"Hey, senior Hayakawa."
Aki yang tengah mengupas apel di samping Denji bergumam kecil sebagai responnya, tak ingin fokusnya buyar dari apel di tangannya atau tangannya bisa menjadi korban tajamnya mata pisau.
"Kau dan senior [name] dekat, kan?"
"Ya, kita cukup dekat. Kenapa kau bertanya?"
"Apa senior [name] pernah memiliki kekasih sebelumnya? Atau dia memiliki orang yang dia sukai?" Aki meletakkan apel yang telah ia kupas ke atas piring dan langsung disambar oleh Denji.
"Aku tak tahu." Percuma dia bertanya pada Aki, bahkan teman lamanya pun seperti tak tahu apa apa tentang [name]. Pagi, siang, sore, malam, hanya [name] yang terpikirkan olehnya sekarang.
Mungkin [name] bisa menggeser posisi Makima di hatinya sekarang. Entah mengapa dia bisa merasakan perasaan ini terhadapnya, pada awalnya dia memang diperlakukan seperti iblis oleh [name], tapi kali ini berbeda.
"Apa kau menaruh perasaan padanya?" Pertanyaan Aki membuat sedikit rona merah di wajah Denji keluar.
"Mana ada! Aku masih memiliki Makima-san!" Denji berusaha untuk melupakan [name] untuk sesaat namun ia selalu gagal. Aki hanya mengangguk, dia tahu wajah itu tak bisa membohonginya.
Dia menyukai perempuan itu, itulah yang bisa dia simpulkan dari sikap Denji belakangan ini.
Aki mengangkat kedua bahunya.
"Aku tak peduli kau menyukainya atau tidak." Ucapnya kembali pada acara mengupas apelnya.
Denji menghadapi dilema terbesar dalam hidupnya sekarang, siapa yang harus dia pilih? Makima adalah cinta pertamanya dan wanita yang memberinya segala yang ia impikan.
Namun di sisi lain, [name] selalu memperlakukannya dengan baik dan senyuman itu... Dia berbohong jika dia tak menyukai bagaimana perempuan itu tertawa bahkan jika yang ditertawakan adalah dirinya.
Denji menyeret kakinya masuk ke dalam kamarnya, dia menenggelamkan wajahnya di bantal empuk sembari memikirkan bagaimana tangannya digenggam oleh [name] dan tawa seniornya itu.
Sial, meski dia sudah berusaha untuk melupakannya, semua itu tetap menghantui pikirannya.
"Senior [name]... Aku sangat ingin menjadi partnernya..."
Sudah ia putuskan, malam ini ia akan bermimpi tentang [name] yang menjadi senior sekaligus partnernya untuk seumur hidup.
********
"Kau terlihat tak bersemangat hari ini." Makima menyadari wajah Denji yang masam setelah [name] dikirim dalam misi yang berbeda dengannya. Sepertinya dia hanya bisa pertemu perempuan berambut [h/c] itu di area gedung biro.
"Tidak juga, aku hanya tak bisa tidur karena bersemangat untuk misiku hari ini."
Bohong, dia jelas jelas tak dapat tidur karena [name] menguasai pikirannya sekarang. Makima mengerti setiap gerak gerik Denji bahkan saat perempuan itu berjalan pergi.
"Kelihatannya aku harus mengubah misimu hari ini. Untuk sekarang, bisa kau bergabung dengan tim [name]-chan? Aku ingin kau mengawasinya."
Saat mendengar nama itu terucap, semangat Denji kembali dengan wajah riangnya. Melihat wajah lugu Denji membuat Makima melebarkan senyumannya.
"Untuk detail misinya kau bisa menanyakannya langsung pada [name]-chan. Itu saja."
Denji membungkuk hormat sekaligus berterimakasih sebelum berlari keluar untuk menyusul [name]. Dari sudut matanya, Makima memperhatikan kepergian Denji. Senyumannya semakin melebar dengan tawa kecil memenuhi ruangan kosong.
Di luar sana, [name] dikagetkan oleh kedatangan Denji yang mengatakan bahwa dia akan mengawasinya dalam misi hari ini. Inginnya [name] membantah namun saat menjelaskan bahwa itu adalah perintah dari Makima, dia diam.
"Jangan melakukan hal yang bodoh selama kita bekerja." Denji mengikuti [name] dari belakang.
"Jadi, apa misi kita hari ini?"
"Pergerakan Iblis Kucing terlacak di sektor 5 dan kita harus segera menanganinya atau dia akan mencakar siapa pun yang ada di dekatnya."
"Iblis kucing? Siapa yang takut dengan kucing? Mereka hewan yang lucu."
"Mereka lucu hingga mereka menjatuhkan vas bunga ke atas kepalamu. Jangan lengah dengan namanya, dia bisa menggigit atau mencakarmu hingga mati."
Kata kata [name] ada benarnya juga, Nyako di rumah mereka terkadang mendorong gelas kaca dari atas meja atau bingkai foto Aki. Jangan lupa dia tak akan segan mencakar kaki siapa pun yang menarik perhatiannya.
**********
Setelah pertarungan sengit dan cukup merepotkan melawan Iblis Kucing, keduanya kembali ke biro dengan pakaian yang basah kuyup. Terima kasih pada Denji yang terpikirkan untuk menyerang kucing besar itu dengan memandikannya.
"Jangan pernah memandikan kucing liar lagi." Ucap [name] berusaha membenarkan letak jasnya agar menutupi tubuhnya.
"Aku hanya berusaha untuk menenangkannya. Iblis sialan itu tak mau diam hanya untuk 5 detik. Dia juga selalu melompat kesana kemari seperti kera dan menjatuhkan apa pun yang ada di atas bangunan. Dia benar benar iblis yang paling menyebalkan-"
Denji berhenti berbicara saat satu lolipop masuk ke mulutnya. Rasa dari permen itu membuatnya hampir memuntahkannya.
"PERMEN APA ITU?! ASAAAM!!" [name] tertawa melihat ekspresi Denji yang seketika berubah.
"Syukurlah kau akhirnya berhenti mengoceh. Tenang saja, lama kelamaan permen itu akan berubah menjadi manis."
Denji memperhatikan [name] yang melahap lolipopnya tanpa kendala seperti dia sudah terbiasa dengan rasa asam dari permen itu. Rasa penasaran membuat Denji kembali memakan permen itu.
Dia memegang kata kata [name], bahwa permen ini akan menjadi manis seiring berjalannya waktu. Perasaan aneh itu kembali dan membuat jantungnya berdegup tak karuan.
Jika dipikir pikir, permen ini mirip seperti [name]. Dulu dia sangat menyebalkan bahkan Denji sama sekali tak ingin bertemu dengannya lagi. Tapi sekarang lihat hubungan mereka.
Senyuman perempuan itu sangat manis bahkan sepertinya dia baru saja melihat orang baru di hadapannya.
*********
Yang dikatakan [name] memang benar, rasa asam permen itu kini telah digantikan oleh rasa manis. Dia menatap 2 permen yang sama di tangannya, [name] memintanya untuk memberikan 1 pada Aki dan satu untuk Power.
Sedikit menyebalkan tapi dia setuju untuk rencana [name] kali ini.
Dia memasuki ruangan atasannya dan mendapati Makima yang sudah bersiap untuk meninggalkan kantornya.
"Oh, Denji-kun. Bagaimana misimu hari ini?" Makima menatap ke arah batang lolipop di mulut Denji. Dia biasa melihat [name] dengan lolipop itu bahkan sepertinya hanya [name] yang berani memakan permen itu.
"Berjalan baik walau aku harus kembali dengan kondisi basah kuyup."
"Aku mengerti, [name]-chan sudah menceritakannya semua padaku. Denji... Apa menurutmu kau sudah terbiasa dengan partner barumu?"
Denji memiringkan kepalanya, partner baru? Sejak kapan dia memiliki partner baru? Apa itu Beam? Atau-
Entah mengapa wajahnya seketika memerah, dia tak mengerti mengapa tapi nama itu kembali ke kepalanya.
"Tunggu, dia partner baruku? Anda tak pernah bilang dia akan-"
"Aku juga tak tahu jika hubungan kalian akan semakin dekat. Jadi kurasa kalian sudah siap menjadi partner. Bagaimana, Denji?"
"HELLL YEAAAHHH!!- Ah! Maksudku, tentu!"
Dia tak bisa menyembunyikan senyumannya sekarang. Apa [name] sudah mengetahui soal ini?
******
![](https://img.wattpad.com/cover/332640279-288-k416907.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret [Denji x Reader]
Fanfiction"Maksudku, kita sudah resmi menjadi partner sekarang. Rahasiamu aman di tanganku" "Sejak kapan aku setuju menjadi partnermu?" "umm... Tahun lalu?" "Aku baru melihat wajahmu bulan lalu" Chainsaw Man © Tatsuki Fujimoto Story by Me!