Terimakasih 🥺

140 11 3
                                    


Lagi...dan lagi, karena ulah ku banyak orang terluka. Aku merasa bersalah dan hancur karena tahu bahwa orang-orang yang ku sayangi terluka karena ulah monster ini. Aku tak bisa mengendalikan tubuh ku, dan aku merasa hancur karena Hinata yang terkena dampaknya. Kenapa harus dia, kenapa gadis itu ? Aku merasa sakit hati dan bersalah karena tak bisa melindungi orang yang ku sayangi.

Aku harus pergi sejauh  mungkin sebelum monster ini melakukan sesuatu yang lebih buruk nantinya. Akan banyak korban yang jatuh , banyak orang tidak bersalah akan terluka entah mereka terlibat langsung maupun tidak langsung. Maaf kan aku Hinata, aku tidak dapat menolong mu sekarang. jika aku , tetap disini maka bisa jadi lebih banyak korban yang akan Terluka karena monster yang saat ini mengendalikan  tubuh ku . Tolong kali ini saja maaf kan aku!

  "  Agraaah..... Sialan kau! Keluar! " Umpatnya kepada dirinya sendiri.

" Berani sekali kau mengambil alih tubuh ku !" Serunya lagi dengan tangan terkepal nya Hendak melayangkan tinjunya kepada monster yang diberi nama shukaku itu. " Keluar kau monster sialan. ! Keluar jika memang berani jangan bersembunyi di dalam tubuhku.... Lawan aku jika memang kau berani.. Dasar rakun pengecut. "

Gaara tidak henti-hentinya mengumpat kepada rakun yang bernama shukaku itu. Walaupun saat ini sudah hampir sebagian tubuh nya sudah berubah seutuhnya menjadi monster shukaku.  Iya tidak boleh lengah lagi sekarang jika itu terjadi maka seluruh tubuhnya benar-benar akan dikendalikan oleh monster shukaku. Jika Gaara sampai berubah di desa ini maka bisa dipastikan , pihak yang berkepentingan akan menggunakan shukaku sebagai alat untuk memporak-porandakan desa Konoha sama seperti desa nya dulu.

Hal itu tidak boleh terjadi lagi, sudah cukup banyak korban yang mati gara-gara monster didalam tubuhnya. Iya tidak ingin lagi menambah kebencian di hari orang-orang disini, walaupun sejujurnya dia tahu semua orang sudah membencinya tanpa sadar, hanya saja mereka takut dan segan kepada bocah itu! Mana mungkin mereka berani mengatakan nya langsung didepan orangnya, jika memang sudah tidak berniat hidup lagi.

Jembatan desaa.....

Disinilah Gaara menyendiri lagi, sudah hampir setengah jam bocah berambut merah darah itu , duduk diam di atas tiang penyangga jembatan penghubung desa Konoha dan desa tempat tinggalnya. Netra nya sesekali menelisik ke kiri dan kanan memperhatikan pembatas antara dua desa yang bisa dikatakan bertolak belakang. Desa Sunagakure adalah desa yang identik dengan pasir , panas dan kekeringan. Berbeda dengan suna desa Konoha merupakan kebalikannya, desa ini begitu subur , pohonnya tumbuh menjulang tinggi hampir setinggi gerbang masuk kedua desa.
Di atas tiang penyangga jembatan, Gaara duduk sendirian.  Di satu sisi, Desa Konoha menawarkan kontras yang mencolok. Desa ini begitu subur, dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi hampir setinggi gerbang masuk kedua desa tersebut. Gaara merenung dalam keheningan. Dia sudah terbiasa dengan kesendirian, tetapi kali ini rasanya berbeda. Dia merasa terpukul oleh perbedaan yang begitu mencolok antara dua desa ini. Desa Sunagakure adalah tempat kelahirannya, tempat yang ia sebut sebagai rumah. Namun, kekeringan dan kerasnya hidup di sana sering membuatnya merasa terisolasi. Sementara itu, Desa Konoha adalah tempat yang begitu asing baginya. Suburnya alam dan kehidupan di desa itu membuatnya merasa terpesona, tetapi juga membuatnya merasa seperti orang asing. Gaara merenung tentang bagaimana dua desa yang begitu berbeda ini bisa hidup berdampingan, dihubungkan oleh jembatan yang seolah menjadi simbol persatuan. Di tengah keheningan, Gaara menyadari bahwa perbedaan adalah bagian dari kehidupan. Meskipun desa-desa ini memiliki karakteristik yang bertolak belakang, mereka bisa belajar satu sama lain dan saling melengkapi. Gaara mengambil inspirasi dari pohon-pohon yang tumbuh tinggi di Desa Konoha. Mereka menunjukkan bahwa meski lingkungan mereka berbeda, mereka tetap bisa tumbuh dan berkembang. Dalam kesendirian Gaara, ia menyadari pentingnya menjaga keseimbangan dan menghormati perbedaan. Persatuan dan kerjasama antara desa-desa adalah kunci untuk membangun dunia yang lebih baik, di mana semua orang bisa hidup berdampingan tanpa memandang perbedaan mereka.

Nyatanya hal itu hanya sebuah khayalan belaka. Faktanya, manusia di sekelilingnya seringkali tidak menghargai perbedaan. Bukti nyata adalah bagaimana dia selalu diperlakukan secara berbeda oleh ayahnya, saudaranya, bahkan oleh rakyat yang seharusnya dilindungi oleh ayahnya. Terlebih lagi, dirinya terpilih menjadi media bagi monster Shukaku bukanlah pilihan yang diinginkannya. Itu terjadi karena dirinya terpaksa dan tak memiliki pilihan lain. Sebagai manusia, dia ingin hidup secara normal seperti orang lainnya, bukan sebagai bagian dari monster yang menyeramkan.

Tidak jauh dari tempatnya, seorang gadis bernama Hinata masih menatap penuh arti ke arah Gaara. Nafasnya masih terengah-engah karena tadi ia berlari untuk menyelamatkan Gaara dari para Anbu dari desanya sendiri. Belum lagi Tenaga nya belum pulih betul akibat serangan mendadak dari monster di dalam diri Gaara.

Gaara, seorang bocah hampir sebaya dengan Hinata itu, masih terduduk lemas di tanah. Walaupun tidak ada tanda-tanda luka pada tubuhnya, namun wajahnya masih tampak pucat dan tak bergerak.

Hinata merasakan hatinya berdebar kencang karena khawatir. Ia ingin memastikan bahwa Gaara baik-baik saja, tidak terluka sama sekali. Namun, ia juga tidak tahu bagaimana cara untuk menunjukkan perasaan khawatirnya kepada Gaara. Hinata lantas memejamkan matanya beberapa kali bayangkan tentang penderitaan akibat kesepian melintasi dalam benaknya.

Akhirnya Gaara melompat turun, iya langsung mendarat kan kakinya ke tanah yang sudah mulai ditumbuhi rumput-rumput kecil.

Hinata bertanya dalam hatinya, "Apakah Gaara merasa takut dan kesepian seperti dirinya? Apakah Gaara pernah merasakan kepedulian dari orang-orang yang ada di sekitarnya?"

Pada saat itulah, Hinata membuka matanya dan menatap Gaara dengan penuh tekad. Ia tidak ingin Gaara merasa kesepian dan tidak diperhatikan oleh orang lain. Iya ingin menjadi seorang yang bisa berdiri di samping Gaara di masa sulitnya

Hinata bangkit dari duduknya, dan meraih tangan Gaara dengan lembut. "Baiklah, mari kita pulang. Ayo, aku akan membawamu untuk pulang."

Garaa sendiri terkesiap dibuat nya, tindakan Hinata membuat nya mematung beberapa saat. Mulut nya seakan terkunci, iya tidak mencolok maupun menerima secara sukarela, tanpa menunggu jawaban Gaara Hinata langsung mengandeng Gaara.

Setelah beberapa saat berjalan pulang, Gaara akhirnya membuka mulutnya. "Terima kasih, Hinata. Aku merasa senang memiliki seorang teman seperti kamu." Hinata tersenyum lebar. "Aku juga senang bisa menjadi temanmu, Gaara. Kita harus menjaga satu sama lain, ya?"

Gaara menatap Hinata dengan kagum karena tindakannya yang begitu peduli kepadanya. Ia merasa bahwa ada seseorang yang merawat dan peduli padanya.

Hyuga Hinata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang