misi baru

122 13 0
                                    

Hinata yang telah menerima misi dari Hokage, merasa gembira karena misi ini akan memberinya kesempatan besar untuk bertemu dengan Gaara lagi... Sebuah misi yang melibatkan dua desa. Desa sunagakure dan Konoha.

Kedua desa ini memang sudah dikenal menjalin hubungan baik selama 5 tahun belakangan ini. Keduanya selalu berusaha bahu-membahu dalam setiap urusan yang ada. Tidak jarang banyak misi dijalankan bersamaan.

Misi tersebut akan membawa Hinata ke Sunagakure, desa yang tersembunyi di dalam pasir. Walaupun baru saja pulang dari misi lain , Hinata amat senang dengan situasi nya saat ini. Timnya kembali diberikan kesempatan untuk menjadi ninja pengintai bagi suna yang saat ini dalam kondisi yang tidak baik.

Bersama rekan-rekan satu timnya, ia memasuki desa itu, berbaur dengan keramaian. Setelah melaui perjalanan selama 3 hari dua malam, rekan setim nya memilih beristirahat di penginapan sebelum melukan misi pengawasan bersama ninja elit suna yang lain.

Hinata yang memang dalam kondisi fit yang bagus memilih berjalan-jalan keluar dari penginapan nya yang tidak jauh dari pusat perbelanjaan. Saat dia berjalan di jalanan, dia tidak bisa menahan rasa nostalgia. Bayangan masa kecilnya terlintas di benaknya-bermain, tertawa, dan berlatih bersama Gaara. Bayangkan masa kecilnya memenuhi pikirannya walaupun saat itu bukan hanya bayangan kebahagiaan yang ada.

Tersesat dalam pikirannya, Hinata yang berbelok di sebuah tikungan dan tanpa sengaja menabrak seseorang. Ia tersandung ke belakang, tapi sebuah tangan yang kuat menangkap lengannya, mencegahnya jatuh. Ketika dia mendongak, napasnya tersengal-sengal.

"Ga... Gaara?" ia terkesiap, tak bisa mempercayai matanya.

Gaara berdiri di hadapannya, penampilannya yang dulu liar dan garang kini berganti dengan sikap tenang dan tabah. Hinata merasakan jantungnya berdebar kencang saat melihatnya. Mereka sudah lama tak bertemu, dan tak pernah dalam situasi yang tak terduga seperti ini. Sikap yang tak terduga seperti ini

"Ya, ini aku, Hinata," jawab Gaara dengan lembut. "Sungguh kejutan yang menyenangkan melihatmu di sini."

Hinata tersenyum, wajahnya sedikit memerah. "Aku... aku juga bisa mengatakan hal yang sama. Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu di sini."

Saat mereka berdiri di jalanan Sunagakure yang ramai, Hinata dan Gaara saling bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing. Mereka berbagi cerita tentang pertempuran yang telah dilalui, tantangan yang dihadapi, dan pertumbuhan pribadi. Rasanya seperti tidak ada waktu yang berlalu, seolah-olah mereka masih anak-anak, berbicara dan tertawa tanpa peduli pada dunia.

Misi Hinata di Sunagakure menjadi lebih dari sekadar tugas yang diberikan kepadanya. Ini menjadi sebuah reuni yang penuh dengan kehangatan, persahabatan, dan menghidupkan kembali kenangan lama.

Tok..tok!

Jantung Hinata berdegup kencang saat dia mendengar ketukan keras di pintu kamar tidurnya. Dalam sekejap, dia melompat dari tempat tidur, siap membela diri. Matanya mengamati setiap sudut ruangan, tapi tidak ada yang luar biasa. Itu masih sama seperti terakhir kali dia melihatnya. Hinata hanya bisa tersenyum sendiri, malu karena selama ini dia bermimpi tentang Gaara, sahabat tercintanya. "Tunggu!" dia berteriak, berjalan ke pintu.

Dengan satu dorongan cepat, dia membukanya, memperlihatkan sosok kokoh yang mengenakan pakaian bangsawan tradisional — ayahnya, Hiashi. Matanya, yang dipenuhi bayangan, kini terlihat jelas.

Sejak pertempuran terakhirnya selama ujian Chunin, ayahnya dan beberapa anggota klan Hyuga mulai melunak terhadapnya. Meskipun dia tidak lagi menerima tatapan mematikan seperti dulu, Hinata tetap acuh tak acuh. Rasa sakit yang dia alami telah membentuknya menjadi dirinya yang sekarang.

Tanpa menunggu jawaban dari putrinya, Hiashi memasuki ruangan dan melihat sekeliling beberapa kali. "Ayah ingin berbicara denganmu, hanya kami berdua," katanya, tangannya terjalin di belakang punggungnya. "Besok, aku sibuk sekarang. Maaf, Ayah, tapi Hinata harus mempersiapkan keberangkatannya ke Suna."

Hiashi menghela napas panjang mendengar penuturan putrinya itu." Kenapa kau selalu menghindar sekarang Hinata. Apa kau sangat terluka atas sikap ayah dulu. Tidak bisakah kamu memberikan ayah kesempatan sekali saja, untuk pertama dan terakhir kalinya " ucap hiashi dengan sendunya.

Hinata sama sekali tidak bergeming dari tempatnya. Ia sama sekali tidak menampakkan raut kasihan kepada ayahnya, gadis yang dulunya berhati hangat sekarang sudah menjadi dingin berjalan nya waktu.

Tim 7,8 dan 10 dikirim sebagai anggota tim darurat yang mempunyai tugas masing-masing selama di sunagakure. Perjalanan ketiga tim tersebut dimulai tanpa adanya percakapan sama sekali. Sejak perubahan Hinata menjadi dingin membuat suasana di sekitar nya juga mulai terasa tidak nyaman.

Bahkan Shinobi sekelas Naruto saja tidak mampu mencairkan suasana saat ini. Justru beberapa kali tindakan konyolnya malah mendapatkan teguran dari Shikamaru dan juga Hinata. Jika dulu, Hinata lah yang akan berdiri paling depan untuk membela Naruto. Maka, justru sekarang kabalikan nya, gadis itu sama sekali tidak menunjukkan sikap yang dulunya selalu menjadi ciri khasnya.

Setelah perjalanan panjangnya ke-tiga tim Konoha di pisah sesuai dengan tugasnya, mereka juga ditempatkan dititik yang berbeda- beda. Selama misi mereka disuna , sudah sangat jarang sekali untuk mereka semua nya bertemu sekedar bertukar cerita.

Kondisi suna, sangat mengerikan. Banyak korban berjatuhan yang tak terhitung jumlahnya. Bangunan rumah yang 64% nya sudah kembali menjadi pasir lagi. Kekacauan dan peperangan antara sunagakure dan juga Akatsuki membuat desa ini hancur dalam beberapa tahun Belakangan.

Dari berita yang beredar, kazekage terdahulu juga tewas karenanya. Sehingga sekarang telah digantikan oleh putranya. Hinata yang baru saja kembali dari menjaga perbatasan desa , langsung mendapatkan perintah untuk menghadap kazekage untuk melaporkan misi pengintaian nya di perbatasan desa yang termasuk kategori rawan menjadi pintu masuk anggota Akatsuki.

Hinata yang semulanya diantara oleh Shinobi Suna yang juga merupakan rekannya di perbatasan terpaksa meninggalkan nya seorang diri menghadap sang kage. Dengan perasaan was-was gadis itu berjalan dengan langkah tegasnya. Kegugupan nya sangat kentara sekali diwajahnya. Keringatnya sudah jatuh membanjir pelipisnya.

Perasaan campur aduk ya membuat sifat pemininmnya kembali seperti saat ia masih kecil. Apalagi setelah mendengar langsung tentang sahabat nya Gaara yang beberapa tahun lalu sudah resmi menjabat sebagai kazekage suna.

Biar bagaimanapun dia dan Gaara bukanlah anak kecil lagi. Kemungkinan besar juga, sahabat nya itu sudah melupakan nya. Sedekat apapun keduanya tentunya tidak boleh melupakan posisi nya saat ini, antara pimpinan dan juga bawahan

  Setelah pelaporan misi nya selesai, gadis itu segera pamit undur diri dari hadapan Gaara. Sejak dirinya menginjakkan kakinya diruangan kage ini membuat nya tidak nyaman. Sikap keduanya sangat canggung, tidak ada percakapan hangat seperti yang diimpikan nya.

Gaara sama sekali tidak berubah ia masih sama, dingin dan tidak tersentuh sama sekali. Percakapan keduanya juga sangat singkat dan formal. Gaara hanya menanyakan pertanyaan basa-basi tentang Konoha dan rekan tim nya yang lain tanpa menyinggung sedikitpun tentang nya.

" Aku sangat senang kali ini, kau lah yang dikirim oleh Konoha untuk membantu pengawasan desa selama aku tidak ada disini." Ujar nya sendu.

Hinata yang baru saja mendengar kalimat terakhir Gaara langsung mendongak, ia heran mengapa Gaara ingin pergi padahal mereka baru aja bertemu setelah sekian lama.

Ia sedih namun, tidak mungkin untuk menunjukan nya dihadapan Gaara. Apapun alasannya ia tidak berhak tahu karena bukan kewajiban Gaara untuk memberitahukan nya.

" Dengan seneng hati, lagipula ini adalah kewajiban kami ,kazekage "

Hyuga Hinata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang