Hi! untuk jaga-jaga, chapter ini aku kasih rate 18+ ya. Happy reading!
*****
"A-apaan ini!!" aku langsung berteriak kencang dan menutupi tubuhku dengan selimut. "Apa yang kau lakukan padaku semalam!?"
Pangeran yang tadinya bersikap santai, langsung duduk dan memelototi teman-temanku serta teman-temannya yang berdiri di depan pintu.
"Kalian tidak mau pergi? tinggalkan kami berdua!" seru Pangeran. Mereka semua lantas buru-buru menutup pintu dan pergi meninggalkan kami berdua. Aku hanya bisa diam terpaku dan kembali mengecek tubuhku di balik selimut yang ternyata memang benar tidak menggunakan sehelai pun pakaian. Kondisi kamar juga berantakan, bajuku dan baju Pangeran berserakan di mana-mana.
"Ke-kenapa ini bisa terjadi" tanyaku takut-takut.
"Jihye-ya kau benar-benar tidak ingat?" aku menggelengkan kepala, raut wajah Pangeran terlihat kecewa pada reaksi yang kuberikan. "Ya sudah coba kau ingat-ingat dulu. Aku mau mandi dan bersiap-siap." Pangeran bangkit berdiri dan melemparkan selimut yang di sisinya kepadaku, kemudian dengan percaya diri pergi ke arah kamar mandi tanpa menggunakan apa-apa.
Sebenarnya apa yang terjadi semalam? kenapa aku bisa tiba-tiba lupa?
"Seingatku Bitna mabuk, lalu kami bertiga pergi keluar dari club lalu aku bertemu Pangeran..."
OH TUHAN, AKU BARU INGAT AKU BERTEMU PANGERAN DI PINGGIR PANTAI.
Perlahan-lahan satu-persatu ingatanku kembali ke permukaan seperti roll film yang diputar dengan cepat. Aku sekarang ingat awal mula ini semua bisa terjadi.
Malam itu, setelah kami turun dari mobil aku dan Pangeran tanpa basa-basi langsung masuk ke dalam hotel dan pergi menaiki lift karena kamar hotel kami yang ada di lantai lima belas. Waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi, jadi di lift hanya ada kami berdua.
Entah ada dorongan apa yang memasuki tubuhku dan Pangeran, kami yang sedang berhadapan tiba-tiba memiliki hasrat untuk saling mendekat. Pangeran menatapku sangat dalam, kemudian menarik pinggangku sehingga tidak ada sedikitpun jarak yang tersisa.
Awalnya tatapan Pangeran hanya tertuju pada mataku saja, namun lama-kelamaan ia beralih memandangi bibirku. Ia seperti singa yang hendak memangsa buruannya namun disiksa dulu secara perlahan.
Adrenalin tubuhku juga tiba-tiba meningkat, lift ini berubah menjadi tempat yang panas. Aku tidak tahan lagi ketika Pangeran mengusap bibirku dengan jarinya, jadi dengan cepat aku meraih bibirnya dan menciumnya hingga tidak terpikir untuk melepasnya.
Aku ingat saat itu Pangeran membalas ciumanku juga. Sesekali kami bermain lidah, tangannya pun tidak berhenti mengusap tengkuk leherku. Tidak lama setelah itu pintu lift terbuka, Pangeran tanpa basa-basi langsung menggendongku dari depan dan enggan berhenti dari ciuman kami yang menyenangkan. Aku yang sudah tidak sanggup lagi mencari kartu akses untuk memasuki kamar, berakhir pasrah dibawa oleh Pangeran ke kamarnya.
Usai berhasil memasuki kamar, Pangeran langsung menutup pintu dengan satu kaki dan membawaku ke ranjangnya. Kami hanya berhenti sebentar untuk mengambil napas seraya melepas pakaian masing-masing. Setelah sukses bertelanjang dada, Pangeran yang terlihat sudah tidak tahan lagi langsung membaringkanku di atas ranjang dan menempatkanku di bawah tubuhnya.
Ia lanjut menciumi bibirku sambil satu tangannya bermain di area dadaku. Tubuh kami benar-benar memanas dan adrenalin semakin meningkat. Aku pun tidak membiarkan Pangeran bermain sendirian, sesekali tanganku juga bermain dengan bagian-bagian tubuhnya. Di sela-sela ciuman yang memanas aku bisa merasakan Pangeran tersenyum ketika aku berhasil memuaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Prince
FanfictionMenikah dengan Jeon Jungkook Pangeran dari Kerajaan Korea, merupakan impian dari para gadis, tapi Na Jihye justru dijodohkan dengan Jungkook karena alasan konyol! Dapatkah Na Jihye bertahan hidup sebagai anggota Keluarga Kerajaan yang baru? bagaima...