Satu hari semenjak artikel meresahkan itu mencuat, aku dan Pangeran ditugaskan untuk datang ke sebuah universitas negeri ternama Korea Selatan yang sedang mengadakan program kemanusiaan. Mereka mengundang kami sebagai pembicara, sekaligus ikut membuka program yang akan diadakan selama dua hari kedepan.
Alasan pihak universitas mengundang kami yakni didasarkan pada latar belakang Pangeran Agung yang gemar menghadiri acara-acara amal dan sering kali berkontribusi pada pembangunan panti ataupun yayasan yang menampung anak-anak yatim piatu, atau orang tua yang sudah lanjut usia. Pangeran Agung juga sering pergi ke beberapa negara yang secara ekonomi terbelakang untuk membantu masyarakat lokal mendapat kehidupan yang lebih layak.
Meskipun aku merasa terhormat karena diberi kesempatan untuk menghadiri acara yang bertujuan mulia tersebut, namun sejujurnya aku khawatir akan pandangan para mahasiswa karena rumor yang sedang ramai dibicarakan. Sempat aku berpikir untuk kabur, namun rasanya itu akan membuat keadaan semakin sulit saja. Bagaimanapun juga kami diundang berdua, jadi aku harus menemani suamiku karena ia pasti menghadapi situasi yang sama.
Sesampainya di kampus, kami langsung dikawal dan diantar masuk ke ruang tunggu yang sudah disiapkan. Di sana kami bertemu dengan sang moderator dan diberi sedikit arahan tentang bagaimana nanti acara akan berjalan.
Sejauh ini aku masih bisa tenang, sampai akhirnya waktu untuk naik ke panggung tiba. Kira-kira ada dua ratus mahasiswa berkumpul di auditorium untuk melihat kehadiran kami berdua, dan aku bisa merasakan jantung ini berdetak sepuluh kali lebih cepat ketika riuh penonton terdengar.
Moderator memanggil nama kami berdua, aku dan Pangeran pun naik ke atas panggung dan saat itu juga silau cahaya dari kamera para wartawan langsung menyambut kami berdua. Aku dan Pangeran membungkuk di tengah-tengah panggung, kemudian duduk berdampingan setelah dipersilahkan oleh moderator acara.
Sesi awal bincang-bincang masih berjalan dengan lancar. Aku tidak begitu memerhatikan kursi penonton karena sibuk memberi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan moderator, namun ketika giliran Pangeran yang lebih banyak memberi jawaban, pada saat itulah aku menyadari bahwa ada yang salah dengan reaksi para mahasiswa.
Aku bisa melihat di baris tengah dan belakang banyak mahasiswa yang saling berbisik sambil melempar pandangan yang tidak enak ke arah kami berdua. Awalnya aku menyangkal dan mengira bahwa ini khayalanku saja karena terlalu khawatir akan pandangan mahasiswa, namun lama-kelamaan aku sadar bahwa tidak mungkin itu hanya khayalan ketika para wartawan pun ikut berbisik dan memberi reaksi yang tidak biasa.
Tanpa sadar kedua tanganku bergetar hebat. Aku pun berusaha menyembunyikannya dengan melipat kedua tangan seperti hendak berdoa agar gemetarnya tidak terlalu terlihat. Rasa panik dan takut dengan cepat menggerogoti tubuhku hingga rasanya tidak mampu lagi bersuara.
"Baiklah sebelum acara berakhir, saya akan membuka sesi pertanyaan dari mahasiswa. Sebanyak tiga mahasiswa boleh mengajukan pertanyaan."
Sesi inilah yang paling aku takutkan sebab pertanyaan para mahasiswa tidak dapat ditebak. Mereka bisa bertanya apa saja, dan para wartawan akan dengan sigap merekam setiap jawaban yang kami berikan. Sesi ini juga merupakan sesi favorit para wartawan, karena sering kali pertanyaan dari penonton menjebak tamu yang diundang.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya ada mahasiswa yang mengacungkan jari untuk bertanya.
"Saya tidak tahu apakah ini boleh ditanyakan, namun apa tanggapan Yang Mulia Pangeran Agung dan Putri mengenai rumor yang beredar sekarang?"
DEG.
Jantungku rasanya mau copot ketika pertanyaan itu diajukan. Beberapa penonton langsung riuh dan aku semakin takut kalau kondisi jadi tidak terkendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Prince
ФанфикMenikah dengan Jeon Jungkook Pangeran dari Kerajaan Korea, merupakan impian dari para gadis, tapi Na Jihye justru dijodohkan dengan Jungkook karena alasan konyol! Dapatkah Na Jihye bertahan hidup sebagai anggota Keluarga Kerajaan yang baru? bagaima...