• 8

230 47 5
                                    

[name] menatap horror sekaligus bingung Power di depan mereka. Tanduknya terlihat lebih banyak dan besar dari sebelumnya. Dia tidak sedang bermimpi, kan? Tapi bukan itu tujuannya datang kemari.

"Semua tanduk ini… Power meminum terlalu banyak darah. Kau pasti meminumnya saat bertarung dengan semua zombie itu. Mungkin ini saatnya untuk pengurasan darah."

Power hanya bisa menuruti kata kata Makima walau di dalam lubuk hatinya, dia sudah ketakutan setengah mati.

"Pengurasan darah?"

"Ya, Power harus dikuras darahnya secara rutin. Jika tidak dia bisa menjadi lebih mengerikan dan keras kepala. Boleh aku meminjamnya sebentar, Denji?" 

Denji memberikan senyumannya, dia sama sekali tak keberatan untuk hidup tenang di apartemen tanpa harus berkelahi dengan Power lagi.

"Tentu, dia milikmu." Makima tersenyum mendengarnya.

"Kalau begitu, untuk sementara aku memasangkanmu dengan-..."

"HYAAAA!!"

Dari lantai muncul Shark Fiend yang langsung menerjang Denji.

"Tuan Chainsaw! Tuan Chainsaw!" Tanpa basa basi lagi Denji segera meninju wajah laki laki itu. Hampir saja jantungnya melompat keluar karena serangan tiba tiba itu.

"Apa yang dia inginkan?!"

"Oh, dia adalah Beam, Shark Fiend. Dia masih sulit berkomunikasi dengan bahasa tapi dia bilang dia akan melakukan semua hal yang kau katakan."

"Perintah Tuan Chainsaw Mutlak! Tuan Chainsaw terkuat!" Beam kembali mendekati Denji, tatapan si pirang itu tertuju pada [name] seolah olah meminta bantuannya untuk menjauhkan fiend itu darinya.

[name] menarik Beam menjauh dari Denji karena Denji sama sekali tak tertarik pada lelaki. Wajah Denji terlihat lebih down dari biasanya dan hal itu tertangkap oleh mata Makima.

"Kau baik baik saja?"

"Aku baik baik saja."

"Kalau begitu, ingin pergi berkencan bersamaku besok?" Butuh waktu lama untuk otak Denji memprosesnya.

". . . Kencan?"

***********

"Hey, senior."

"Hm?" [name] menoleh ke arah Denji di belakangnya. Dia bisa melihat senyuman lebar Denji yang tak dapat berhenti semenjak mereka keluar dari kantor biro. Tentu saja, dia baru saja diajak berkencan oleh wanita idamannya.

"Kau pernah berkencan sebelumnya? Kemana biasanya kalian pergi? Apa ada sesuatu yang bisa pria lakukan untuk membuat seorang wanita senang?"

"Kau bahkan belum cukup umur untuk berkencan."

"Hey, ini tawaran sekali dalam seumur hidup. Mana mungkin aku menyia nyiakannya."

"Tidak, tidak pernah." Denji memasang wajah cemberutnya, walau dia masih bingung mengapa seniornya yang sudah berumur 20 tahun ini belum pernah pergi keluar bersama seorang pria sebelumnya.

"Bahkan dengan senior Hayakawa?"

"Kita hanya rekan kerja."

"Kalian terlihat dekat, jadi kukira dia akan mengajakmu keluar untuk berkencan. Tapi dia pernah mengajakmu pergi ke suatu tempat sebelumnya?"

"Mungkin hanya sekali atau dua kali."

"Kemana itu?"

"Kedai kopi."

"Apa itu tempat yang cocok untuk berkencan?" [name] menatap Denji kesal, mungkin perempatan imajiner bisa muncul di pelipisnya seperti di anime sekarang.

Secret [Denji x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang