24•

269 23 2
                                    

Sunghoon seharusnya tahu, soal kemarin bukanlah mimpi. Pemuda itu terdiam didepan cermin wastafel, ini hari sibuk, buru-buru adalah hal yang harus dia lakukan, namun mematung menjadi favoritnya pagi ini.

Seperti orang dungu, memori kemarin masih berputar dengan terang, rasanya mau mabuk dan melupakan tapi belum cukup legal baginya untuk minum seperti itu. Melihat bilah bibirnya sendiri, ia meringis, cengkraman pada rambut semakin kencang membuatnya harus terduduk dengan sakit kepala yang merajalela.

Mau mengaku bahwa ini salah, namun apa daya dia melakukan dalam keadaan sadar, Jake keparat sialan, entah setan apa yang merasuki Sunghoon sehingga mau melakukan.

Dengan beringas Sunghoon menyambar sikat gigi, ia menaruh pasta gigi dengan banyak dan menyikat giginya dengan cepat, hampir menangis karena tersedak ujung sikat gigi yang mencium langit-langit mulut. Kemudian berhenti karena mendengar nada dering ponsel nya.

"Sialan banget nelpon pagi buta begini" Pemuda itu misuh-misuh, ia berjalan tergesa keluar dari bilik kecil yang berada pada kamarnya, masih dengan busa dan sikat gigi yang bertengger pada mulutnya.

Saat melihat si penelepon, Sunghoon sudah sadar pagi ini akan sial hingga malam. Ia mengangkatnya dengan malas,

"Halo, Sunghoon. Lu dimana? Kok jam segini tumben belum da—"

Seharusnya nada ini tidak keluar dari mulut Sunghoon yang terbilang suci. "Halo-halo pantatmu! Jangan hubungin gue dan jangan lihatin wajah lu di sekolah entar, bisa-bisa gue kena morning sickness"

Panggilan itu terputus dengan Sunghoon yang kesal dan membuang ponselnya, masa bodoh dengan ucapannya barusan, ia hanya ingin harinya kembali normal dan tidak terjangkit oleh setan mesum seperti Jake.

Dengan nafas yang memburu, Sunghoon harus sekali lagi di buat sabar saat seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Kenapa?!"

"Sunghoon, ini Hanbin. Aku mendengar kau berteriak dari tadi, ada apa?"

Baiklah, sepertinya malaikat sedang memercikan kesabaran pada Sunghoon, pemuda itu kembali tenang saat mendengar suara lembut kakak sepupunya. Ia berjalan untuk menghampiri pintu dan membukanya, Hanbin terlihat khawatir.

"Oh maaf kak, aku hanya gak sengaja sikat gigi terlalu kencang, tenggorokan ku rasanya perih karena tersedak"

Hanbin menghela nafas, pria itu tampak tersenyum. "Baguslah jika tidak ada apapun yang berlebihan, lain kali pelan-pelan saja, kakak tahu kau sedikit kesal karena bangun kesiangan, namun sayangi dirimu, sana pergi basuh wajahmu, akan ku antar kau pagi ini"

Sunghoon hanya mengangguk, kemudian kembali ke kamarnya. Bahkan ia lupa dengan dirinya yang tidak suka dengan keterlambatan, sialan. Satu perasaan yang membuatnya amburadul. Haruskah ia merasa gundah gulana? Pemuda itu mencebik, ia kembali untuk berganti pakaian dan segera menuju mobil.

Dalam perjalanan, keduanya berbincang. Karena kesiangan, Sunghoon harus membawa sepotong sandwich bersamanya. Sembari mengunyah pelan, ia membuka perbincangan, "Padahal aku bisa naik sepeda, emang kakak lagi gak ada kelas?"

Hanbin tersenyum, satu tangannya yang bebas ia gerakan untuk memberikan Sunghoon botol air mineral. "Tenang aja, aku bahkan bisa bolos dari kelasku buat adik sepupuku ini"

Sunghoon mencebik, namun tidak kesal. Ia menerima botol air mineral untuk di teguk sekali "Ketahuan banget bohongnya, kakak aja udah rapi begitu"

Yang lebih tua itu tertawa pelan, "Iya-iya,   kakak rencananya mau cari kerja, Sunghoon gak masalah kan?"

Sunghoon mengendikan bahu, ia bersandar lebih rileks saat sandwich nya sudah habis, "Selagi kak Hanbin ingin, aku gak mempermasalahkan itu. Kakak juga biasanya hanya sendiri dirumah kalau gak ada kelas, padahal bisa keluar buat waktu luang bersama teman"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Derana'JakehoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang