004. Permintaan Halilintar

1.6K 239 56
                                    

· ✯ ⋅

Merenung dengan pikiran keruh di tengah heningnya taman, kini Halilintar merasakan apa yang dinamakan ketenangan dalam padatnya hiruk pikuk kota.

Ia menikmati kesendiriannya di bawah langit sore bersama semilir angin yang menembus epidermisnya.

Halilintar menghela napas panjang yang seakan mengartikan jika suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Dilihat dari samping kanan terdapat pohon dengan dedaunan rindang yang bergoyang saat terkena angin sore.

"Sekarang udah pas 16 tahun ya," Halilintar yang semula menunduk kini mengadahkan kepalanya menatap langit jingga di ufuk barat, "berarti setahun lagi 17 tahun.".

"Gue takut, gimana kalau misal gue gak bisa hidup sampe umur 20 dan terkutuk selamanya di tubuh remaja 17 tahun?" ujarnya dengan wajah sendu penuh pernyataan yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

Bukan berarti Halilintar memiliki pikiran yang pendek namun ia hanya takut kejadian yang sama kembali terulang, yaitu dimana ia yang hanya bisa bertahan hidup hingga usia 17 tahun di kehidupannya yang sebelumnya.

Kendati sekarang ia memiliki tubuh yang sehat, namun tidak bisa dipungkiri jika rasa takut itu ada mengingat tidak semua orang meninggal akan sakit terlebih dulu.

Mungkin memang kesakitan namun tidak sampai bertahun-tahun lamanya, paling lama mungkin seharian.

Lagi-lagi Halilintar menghela napas, ia benar-benar lelah namun bukan karena memikirkan ketakutannya akan masalalu, tetapi karena masalah lain yang mendatanginya.

"Lagi ngelamun?".

Halilintar menoleh saat terdapat orang lain yang duduk di sampingnya. Pria itu mengenakan pakaian yang bisa dibilang jauh dari style bapak-bapak, dia Taufan yang sedari dulu tidak pernah suka dengan style baju bapak-bapak, katanya sih kurang cocok dengan wajahnya.

"Nggak, lagi napas." Halilintar menjawab seadanya lalu mengeluarkan ponselnya untuk bermain game, barangkali?

"Bocah bisa aja," Taufan menjitak kepala Halilintar yang sukses membuat Halilintar kesal.

Tidak sampai sana, kini Taufan merangkul Halilintar agar pemuda itu lebih dekat dengannya, "by the way, selamat ulang tahun yang ke 16 Halilintar. Maaf telat ngucapin," ucapnya sambil tersenyum manis andalannya.


Aku kangen panggilan Alin dari kamu Fan, ucap Halilintar dalam hati. Ia menunduk, diam-diam Halilintar tersenyum kecut tanpa Taufan sadari.

Sejujurnya meski dulu Halilintar paling tidak menyukai nama yang selalu Taufan sebut ketika memanggilnya, namun entah mengapa sekarang Halilintar malah merindukan panggilan itu.

"Om, sebagai hadiahnya boleh minta Lambo? Gak banyak kok, cuma sepuluh-" ucapan Halilintar terhenti saat Taufan berlari pergi dari sampingnya lalu berakhir dia menyeburkan dirinya ke danau dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

Melihat Taufan melakukan hal gila seperti itu Halilintar tidak langsung menghampirinya melainkan menghidupkan ponsel untuk mengirimkan pesan pada seseorang.

Si Paling harus di panggil Abang

Pan, Sopan|
Ketua mau laporan sebelum|
pulang|

[✔] 2. HE IS SIMILARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang