4•

831 112 15
                                    

"Maaf ya, masih sedikit berantakan" Hanbin menaruh keranjang penuh buah ukuran sedang pada meja, inginnya memberikan ketiganya buah sama banyaknya tetapi ditahan oleh Nicholas dengan mengatakan mereka bisa memakan setengah buah apel disini dan membawa pulang sekeranjang sebagai adat tetangga baru yang sudah turun temurun.

"Gak papa, kalian hanya tinggal berdua. Pasti sulit untuk memindahkan barang" Nicholas berujar setelah melihat sekitar, banyak perabotan yang belum tertata rapi juga beberapa kardus yang belum dibuka.

"Apelnya enak, beli dimana?" Jay  heboh pada apel segar yang nyatanya terasa begitu manis saat menggapai lidahnya, menatap penuh pada Hanbin membuat pemuda itu terkekeh karena tingkah Jay yang seperti anak umur lima tahun yang baru saja mencoba sebuah permen.

"Aku tidak membelinya, keluargaku mempunyai kebun buah dan apel kami adalah yang paling terkenal dipasaran, bahkan sudah di ekspor ke tiga negara"

"Wah tidak salah mengapa lu ada disini sekarang, di kompleks jahanam yang nguras duit hampir per miliyar setiap bulan, untung gua kaya" Jay nyandar pada sofa, Hela nafas bersyukur karena beban persoalan uang tidak pernah ia rasakan.

"Bukannya lu miskin ya? Tiap hari minta traktiran" Jake sebagai pendonasi utama soal kekosongan perut protes tidak terima.

"Jangan buka kartu dong, bangsat" Jay mendesis pada Jake yang menatapnya pongah.





_+

Sunghoon menempelkan telinganya pada pintu kamar, kemudian melihat pada lubang kunci yang sayangnya percuma saja. Kamarnya terletak di lantai dua, percakapan biasa mana bisa terdengar kecuali mereka berteriak.

Aish kenapa juga tadi ia malah pamit masuk ke kamar, padahal niat awal ingin mengawasi manusia stalker takut bila cecunguk itu mengatakan hal yang aneh-aneh pada sepupunya.

"Ck, sialan. Jika saja mataku tidak serasa iritasi melihatnya"
Sunghoon terduduk dan bersandar pasrah pada pintu, netranya berpendar melihat sekeliling kamarnya, kemudian mendapati tumpukan boneka pinguin yang disusun rapi diatas kasur.

"Jangan menatapku seperti itu, kau terlihat seperti cecunguk yang sedang diruang tamu" Alisnya tertekuk tak suka menatap salah satu boneka pinguin yang memiliki ukuran lebih besar. "Aku hanya-argh sudahlah, kau tidur di lantai malam ini"

Sunghoon melangkah cepat pada boneka tersebut, digenggam dan ditatap sekali lagi.

"Aku paling sayang padamu, jadi walau kau tidur dibawah akan tetap kuselimuti" Sunghoon menaruh boneka pinguin tersebut dilantai tepat disebelah kasurnya, diambilnya selimut pada kardus yang belum ia buka kemudian menyelimuti boneka tersebut.

Getaran handphone pada nakas membuat Sunghoon mendongakkan kepalanya, tangan meraih handphone dan diperiksanya sebuah notifikasi pesan, membuat netra sipitnya membola dan sebuah senyum terbit diwajahnya.

Dengan segera ia mengantongi benda pipih tersebut, mengganti sweater nya dengan Hoodie kuning yang sedikit lebih tebal, kemudian pergi dari sana melangkah menuruni tangga dengan tergesa.

"Sunghoon hati-hati" Hanbin yang melihat tingkah Sunghoon hanya bisa menghela nafas rendah.

"Oh kak Hanbin, aku mau-" Mata Sunghoon melihat ruang tamu yang telah kosong "Cecunguk-ah gak maksudku mereka tadi udah pergi, kak?"

"Iya, udah dari tadi, kakak pikir kamu tidur jadi gak suruh turun buat pamitan" Hanbin menatap adik sepupunya yang menggangguk pelan, otaknya teringat sesuatu

"Oh iya, yang kamu bilang stalker. Kakak rasa dia orangnya gak gitu"

"Gak gitu?"

"Ya tadi aja mau bantuin ngangkatin beberapa kardus ke gudang, sifatnya juga baik. Mungkin dia buntuti kamu karena mau temenan" Hanbin bersedekap dada, mengerjabkan matanya mengingat kembali apa yang telah ia simpulkan.

Derana'JakehoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang