22•

299 40 1
                                    

"lima dikali lima berapa?"

"Sepuluh"

"Gak salah nih?"

Jake memandang pada Jay yang selonjoran dibawah kolong meja, begitu ragu dengan jawaban sohibnya barusan.

"Kalo gak percaya jangan tanya gua, tanya aja sama pak haji sono" Jay menyahut malas, membalik halaman komik selanjutnya, hasil nyolong dari kamar Nicholas.

"Ck, kagak ada guna lu, keluar-keluar" Jake menendang bahu Jay dengan sengaja, membuat pemuda itu meringis dan risih.

"Aduh, nyante lah nyante! Gak usah nendang juga, lagian apa salahnya gua ngadem disini sebentar?" Jay menengadah, protes sedikit tidak terima jika harus keluar dari tempat persembunyian nya sekarang.

Jake menghela nafas, "Heran gua, lu yang lagi sembunyi dari Jungwon malah gua yang repot"

Jay tersenyum tanpa merasa bersalah "Sekali-kali nolongin temen," Kemudian ia kembali memposisikan lesehan nya dengan benar dan mengulang bab yang tidak sempat ia baca dengan cermat.

"Btw, lu kenapa jadi heli kecil sekarang? Biasanya kan menjelma buaya darat sama Jungwon, ini malah sembunyi-sembunyi" Jake bertanya penasaran, sebab dari pagi hari Jay selalu mencoba menghindari Jungwon, bahkan jika tidak ada jalan manapun, sohibnya mungkin akan mencoba jalan tikus agar terhindar dari Jungwon.

"Soal itu, ya lu tau waktu malam perkemahan gua lupa buat vc bareng Jungwon, padahal dia pengen banget lihat bulan purnama segede gunung"

Jake mengangkat sebelah alisnya, sedikit tidak percaya. "Itu doang?"

Dan Jay mengangguk tanpa beban.

"Ya goblok, hanya karena itu lu ngehindarin dia seharian? Jungwon aja belum tentu marah, malah mungkin dia bingung lihat tingkah lu yang udah kek pengutang dikejar rentenir" Jake gak habis pikir dengan Jay yang Luntang-lanting gak jelas. "Gak mau tau gua, pokoknya lu berdiri, temuin dia sekarang."

"Gak mau ih, kok kamu maksa"

"JIJIK!"

"Hehehehehe" Jay cengesan, lalu berdiri perlahan "Iya nih gua temuin, dasar bos egois!"

"Ap—"

Jake terhenti, amarahnya pun menurun begitu Jay lari dengan turbo menembus kerumunan siswa-siswi yang berjejeran santai didepan kelas.

Dan tak lama, Nicholas masuk setelah sebelumnya melihat Jay yang lari.

"Kemana tuh anak?"

"Nemuin jodoh" Jake menghela nafas, kemudian kembali duduk pada kursi bangkunya.

"Kayaknya, donatnya kelebihan" Nicholas menyahut pelan, di ikuti Jake yang menatap Turboware ijo pada tangan sohibnya. Ada tiga donat dengan toping yang berbeda, dan sepertinya donat itu dari warung depan alfadesa. Kenapa Jake tau? Karena dia sering ngutang disitu.

"Gak papa, donat lebihnya bagi dua aja."

Nicholas menatap lama donat tersebut, kemudian berucap untuk memancing "Gak mau dibagi ke Sunghoon?"

Jake yang mendengar nama si pemilik otak dan raga segera menatap balik Nicholas, "Emangnya dia suka donat?"

Nicholas mengendikkan bahu "Gak tau, tapi gak ada salahnya dicoba"

Jake tersenyum, ia merampas Turboware ijo tersebut dan menyerahkan tugas dan mistar besi nya pada Nicholas. "Nih, tugas gua kerjain. Kalau lu gak tau hasil kaliannya, lihat aja di mistar. Gua cabut dulu bentar" Kemudian ia melangkah dengan lebar, penuh harapan dan angan.

"Tapi Jake! Donat gua..." Nicholas hanya bisa meratapi kepergian bosnya, ia menunduk dan membenturkan kepalanya pada meja.

_+

Derana'JakehoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang