"Siapa Faren?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Derren-Daddynya.
Faren melirik Bella sekilas lalu menjawab, "Bella, temen Faren."
Sifa tersenyum dan mendekati Bella, "Cantiknya temen kamu, Nak." kata Sifa memuji Bella. Bella tersenyum tipis dengan semakin menggenggam tangan Faren erat, ia gugup.
"Itu kenapa luka luka gitu? Kamu apain?" Derren bertanya dengan tatapan menyelidik.
Tangan Bella yang berdarah dengan pipi memerah dan dagu bekas cakaran membuat Derren bertanya-tanya apa yang sudah di perbuat oleh putranya hingga membawa gadis manis dengan keadaan seperti ini.
"Bun, boleh minta tolong engga?" Faren tak menjawab pertanyaan Derren, ia justru beralih berbicara pada Bundanya.
Sifa pun menatap putranya untuk mendapat penjelasan mengenai bantuan apa yang bisa ia lakukan untuknya, Faren melirik Bella lalu berucap, "Punggung Bella luka-luka, bisa minta tolong Bunda buat obati lukanya ga? Faren ga mungkin obati luka yang di punggung dia."
Sifa-Bundanya Faren jadi meringis mendengar perkataan Faren, "Kok bisa luka-luka Nak?" tanya Sifa.
Faren menatap Bundanya dalam yang membuat Sifa jadi mengerti jika tidak semuanya harus di beri tau, Sifa lalu tersenyum kepada Bella dengan mengelus kepalanya lembut, "Ayo, biar Bunda obati." ajak Sifa.
Bella menggenggam erat tangan Faren dan tetap menunduk membuat Sifa mengangkat dagu Bella, "Heii... Ayo Sayang biar Bunda yang obati, kalo ga di obati nanti takutnya jadi infeksi." kata Sifa.
Bella menatap sosok perempuan yang tak lain adalah Bunda Faren, diusianya yang tak lagi muda, parasnya masih terlihat sangat cantik dan masih segar, seperti anak kuliahan.
"Gapapa sama Bunda gue biar di obati, Bunda gue ga galak." kata Faren.
Bella menatap senyum manis yang terukir di wajah cantik Sifa, lalu akhirnya ia ikut Sifa yang mengajaknya kearah kamar tamu untuk mengobati luka Bella, seperti apa yang Faren inginkan.
Faren menatap Bella dan Bundanya yang sudah masuk ke kamar tamu itu hingga pintunya tertutup dan dua wanita itu menghilang.
"Bisa jelasin?" tanya Derren membuat Faren sontak menoleh padanya.
"Dia dipukulin pamannya gara-gara pulang ga bawa uang." ucap Faren.
"Semaleman kemana aja? Ga inget rumah kamu? Lupa jalan pulang? Apa kejebak macet sampe subuh?" tanya Derren beruntun membuat Faren menghembuskan nafasnya malas.
"Aku udah izin ke Bunda, udah bilang kalo Faren ga pulang, nginep di apart." balas Faren.
"Kamu ada hubungan apa sama perempuan itu?" tanya Derren lagi yang membuat Faren berdecak kesal, Daddynya ini terlalu banyak tanya, wartawan saja kalah.
"Dia temen Faren Dad."
"Sejak kapan kamu punya temen perempuan?"
Faren menatap Daddynya dengan jengkel, ia lalu menarik nafasnya sebelum berbicara, "Faren pertama ketemu Bella itu di club, ternyata dia temen Faren di sekolah, Faren udah beberapa kali ketemu Bella dan Bella pernah tolong Faren waktu Faren jatuh dari motor. Terus semalem waktu Faren pulang dugem, Faren ketemu Bella di jembatan, dia mau bunuh diri, panjang ceritanya sampe akhirnya Faren bawa Bella ke apartemen Faren, kita kehujanan, kalo aku bawa ke rumah juga pasti nanti Daddy mikir yang engga engga, abis itu Faren suruh Bella tidur di kamar terus Faren tidur di ruang tamu. Terakhir, tadi pas Faren mau pulang ke rumah malah gasengaja liat Bella di jalan, Faren ikutin dia gatau kenapa, feeling aja tiba-tiba pengen ikutin Bella, abis itu pas sampe sana Faren tau Bella di pukulin, akhirnya Faren tolong dia." jelas Faren panjang kali lebar kali tinggi hingga membentuk rumus Fisika yang bisa menjawab soal sejarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FABEL {ON GOING}
Roman pour Adolescentskisah tentang seorang laki-laki yang memiliki iris mata coklat terang, wajah tampan, kaya raya, otak pintar dan populer. hidupnya sangat sempurna karna dia adalah sosok tokoh utama dalam cerita ini. DEAN FAREN ALFAHRI itulah nama yang berikan padan...