Pertengkaran

169 10 0
                                    

Pagi ini Raja dan Ratu mengundang kedua orang tuaku ke rumah sakit milik Kerajaan untuk ikut mendengar langsung kabar dari dokter kandungan apakah benar aku sedang mengandung atau tidak.

Sebelum berangkat ke rumah sakit, aku sudah berpesan kepada Pangeran agar kami dapat bersikap layaknya pasangan suami-istri yang harmonis. Maka dari itu, kini Pangeran sedang menggenggam tanganku selagi perutku di beri USG oleh dokter, sedangkan Raja, Ratu dan kedua orang tuaku terlihat berharap-herap cemas sekaligus bahagia karena kami terlihat akur satu-sama lain.

"Yang Mulia Raja dan Ratu pasti akan senang mendengarnya" gumam dokter seraya wajahnya berubah menjadi sumringah. Aku dan Pangeran saling bertatapan dan tanpa satu kata pun keluar dari mulut, kami saling mengerti bahwa ini sudah seperti petaka di hidup kami.

"Bagaimana dok? apakah benar Putri sedang hamil?" Raja dan Ratu langsung menghampiri Dokter Park ketika ia sudah selesai dengan USG dan duduk di meja kerjanya.

"Selamat Yang Mulia, Kerajaan sepertinya akan kedatangan penerus baru" Dokter menyampaikan berita tersebut dengan wajah yang tidak kalah bahagia. Raja dan Ratu langsung berseru kegirangan, sedangkan ibu dan ayah langsung memelukku dan mengatakan terima kasih karena sudah mengandung penerus baru Kerajaan.

Aku dan Pangeran hanya bisa tersenyum palsu di tengah-tengah atmosfer yang penuh dengan kebahagiaan. Baik aku dan Pangeran, tidak pernah merencanakan ingin mempunyai anak, sebab mengurus rumah tangga sendiri tidak becus, apalagi mengurus anak? Kami harus menjadi orang tua seperti apa nantinya?

"Usia kehamilan Putri masih berumur empat minggu, jadi saya berpesan agar Putri selalu dijaga kesehatannya. Pola makan yang sehat dan teratur akan memberi kekuatan bagi ibu dan Janin, jangan lupa juga untuk selalu menjaga ketenangan diri agar tidak stress dan berdampak buruk bagi janinnya. Nanti saya akan resepkan beberapa obat dan vitamin untuk Putri"

Sepulangnya dari rumah sakit, kami sekeluarga langsung berkumpul di istana Raja dan berbincang-bincang soal kehamilanku yang tidak disangka-sangka datang dengan cepat. Ratu dan ibuku juga antusias membagi pengalaman saat sedang mengandung anak pertama dan bagaimana mereka mengatasi kondisi tubuh yang tidak enak.

Di tengah-tengah pembicaraan, aku sempat melamun dan teringat satu momen saat berlibur di Italia. Aku menyesal karena bisa-bisanya ceroboh dan melakukan sesuatu yang akibatnya akan aku tanggung seumur hidup. Kondisi Pangeran saat ini pun tidak sama baiknya denganku, ia juga terlihat gamang dan ekspresinya jelas mengatakan bahwa ini adalah hal paling bodoh dari yang terbodoh, yang pernah terjadi di dalam hidupnya.

"Besok saya sendiri yang akan mengumumkan kehamilan Putri kepada masyarakat"

Ucapan Raja barusan sukses menarikku kembali ke dunia nyata. Bagaimana bisa mereka langsung mengumumkan kehamilanku disaat aku bahkan belum bisa sepenuhnya menerima perubahan yang terjadi pada diriku. Ditambah apabila kehamilanku diumumkan, maka yang akan memantau diriku bukan hanya keluarga Kerajaan saja, namun masyarakat juga. Benar-benar tidak leluasa dan rasanya akan ada ribuan cctv yang memantau diriku setiap saat.

"Bukankah ini terlalu awal untuk memberitakannya? bayi yang dikandung Putri masih terlalu kecil, masih banyak kemungkinan yang terjadi kedepannya" kata Pangeran. Ternyata ia sama tidak setujunya denganku.

"Kemungkinan apa? kau tidak yakin dengan istrimu sendiri? ayah yakin bayi itu pasti kuat dan bisa bertahan sampai waktunya lahir ke dunia. Percayalah pada istrimu, dan jadilah suami yang baik setiap saat. Hanya itu yang dibutuhkan seorang istri"

Seperti biasa, kami tidak mungkin bisa menentang keputusan Raja. Jika ia berkata akan diumumkan besok, maka hal itu pasti akan terjadi dan tidak bisa dirubah kecuali ada kondisi genting yang memaksa pengumuman harus dibatalkan.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang