E-19

35 14 6
                                    

Brakkkk

"KAMU GAK BOLEH KELUAR DARI RUANGAN INI SEBELUM PAPA SURUH!" Bentak Papa Jay setelah mendorong Jay ke sudut ruangan hingga terjatuh.

Jay tidak menjawab, ia hanya menunduk mencoba agar tidak emosi.

"Berani-berani nya kamu menghianati Papa!" Bentak Papa lagi.

"Maaf, Pa. Jay gak bermaksud menghianati Papa." Lirih Jay yang masih menunduk.

"Maaf kamu bilang? Andai obat tidur itu kamu pakai ke minuman Daisy, pasti sekarang semua sudah beres."

"Tapi gak gini caranya, Pa." Jay pun mendongakkan kepalanya. "Kenapa juga Papa harus sekongkol sama dia?"

"Karena dengan cara ini kita jadi cepat mendapatkan uang, utang kita juga akan lunas. Kamu gak lupa kan? Kita selama ini makan enak itu semua uang dari teman Papa, Papa harus gantiin itu semua dan itu bukan jumlah yang sedikit."

Jay menghela nafas berat.

"Ingat. Jangan keluar sebelum Papa suruh." Ucap Papa sebelum akhirnya keluar dari ruangan sempit nan gelap itu lalu mengunci ruangan itu.

Jay memalingkan wajahnya. "Shit."

🌼

Daisy dan Leala pun keluar dari mobil setelah sampai di rumahnya karena Daisy diperbolehkan untuk langsung pulang. Sedangkan Papa dan Mama nya tidak langsung pulang karena mereka ada kerjaan.

Baru sampai di depan pintu, ponsel Daisy bergetar menandakan ada yang menelfon nya

"Kak, aku risih. Itu daritadi loh nomor itu nelfon kakak." Ujar Leala.

Daisy pun menghela nafas. "Kakak gak kenal ini siapa, Lea. Nomor ini bukan nomor Indonesia."

"Kalo nelfon lebih dari 3 kali berarti penting kak. Gak mungkin salah sambung."

Daisy diam sejenak, kemudian kembali melanjutkan aktifitasnya yang sedang membuka kunci pintu. Kemudian mereka berdua pun memasuki rumah mewahnya.

Dan setelah Leala menutup pintu, lagi dan lagi ponsel Daisy bergetar.

Leala menghela nafas panjang. "Ish Kakak. Udah lah jawab aja dulu, siapa tau penting. Risih aku."

"Iya iya." Daisy pun pasrah lalu akhirnya menerima panggilan telfon dari nomor tak dikenal.

"Hello? Who you are?" Tanya Daisy begitu telfon dimulai.

"Daisy, apa kabar?"

Daisy terbelalak begitu mendengar suara di sebrang sana. Jelas ia kenal suara itu, tidak salah lagi.

"S-Sunoo? Ini kamu?"

Leala sontak menoleh pada kakaknya ketika nama 'Sunoo' disebut.

"Kamu apa kabar hm?"

Daisy pun menitikkan setetes air matanya. "A-Aku baik-baik aja kok. Kamu gimana sayang? Kata perawat kamu lagi sakit ya? Kamu sakit apa?"

"Mmm... Dei,"

"Iya? Kenapa?"

Terdengar di sebrang sana bahwa Sunoo menghela nafas panjang.

[END] Sepucuk Bunga DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang