Jeon Jihoo

181 12 0
                                    

"Ayo sedikit lagi Yang Mulia! dorong lagi!"

Pinggang dan punggungku rasanya seperti hancur berantakan saat berusaha mendorong anakku keluar dari dalam perut. Sekujur tubuh ini mandi keringat, begitupun Pangeran yang sejak awal persalinan selalu berada di sampingku. Wajahnya juga pucat pasi, takut-takut aku menyerah di tengah jalan.

"Jihye-ya, aku mohon jangan menyerah." genggaman tangan Pangeran semakin kuat ketika ia sadar bahwa aku menunjukkan raut wajah tidak sanggup lagi. "Kau sudah janji tidak akan meninggalkan aku dan anak kita sendirian." Aku pun memberi anggukan tapi sambil menangis karena rasanya sakit setengah mati.

"Yang Mulia ini sudah mau berakhir, ayo dorong lagi!"

Dengan tekad yang susah payah aku kumpulkan, aku pun memberi dorongan sekuat yang aku bisa.

"Kerja bagus Yang Mulia!" dokter yang menangani persalinanku tersenyum lebar ketika anakku berhasil keluar dari dalam perut setelah satu dorongan terakhir. Suara tangis bayi laki-laki pun pecah dan sukses membuatku nangis tak karuan. "Anak ini adalah pejuang seperti ibunya." dokter Park menyerahkan anak kami ke atas dadaku agar aku dapat memeluk tubuhnya yang mungil.

"Jeon Jihoo, kenapa hidungmu mirip sekali denganku?" gurau Pangeran seraya menyentuh hidung Jihoo yang kecil. "Terima kasih Jihye karena tidak mau menyerah, kau sangat hebat." seulas senyuman hangat menghiasi wajah Pangeran. Ia lalu mengecup bibirku sekilas.

Aku sangat bahagia karena berhasil mengeluarkan seluruh kemampuanku hingga batas akhir demi anak ini lahir ke dunia. Aku dan Pangeran sering membayangkan keluarga kecil kami yang harmonis, apalagi membayangkan anak kami pergi ke sekolah, itu pasti sangat menyenangkan. Makanya kami sudah menyiapkan nama Jihoo dari jauh-jauh hari.

Nama Jeon Jihoo sendiri bermakna kecerdasan serta kebijaksanaan. Aku dan Pangeran punya harapan besar agar anak kami tumbuh menjadi laki-laki yang kuat, cerdas namun juga bijaksana. Kami sadar bahwa hidup menjadi anggota keluarga Kerajaan tidaklah mudah, apalagi memangku jabatan sebagai seorang Pangeran, akan ada banyak beban yang ia pikul di pundak. Kami tidak ingin Jihoo melakukan kesalahan yang ceroboh seperti orang tuanya, ia harus mempunyai hidup yang jauh lebih baik di masa depan.

*****

Berita mengenai penjatuhan hukuman kepada Lee Sooyeong sudah tersiar ke seluruh penjuru negeri.

Masih jelas di ingatanku saat aku hampir mati karena alergi kacang yang berhasil mencekik tengorokkan hingga membuatku sangat sulit mengambil napas. Efek alergi setiap orang memang beda-beda, dan sedihnya aku adalah salah satu orang yang nyawanya terancam jika terkena alergi.

Lee Sooyeong adalah pelaku utama dari percobaan membunuhku karena dendamnya yang memang ingin sekali direalisasikan. Ia benci karena aku berhasil membuat Pangeran memilihku. Ia juga benci karena kami membongkar semua kelakuan buruknya, di samping hukuman dari kami yang terbilang cukup ringan.

Soal ayahnya yang korupsi, tentu tidak ada kaitannya dengan aku dan Pangeran. Kejatuhan keluarga Lee disebabkan karena kecerobohan dan keegoisan mereka sendiri.

Setelah penyelidikan akhirnya diketahui bahwa Lee Sooyeong pernah membaca salah satu wawancaraku dengan sebuah majalah. Pada wawancara tersebut aku mengatakan bahwa aku benci kacang-kacangan karena alergiku yang cukup parah. Dari situ ia memutuskan untuk membayar salah satu pelayan istana agar dapat membawa masuk cupcake berbahan kacang ke dalam pesta ulang tahun sebab ia berhasil mengetahui informasi pesta ulang tahunku yang akan diadakan di istana dan hidangan apa saja yang akan disajikan.

Pelayan tersebut bahkan dibayar cukup tinggi sampai direncanakan kabur ke luar negeri. Makanya agak sulit melakukan penangkapan karena pelayan tersebut pandai bersembunyi, dan lihai sekali menjauhi cctv.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang