa ya?" tanya Harsya sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
(ADC) Antariksa's Detective Club 2.0 -Dear Diary
FanfictionKetika urusan ADC dengan D-Rex telah menemui titik terang, kini mereka malah dibuat penasaran setengah mati atas hilangnya salah satu siswi di sekolahnya. ~Hey, kalau ada yang baca ini. Gue boleh minta tolong nggak? Hehe.....I need a justice~ "Ck...