E-15

39 17 14
                                    

Gadis yang tengah duduk di kursi samping ranjang itu kini melayangkan sesendok bubur pada lelaki yang tengah duduk bersandar di ranjang.

"Di makan dong."

Harua masih saja membuang muka. "Gak suka bubur."

Daisy menghela nafas panjang. "Ya terus ini gimana? Lo gak mau sembuh?"

Harua pun menoleh pada Daisy. "Mau."

"Yaudah lo makan biar cepet sembuh." Daisy kembali menyodorkan sesendok bubur.

"Tapi gue ga suka bubur, Dei."

Daisy pun menaruh buburnya di nakas. "Lama-lama kesel juga gue sama lo."

Harua terkekeh. "Maaf, Dei."

Daisy menghela nafas.

"Nanti lo makan buburnya ya. Harus dimakan."

Harua pun tersenyum. "Iya, Daisy."

Beberapa saat setelahnya, Daisy pun merogoh tas nya. Mengambil ponsel miliknya.

Daisy menyalakan layar ponselnya, ia pun terbelalak melihat ada 5 panggilan telfon tak terjawab.

"Astaga!"

"Kenapa Dei?" Tanya Harua yang terkejut mendengar Daisy berteriak.

"Jay tadi telfon gue sampe lima kali. Gue telfon dia dulu ya, Rua."

Harua menganggukkan kepalanya. "Iya."

Daisy pun menelfon balik Jay. Daisy yakin ada hal yang sangat penting untuk dibicarakan sehingga Jay menelfon nya berkali-kali.

"Halo?"

"Halo, Jay. Maaf aku tadi gak jawab telfonmu."

Terdengar suara Jay terkekeh kecil di sebrang sana. "Gapapa, Dei. Kamu lagi sibuk ya?"

"Ngga kok. Kenapa?"

"Emm.. Kamu lagi dimana?"

"Rumah Sakit."

"Ohh, aku jemput kamu ya?"

Daisy mengerutkan keningnya. "Mau kemana emangnya?"

"Nanti juga kamu tau kok. Aku jemput ya? Kamu tunggu disana."

Belum sempat Daisy menjawab, Jay sudah lebih dulu memutuskan sambungah telfonnya.

"Kenapa, Dei?" Tanya Harua begitu Daisy kembali menyimpan ponselnya kedalam tas.

"Jay minta ketemuan."

"Kapan?"

"Sekarang." Jawab Daisy sembari membereskan barang-barangnya. Kemudian beranjak dari duduknya. "Ru, gue keluar ya. Lo jangan lupa makan buburnya."

Harua mengangguk sebagai jawaban.

🌼

"Gimana? Udah kamu telfon?"

Jay mengangguk pelan. "Udah, Pa."

Papa pun tersenyum. "Bagus."

"Aku mau jemput dia di Rumah Sakit."

Papa pun mengangguk-anggukkan kepalanya.

Jay pun berlalu meninggalkan Papanya.

Jay memasuki mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan normal.

[END] Sepucuk Bunga DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang