Wedding Day & Fake Honey Moon

218 11 0
                                    

Akhirnya hari pernikahan pun tiba. Sudah sejak pagi tubuhku mual dan pusing karena rasa gugup yang begitu luar biasa. Hari ini adalah pernikahan dengan adat tradisional Kerajaan yang disiarkan di seluruh siaran televisi, radio maupun internet. Semua masyarakat dapat menonton siaran langsung, atau menghadiri istana kerajaan untuk menyaksikan pernikahan keluarga Kerajaan yang selalu diadakan dengan meriah.

Selama acara berlangsung, aku bisa merasakan tekanan yang begitu besar. Hidupku mulai hari ini berubah karena status sebagai seorang Putri resmi menjadi gelarku dan menjadi salah satu beban baru di hidupku. Sementara itu Jeon Jungkook terlihat sangat tenang, ia sama sekali tidak kehilangan wibawanya sebagai Pangeran Agung. Ekspresinya terlihat cukup bahagia bagi seseorang yang amat membenci perjodohan.

"Kami berharap kebahagiaan senantiasa menyertai pernikahan Yang Mulia Pangeran. Agungj dan Yang Mulia Putri." salah satu pemimpin dari pertunjukkan tari tradisional memberi kami selamat dengan suara yang lantang sembari membungkukkan badan sembilan puluh derajat ke arah kami diikuti penari lainnya. Lantunan alat musik tradisional terus bergaung dan memberikan suasana khidmat.

Acara pernikahan kami sudah berlangsung selama hampir dua jam dan rasanya aku sudah tidak kuat karena atribut tradisional yang kukenakan sekarang mulai terasa berat. Mulai dari riasan rambut hingga hanbok pernikahan yang berlapis-lapis.

Aku benar-benar ingin acara pernikahan ini cepat berakhir. Apalagi aku dan Pangeran duduk di tengah-tengah dan langsung disorot kamera dari berbagai sisi. Mau tidak mau aku harus bisa mengontrol ekspresi wajahku dengan baik.

"Kau lelah?" Pangeran yang sedari tadi tidak mengindahkanku, mendadak bertanya dengan eskpresi wajah yang terlihat sedikit iba.

"Tidak sama sekali." Karena gengsiku lebih besar daripada rasa lelah, aku pun dengan angkuh menepis pertanyaan Pangeran.

Pangeran tertawa kecil, ia lalu menyeka keringat yang membasahi pelipisku dengan sapu tangan yang ia bawa. "Wajahmu itu sangat pucat, mana mungkin tidak lelah. Berlagak angkuh tidak akan menyelamatkan tubuhmu."

Sialan aku terpergok mentah-mentah oleh Pangeran. Riasan yang lebih tebal dari biasanya ternyata tidak mampu menutupi wajahku yang berubah menjadi pucat. Namun sikapnya yang berpura-pura peduli terasa menggelikan sebab aku tahu dia hanya bersandiwara demi menunjukkan sosok Pangeran yang sempurna. Padahal aku jamin, usai acara ia akan berubah menjadi Pangeran yang dingin lagi.

Setelah melewati begitu banyak prosesi yang melelahkan, akhirnya acara pernikahan berakhir juga. Aku benar-benar kewalahan sampai-sampai mau pingsan saat memasuki kamar di istana. Untung saja Pangeran dengan sigap menopang tubuhku yang hampir ambruk dan meneriaki beberapa pelayan istana untuk segera membantuku yang sudah tidak sanggup lagi berdiri tegak.

Aku pun berhasil melepas hanbok yang berlapis-lapis ini, dan menggantinya dengan piyama yang nyaman usai mandi dan berendam air hangat. Pelayan istana juga menyiapkan beberapa kudapan manis dan teh hangat untuk aku dan Pangeran, sehingga kini kondisi tubuhku sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya.

"Apakah ada sesuatu yang dapat kami bantu lagi Yang Mulia?" Tanya Dayang Jung setelah selesai menghidangkan camilan dan teh hangat diatas meja. Ia adalah seorang dayang senior yang ditunjuk sebagai pelayan baru di istana Pangeran Agung.

"Tidak ada, ini semua sudah cukup. Kau boleh keluar." ucap Pangeran dengan sangat ramah. Ternyata ia memperlakukan pelayannya dengan sangat baik.

"Baik kalau begitu, namun maaf Yang Mulia saya harus menyampaikan sesuatu sebelum saya keluar dari kamar ini Yang Mulia."

"Apa itu?" tanyaku bingung. Pasalnya Dayang Jung mendadak terlihat gugup, dan dayang Junior yang berada dibelakangnya terlihat saling asik berbisik seperti akan ada sesuatu yang menyenangkan terjadi.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang