"Iya Faren suka sama Bella."
Sifa mengacak rambut anaknya gemas, "Gitu aja susah banget ngakunya, dasar gengsian."
"Bunda...." rengek Faren cemberut membuat Sifa tertawa geli.
"Faren, sini duduk sini biar Bunda kasih tau." suruh Sifa dengan menepuk space di sebelahnya.
Bukannya duduk di sebelah Bundanya, Faren justru membaringkan dirinya di sofa dengan paha Sifa sebagai bantalan. Sifa tersenyum lalu mengelus kepala Faren penuh dengan kasih sayang.
"Kalo Faren sayang sama Bella. Faren harus bikin Bella bahagia. Faren harus kasih kenyamanan buat Bella. Waktu itu Faren bilang kan ke Bunda, kalo Bella udah punya pacar. Kalo Bella sayang sama pacarnya, kamu engga berhak buat ikut campur urusan Bella. Karna itu hidupnya Bella, cuma Bella yang punya hak atas hidupnya. Kamu ga berhak menuntut sesuatu, terlebih lagi kamu bukan siapa-siapanya. Kalo Faren beneran sayang ke Bella, biarin Bella bahagia dengan hidupnya, biarin Bella tentuin dia mau gimana. Faren ga boleh memaksa. Karena perasaan itu dirasakan, bukan di paksakan. Faren ngerti?" tanya Bundanya.
Faren mengangguk pelan, "Ngerti Bunda."
"Faren tadi tanya, kalo Bunda seumuran kamu Bunda bakal suka apa engga ke kamu. Jawabannya tergantung. Kalo Bunda pribadi, Bunda ga bakal langsung suka sama kamu cuma karna status kamu itu tadi aja. Bunda bakal liat, bisa ngga kamu buat Bunda nyaman? Kamu sama Bunda cocok ngga? Bisa ngga kita kerja sama jadi pasangan? Karena sekaya apapun kamu, seganteng, sepinter, dan sebaik apapun kamu. Kalo ga cocok ya ga cocok. Perasaan itu gabisa dipaksa nak, semuanya harus atas dasar keinginan masing-masing. Kamu ga bisa paksain perasaan seseorang. Jadi, kalo kamu suka sama Bella. Cukup bikin Bella bahagia, aman dan nyaman." tutur Bundanya.
Helaan nafas berat terdengar dari mulut Faren. Entah kenapa hatinya kurang srek mendengar penuturan Sifa, ia jadi tak tenang memikirkan bagaimana caranya membuat Bella nyaman dengannya.
"Faren mau ketemu Daddy. Faren harus ngomong sama Daddy." kata Faren dengan bangun dari tidurnya.
Satu kecupan ringan mendarat di pipi Bundanya, "Faren mau ketemu Daddy, dah Bun." pamit Faren lalu segera berlari pergi keluar dari rumah dan melesat dengan motornya.
Sifa menggeleng-gelengkan kepalanya, pasti anaknya satu itu tidak cocok dengan nasihatnya, itulah kenapa dia mencari Derren untuk membicarakannya ulang dan meminta nasihat dari Derren.
••***••
Langkah kaki Faren memasuki gedung perusahaan pencakar langit milik Daddynya itu. Ia bergegas mencari Daddynya seperti akan ada berita besar yang harus disampaikannya. Faren menaiki lift untuk sampai diruangan Daddynya di lantai atas. Ia bersidekap dada dengan mengetuk-ngetukkan jarinya tak sabar menunggu pintu lift terbuka.
Hingga saat lift terbuka Faren langsung menuju ruangan Derren dan langsung membuka pintunya begitu saja tanpa perlu mengetuknya.
Terlihat seorang perempuan yang memakai kemeja putih dan rok ketat hitam duduk di depan Daddynya, posisi mereka hanya terhalang meja. Derren menatap Faren terkejut saat mendapati anaknya itu tiba-tiba datang.
"Kamu keluar dulu, nanti kita bicarakan lagi." perintah Derren yang dituruti karyawan itu.
Faren menatap dari atas sampai bawah dengan intens karyawan perempuan itu lalu segera duduk di kursi depan Daddynya setelah menutup pintu.
"Ada apa? Tumben ke sini?" tanya Derren dengan bersandar di kursi kebesarannya.
"Faren lagi butuh nasihat Daddy. Faren habis curhat sama Bunda, tapi hati Faren jadi kacau gara-gara ga cocok sama pendapat Bunda." cerita Faren.
KAMU SEDANG MEMBACA
FABEL {ON GOING}
Fiksi Remajakisah tentang seorang laki-laki yang memiliki iris mata coklat terang, wajah tampan, kaya raya, otak pintar dan populer. hidupnya sangat sempurna karna dia adalah sosok tokoh utama dalam cerita ini. DEAN FAREN ALFAHRI itulah nama yang berikan padan...