E-18

38 14 8
                                    

Maaf lama gak up ;)
Bisa baca chapter sebelumnya kalau udah lupa sama ceritanya hehe

Selamat membaca

*****

Lelaki bermata kucing itu pun membuka matanya perlahan. Sekali-kali ia meringis karena punggungnya.

"Ahk..." Jungwon pun membenarkan posisinya.

Jungwon pun melihat ke seluruh arah, dapat ia lihat bahwa sekarang mobilnya berasap.

"Astaga." Jungwon pun menggoyangkan tubuh Daisy berkali-kali guna membangunkannya. "De, Dede bangun."

Jungwon pun beralih ke Jay, mencoba membangunkan nya juga. "Kak, Kak Jay bangun Kak. Mobilnya berasap."

Jungwon pun kembali meringis. Ia dengan pelan-pelan memegang punggungnya yang terdapat kaca menempel. "Ahk."

Jungwon berusaha mengeluarkan kaca itu dari punggungnya, namun itu sangat sakit. Ia tidak kuat.

Jungwon pun kembali menepuk-nepuk pundak Jay. "Kak bangun Kak."

Jay pun perlahan membuka matanya. "Ahk." Jay lalu membenarkan posisi nya, lalu menoleh pada Jungwon. Jay terbelalak melihat kepala Jungwon yang berlumuran darah. "Astaga! Jungwon kepala kamu, Dek."

Jungwon menggeleng. "Ngga, gapapa kak. Kepala kakak juga luka." Jungwon pun menoleh sekilas pada Daisy. "Kak, Daisy pingsan. Mobilnya berasap."

Jay menoleh pada Daisy, kemudian ia mencoba membuka pintu mobilnya. Lalu ia buka pintu mobil belakang dan mengangkat Daisy agar menjauh dari mobilnya yang sudah berasap.

Jungwon pun ikut keluar dari mobil setelah Daisy dibaringkan oleh Jay di tanah.

"Ah brengsek. Jalanan nya sepi." Umpat Jay.

Jungwon pun ikut duduk di samping Kakaknya sambil sesekali ia meringis.

Jay yang menyadari Jungwon kesakitan langsung memeluk Jungwon. "Maaf ya, Kakak ga bisa jagain kamu."

"Ahk.. Gapapa kak."

Jay melepaskan pelukannya, lalu memperhatikan punggung Jungwon. Jay membelalakkan matanya ketika menyadari punggung Jungwon yang berlumuran darah dengan beberapa beling yang masih menempel.

"Astaga! Jungwon punggung kamu!" Jay segera ke belakang Jungwon lalu perlahan-lahan ia menarik beling itu. "Tahan ya."

Jungwon berkali-kali meringis hingga akhirnya beling terakhir dapat terlepas dari punggungnya.

"Aduh dalem banget lukanya."

Jungwon pun menggigit bibir bawahnya ketika merasakan perih yang luar biasa di punggungnya.

Jay pun dengan cepat mengelus-elus puncak kepala Jungwon. "Won, tahan ya. Kakak cari bantuan dulu sebentar."

Jay pun beranjak dari duduknya, lalu menjauh dari Jungwon dan Daisy yang masih pingsan. Jay berjalan ke jalan raya untuk meminta pertolongan.

🌼

Dua orang tua dan satu orang anak kini tengah berjalan terburu-buru akibat cemas setelah mendengar kabar bahwa anak pertamanya yakni Daisy terlibat kecelakaan.

"Dok, gimana keadaan anak saya?" Tanya Bu Nita—Mama Daisy— setelah sampai di depan ruang rawat Daisy.

"Pasien sudah siuman, dan syukurlah dia baik-baik saja. Luka akibat kecelakaan tadi sudah kami obati. Dan pasien juga sudah bisa pulang." Jelas Dokter.

Bu Nita menghembuskan nafas lega. "Syukurlah."

"Baik, saya permisi dulu ya Bu, Pa." Dokter pun berlalu menyisakan tiga orang disana.

"Om, Tante."

Sontak semua mata tertuju pada seseorang yang baru saja datang.

Bu Nita mengernyit. "Ngapain kamu disini? So so an di perban segala kepalanya."

"Mama, Mama ga boleh kayak gitu. Kak Jungwon juga kayaknya lagi sakit ya kak?" Sahut Leala membela Jungwon.

Jungwon tersenyum. "Aku juga korban kecelakaan tadi, Lea."

Tiga pasang mata kini terbelalak.

"Oh, jadi kamu yang menyebabkan Daisy terluka?! Kamu tega liat Daisy kayak gini?! Atau kamu emang sengaja melakukan ini?! Kamu yang berencana bunuh Daisy?!"

Jungwon menundukkan kepalanya. "Maaf tante. Jungwon ga bermaksud celakain Daisy."

"Anak pembawa sial!" Bentak Pak Richard—Papa Daisy— pada Jungwon.

"Pa, Ma. Ini rumah sakit." Sahut Leala berusaha memisahkan.

"Lea, kamu masuk jenguk kakakmu. Papa dan Mama mau bicara dulu sama anak brengsek ini." Ujar Mama.

Leala menghela nafas berat, mau tidak mau ia pun memasuki kamar rawat kakaknya.

"Kak," Panggil Leala begitu ia memasuki ruang rawat kakaknya.

Daisy menoleh namun tak menjawab apapun.

Leala pun duduk di kursi samping ranjang. "Kak Jungwon dimarahin Mama sama Papa."

Daisy mengerutkan keningnya. "Hah?! Kok bisa?!"

"Mama dan Papa pikir kalau yang menyebabkan kecelakaan ini Kak Jungwon. Kakak tau sendiri kan? Papa dan Mama emang ga suka sama Kak Jungwon."

"Astagaa.. Itu bukan salah Jungwon, dia juga korban."

Leala mengangguk pelan. "Iya kak, Lea tadi mau bela Kak Jungwon tapi itu susah. Papa dan Mama tetep salahin Jungwon."

Daisy menghela nafas panjang. Ia pun diam sejenak sebelum kembali berkata. "Oh iya, tadi ada Jay gak?"

Leala mengerutkan keningnya bingung. "Um? Jay siapa kak?"

"Oh iya kamu belum kenal ya? Dia temen kakak, ga sengaja ketemu waktu kita ke mall." Jelas Daisy yang langsung dipahami oleh Leala.

"Mmm.. tadi di depan cuma ada Kak Jungwon doang kak. Gak ada Kak Jay."

Daisy mengerutkan keningnya samar. "Apa jangan-jangan..."

🌼

Krekk

Seorang lelaki memasuki sebuah ruangan dengan tas yang ia gendong. Kemudian menutup kembali pintu tersebut.

Lelaki itu pun menghela nafas lega. "Akhirnya.."

Kemudian lelaki itu berjalan ke arah kasur, lalu duduk disana. Ia tersenyum sembari memandangi ruangan yang ia tempati sekarang.

Sepi. Karna dia memang sendirian saat ini.

Senyumnya pun sedikit demi sedikit luntur. Lalu menatap sendu ke arah lantai. "Mama,"

Ia pun diam sejenak, kemudian merogoh tasnya guna mengambil ponselnya.

Ia menatap ponsel tersebut, kemudian menghela nafas berat.

Ia menutup matanya sekilas sebelum akhirnya menyalakan ponselnya. Kemudian ia mengetik sebuah nomor lalu menelfon nya.

Lelaki bermata rubah itu kembali menutup matanya sembari menghela nafas panjang. "Semoga ini pilihan terbaik."

TBC

Guysss aku comeback!!
Maaf yaa, selama ramadhan aku kelupaan lanjutin cerita ini huhuuu

Gimana gimana??

Tolong tuliskan isi hati kalian tentang cerita ini yaa di kolom komentar^^

See you!

[END] Sepucuk Bunga DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang