"Aku ingin [name] pergi ke sektor 6 dan Denji, kau pergi bersama Beam kali ini."
"H-hah?! Tapi-..." Inginnya Denji memprotes namun ia tengah berbicara dengan Makima sekarang. Tatapan perempuan itu seolah olah menginginkan Denji untuk mengiyakan semua perintahnya.
Tapi bukankah kemarin Makima sendiri yang mengatakan bahwa dia dan [name] sudah resmi menjadi partner kerja? Kenapa mereka harus dipisahkan secara tiba tiba sekarang?
Denji melirik [name] yang hanya menatap datar atasannya. Kelihatannya [name] sama sekali tak keberatan dengan perintah Makima. Itu membuatnya berpikir apa [name] benar benar partnernya?
"Denji?" Tanya Makima saat melihat wajah murung laki laki itu.
"Tidak, bukan apa apa. Maksudku, tentu aku akan melakukannya untukmu, Makima-san!" Denji memasang senyuman percaya dirinya kembali. [name] memperhatikan bagaimana laki laki itu menyembunyikan sesuatu di balik senyuman bodohnya.
Tapi dia tak terlalu peduli. Mungkin?
"Aku tahu aku bisa mempercayaimu untuk misi ini. Kalau begitu kalian bisa pergi." [name] sudah berjalan meninggalkan ruangan Makima. Akhirnya dia bisa bekerja sendiri kembali.
"Senior [name]!" Teriakan itu membuat langkahnya terhenti. Dilihatnya Denji yang berlari ke arahnya dengan Beam menyelam di lantai biro.
"Soal stik yang kemarin, aku memenangkannya lagi dan... Aku menukarkannya untukmu." Denji memberikan sebatang lolipop dengan bungkus yang familiar di matanya.
"Perutku sudah tak kuat untuk memakan permen yang sama lagi jadi kurasa aku hanya akan memberikannya padamu." Sambung laki laki itu, kedua pipinya sedikit merona sekarang.
"Uhh... Terima kasih?" Ucap [name] ragu apa dan menerima permen itu. Meski dia masih memiliki banyak persediaan permen yang sama, entah kenapa dia refleks menerima permen pemberian Denji.
"Kau yakin kau akan baik baik saja disana sendiri? Kudengar lawanmu semacam... Iblis angsa?"
"Hanya iblis biasa, aku akan baik baik saja. Kenapa? Kau khawatir dengan seniormu?"
"Mungkin?..."
"Tenang saja, aku sudah membunuh lebih banyak iblis yang lebih kuat. Seharusnya kau khawatirkan dirimu saja, pastikan Beam tak menarik perhatian publik disana."
Denji ingin mengatakan satu hal lagi namun [name] sudah berjalan pergi dengan tergesa gesa. Ah, dia tak akan pernah bisa dekat dengan seniornya yang satu ini. Dia sangat sulit untuk diajak berbicara atau bekerja sama.
Dia menampar salah satu pipinya, berusaha untuk melupakan apa yang baru saja mereka bicarakan tadi. Tapi dia tak bisa, wajah [name] selalu terbayang bayang di benaknya.
"Makima... Tolong aku..." Gumamnya pelan dan ikut menyeret kakinya keluar dari bangunan biro.
******
Hujan mengguyur jalanan kota dan disinilah akhirnya [name] sampai dengan sergamnya yang berlumuran darah. Bukan, bukan darahnya, melainkan darah buruannya. Dia berhenti berlari saat naungan bangunan biro menyelamatkannya dari rintikan air hujan.
"Iblis itu... Kenapa dia harus membawa komplotannya?" Gumamnya kesal. Sekarang ia terjebak di tengah hujan dan seragam yang kotor. Dia tak bisa menemui Makima dengan keadaan seperti ini.
Dia melepas jas hitamnya, berharap seragamnya dapat kering lebih cepat. Sesuatu menahan tangannya saat dia menyentuh saku jasnya. Dia mengeluarkan permen yang sempat Denji berikan padanya.
"Kau kembali dengan keadaan terburukmu?" Tanya Aki yang menghampirinya.
"Ini? Kau kira ini darahku?"
"Aku tak akan mengatakannya sedatar itu jika itu darahmu." Aki berhenti di samping [name] dan ikut bersandar pada dinding di belakangnya. Hanya suara air hujan yang mengisi kekosongan di antara mereka sebelum akhirnya [name] membuka suara.
"Kau terjebak disini juga?"
"Aku sedang malas mencuci bajuku jadi kurasa iya."
"Dimana Power?"
"Entahlah, mungkin Makima-san masih mengurusnya." Aki mengeluarkan rokoknya dan mulai menyalakannya. Bau dari asap rokok menarik perhatian [name]. Dia masih belum kuat menghirup asap rokok.
"Kau masih merokok hingga sekarang? Itu akan membuat umurmu berkurang."
"Cepat atau lambat kita akan mati, [name]. Jadi kurasa sama saja. Kau juga masih memakan permen aneh itu hingga sekarang."
Tangan [name] berhenti membuka bungkus lolipop di tangannya. "Setidaknya ini lebih baik daripada rokokmu."
[name] melahap lolipop itu, membiarkan rasa asam menyelimuti indra perasanya. Wajahnya masih datar seperti biasa meski dia merasa sedikit terganggu dengan rasa permen yang Denji berikan padanya.
"Kau mulai menyukai rasa permen itu, huh?"
"Tidak juga. Aku masih membencinya."
"Lalu kenapa kau memakannya?"
"Hanya ingin saja."
"Jadi sama sekali tak ada alasan kenapa kau masih memakan permen itu sampai sekarang meski kau membenci rasanya?"
"Kenapa aku membutuhkan alasan untuk memakan sebuah permen?"
"Karena rasanya aneh, tak banyak orang yang menyukainya juga."
"Setidaknya aku dan Denji menyukainya. Ngomong ngomong, dimana Denji? Apa dia belum kembali?"
"Belum. Kurasa dia terjebak di tengah hujan juga. Kenapa kau bertanya?"
". . . Benar juga, kenapa aku harus bertanya tentang hal itu?"
******
"Aku pulang..." Denji berjalan memasuki apartemennya dimana Aki dan Power tengah duduk untuk menonton TV.
"Ha! Akhirnya datang juga kau!" Seru Power sembari menunjuk Denji. Ekspresi wajah Denji terlihat sangat bingung, membuat Aki menautkan kedua alisnya. Apa sesuatu terjadi padanya saat bekerja?
"Kau baik baik saja?" Tanya Aki datar seperti biasa dan Denji hanya menggeleng. Benar, kelihatannya sesuatu memang terjadi pada laki laki itu.
"Kemana saja kau?! Ini giliranmu untuk membuat kotoran Nyako!"
"Hah?! Aku sudah melakukannya tadi pagi jadi sekarang giliranmu!"
"Denji, kemana saja kau tadi?" Kata kata Aki membuat Denji terdiam, ia memalingkan wajahnya yang sedikit merona.
"Kemana aku pergi bukan urusanmu."
"[name] bilang dia ingin berterima kasih untuk lolipop yang kau berikan padanya. Dia memenangkan stik spesial itu dari permen yang kau beri."
"HA-HAAAH?! TUNGGU, YANG BENAR?!"
Uh oh, dia mendapat serangan jantung yang sama seperti kemarin. Tapi masalahnya sekarang dia harus dihantui oleh 3 perempuan. Pertama Makima, kedua [name], dan sekarang Reze datang ke hidupnya.
"AAAAAARGH!! AKU BINGUUUNG!!"
Dan itulah yang dikatakan Denji sebelum berlari ke kamarnya. Dia menutup pintu dan segera merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dia menampar pipinya sekali lagi, dia ingin melupakan apa yang baru saja terjadi di pikirannya.
"Makima-san... Bagaimana ini? Aku menyukai 3 orang wanita." Gumamnya dan menenggelamkan wajahnya pada bantal.
"Apa itu normal? Maksudku, ketiganya... Aaaargh!"
Dia menatap stik lolipop yang ada di atas mejanya. Dia berbohong pada [name] saat dia mengatakan bahwa dia menukarnya untuk permen lain, dia sebenarnya menyimpannya. Entah mengapa itu sangat berharga.
Dia dapat membayangkan bagaimana senyuman [name] saat mendapat stik yang sama dengannya. Maksudnya, dia bahkan sampai menghubungi Aki untuk berterima kasih pada Denji.
[name] entah bagaimana sekarang berada di peringkat paling atas list wanita yang ia sukai. Senyuman itu, dia jatuh cinta dengan bagaimana senyuman itu mekar.
"Aku akan membeli permen ini lagi..."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret [Denji x Reader]
Fanfiction"Maksudku, kita sudah resmi menjadi partner sekarang. Rahasiamu aman di tanganku" "Sejak kapan aku setuju menjadi partnermu?" "umm... Tahun lalu?" "Aku baru melihat wajahmu bulan lalu" Chainsaw Man © Tatsuki Fujimoto Story by Me!