Ragu-ragu

157 16 4
                                    

" Berteman ? " Tanya Gaara dengan ekspresi kebingungan.

" Apa aku terlihat sangat menyedihkan untuk mu , sehingga aku harus berteman dengan gadis lemah seperti mu ! Hubungan rumit seperti itu hanya kegiatan yang tidak menguntungkan bagi ku. "

" Aku sama sekali tidak ingin dan tidak membutuhkan itu sekarang. Kenapa aku harus membuang waktu berharga ku untuk menjalin hubungan yang bahkan tidak jelas seperti itu!. "

Ini akan menjadi terakhir kalinya . Aku melihat mu dari pandangan ku. Jangan tunjukan lagi wajahmu dari ku ,,, atau aku tidak akan segan kepada mu . Walaupun kau adalah seorang putri bangsawan Hyuga. Jangan pernah berpikir bahwa aku takut pada klan mu ataupun kepada desa ini.... Menghancurkan tempat ini adalah hal yang mudah untuk ku. Tinggal kan aku sendiri... Pergilah sebelum aku berubah pikiran sekarang.. " ujarnya dengan Suara bariton nya yang khas.

Hinata yang tidak ingin mencari masalah apalagi dengan anak hokage dari suna itu , memilih segera beranjak dari tempatnya tanpa berpamitan terlebih dahulu. Hinata melesat dengan cepat melewati pohon besar di hutan tersebut. Beberapa kali pijakan nya terhenti di dahan pohon besar guna mengumpulkan Cakra dan menetralkan rasa gugupnya barusan. Saat ia hendak mengambil ancang-ancang untuk melanjutkan pijakannya, dibenaknya terlintas perintah dari hokage kepada dirinya. Apapun yang terjadi ia tidak akan membiarkan Gaara dan saudaranya terlepas dari pandangan nya. Setiap hal yang dikerjakan nya harus di pantai setiap saat.

Kali ini Hinata tidak ingin mengambil resiko lagi . Ia lebih memilih mengawasi nya dari jauh menggunakan byakugan nya. Walaupun nanti tenaganya akan terkuras cukup banyak karena menggunakan byakugan dalam waktu yang lama .

Sama seperti sebelumnya, Gaara tidak melakukan tindakan yang dituduhkan kepadanya. Mungkin itu , hanya sebatas prasangka dari tetua . Sebentar lagi matahari akan terbenam, cahayanya perlahan-lahan hilang dari peraduannya.

Hinata yang kelelahan karena menggunakan byakugan dalam waktu yang lama tidak menyadari bahwa orang yang dipantaunya sudah berdiri tidak jauh dari dahan pohon didepannya. Maniknya keduanya saling beradu cukup lama, keduanya lantas saling berpaling ke arah sembarangan.

Wajah Hinata tersipu malu sesaat keduanya bersitatap cukup lama. Perseekian detik kemudian ia mulai menyadari bahwa iya dalam masalah sekarang. Dia sangat keras kepala Gaara, pasti akan sangat marah Sekarang !

Setelah Hinata tertunduk lama iya akhirnya mendongakkan kepalanya ke atas tetapi Gaara sudah tidak lagi berada ditempat nya. Gaara, sudah menghilang tanpa jejak bahkan , Hinata tidak menyadari nya sama sekali.

Hinata terus menengok ke kanan kiri menelisik setiap tempat yang bisa dituju oleh matanya.Tetapi nihil , dia tidak dapat menemukan sosok yang beberapa waktu belakangan ini menghantui pikirannya.

Entah hanya perasaan nya saja atau memang ia pernah memiliki hubungan dekat dengan ninja dari suna itu. Setiap kali ia melihatnya ia merasakan sesuatu perasaan nyaman. Hal ini tentunya berbeda dengan rekan ninja nya lain , pasalnya ia tidak takut kepada ninja yang dijuluki ninja pembunuh oleh desa nya sendiri dan desa lainnya.

" Kau mencari apa ? Aku... " Tanya Gaara yang saat ini berdiri tepat dibelakang Gadis bermata byakugan itu.

Sejak tadi ia terus mengamati gerak gerik dari gadis yang sempat menjadi sahabat kecilnya itu. Sayangnya ia tidak berani menyapa nya , sekedar bertegur sapa pun tidak . Ia takut jika akan mendapatkan penolakan seperti yang sudah-sudah.

Bagaimana jika gadis itu juga menjauh darinya ? Lagi pula ini sudah lama mungkin saja gadis bermata putih yang dikenal nya bukan lah gadis ini! Walaupun sekilas gadis yang saat ini berdiri mematung didepannya Tampak mirip dengan gadis yang memiliki kenangan manis denganya.

" Selain lemah ternyata kau juga bisu dan tuli ya ? " Sentaknya dengan nada keras membuat Hinata terlonjat kaget karenanya.

Hinata yang mendapati bentakan dari Gaara lantas memilih diam seribu bahasa. Jika pun ia berusaha membela diri lagi itu tidak akan berhasil karena ia sudah benar-benar mati kutu dibuat nya.

" Kau benar keras kepala , kau tau aku paling membenci gadis keras kepala seperti mu. Apalagi orang lemah seperti mu ! "

~~~~~~~~

Sementara itu ditempat lain Neji Hyuga tengah sibuk mencari kesana-kemari Heirs hyuga, walaupun ia amat membenci gadis yang sudah merebut kebahagiaan dan juga perasaan sayangnya itu. Ia tidak mungkin menolak perintah dari pemimpin klannya. Ia mendapatkan tugas untuk membawa Hinata kembali ke dalam kediaman Hyuga dengan cepat.

Jika tidak , Hiashi-sama pasti akan menghukum nya seperti tempo hari.
Hanya karena ia lalai dalam mengawasi Hinata ia selalu mendapatkan hukuman menyakitkan dari Hiashi dan tetua klan lainnya.

Setelah mencari ke tempat kediaman Kiba dan juga Shino Neji belum juga menemukan Hinata. akhirnya terpaksa ia menggunakan byakugan nya dan menelisik ke seluruh penjuru Konoha, benar saja orang yang dicarinya berada di hutan pribadi Hyuga.

Neji dapat merasakan Cakra lemah dari Hinata, ia sangat yakin akan hal itu, karena hanya dialah yang memiliki Cakra terlemah di akademi dulu. Selain Cakra yang lemah itu , ia juga dapat merasakan Cakra yang begitu kuat namun diselimuti oleh kegelapan yang begitu tebal.

Dia mulai bertanya-tanya. Apa mungkin jika adalah musuh ? Tetapi, mana mungkin jika itu benar-benar musuh maka pasti sudah dapat ditemukan oleh anggota klan Hyuga yang berjaga di hutan itu. Sungguh musuh yang bodoh jika berani masuk apalagi mengusik tempat Hyuga.

Tak ingin berlarut-larut ia segera menjelajah kan kakinya menuju hutan pribadi Hyuga.

" Hinata-sama tuan Hiashi-sama sama memanggil anda untuk segera menghadap! " Titahnya kepada Hinata.

Kedua orang yang berdiri saling bersitatap itu pun menoleh ke sumber suara. Dan ya.. Neji mulai menyadari siapa pemilik Cakra gelap itu. Dia adalah bocah suna yang mendapatkan pasilitas tempat tinggal di kediaman Hyuga.

Tapi , bagaimana bisa keduanya bisa berada di sini , tempat ini ?
Apa yang dilakukan keduanya ?

" Ah.... Yah Neji-niisan. Terimakasih " jawab Hinata dengan sopan.

Setelah itu, keduanya pun pergi meninggalkan Gaara Seorang diri tanpa terlebih dahulu berpamitan padanya.

  " Apa yang coba kau buktikan dengan melakukan hal itu ?  Apa kau pikir semuanya akan berubah jika kau menang dalam ujian ini ! "

" Sayangnya itu tidak akan pernah terjadi. Jadi , berhentilah bermimpi! " Tukasnya tanpa perasaan bersalah sedikitpun pun.

" Yang dikatakan oleh tetua itu benar. Mundur lah dari ujian chunin ketiga , lagipula kamu tidak ingin menanggung apapun jika sampai terjadi hal yang tidak-tidak nantinya " ujar Hiashi menimpali perkataan tetua lain.

Tampaknya ia juga setuju jika putri sulungnya harus mundur dari ujian chunin Minggu depan. Dia tidak ingin mengambil resiko jika putrinya sampai terluka nanti.


Hyuga Hinata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang