3 : MARTABAK MANIS

135 18 0
                                    

Jari-jari lentik menari dengan lincah diatas papan keyboard. Sudah hampir dua jam Daris menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas perkuliahan. Sebenarnya tugas itu masih memiliki deadline yang cukup lama, tapi isi kepala Daris sedang dipenuhi oleh sosok Darshell sehingga dia perlu pengalihan.

Ketukan pintu menarik atensi Daris dari layar laptop.

"Buka aja, ga dikunci"

Pintu terbuka dan muncul laki-laki berperawakan tegap dengan wajah jahilnya.

"Dek, disuruh hazel beliin martabak manis di pertigaan"

Daris yang pada dasarnya anak penurut langsung mengiyakan perintah dari calon kakak iparnya itu. Hanya membeli martabak manis bukanlah perkara sulit.

"Ini duitnya", ucap Joel menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah.

"Daris ada uang kok. Lagian beli martabak satu kotak doang ga sampe 100 ribu"

Daris meraih dompet dan kuci mobil miliknya pada nakas.

"Udah ambil aja. Sekalian buat nambah sangumu"

Joel menaruh lembaran uang itu di meja belajar Daris. Yang diberi hanya menghela nafas karena tidak bisa berdebat lagi.

🫐🫐🫐

"Bang cokelat kacangnya satu"

Daris menyebutkan pesanannya setelah mengantri selama 15 menit. Penjual martabak juga mulai menyiapkan pesanan itu. Tidak perlu waktu lama dan akhirnya pesanan martabak manis itu siap.

Baru saja membuka pintu mobil pandangan Daris teralihkan dengan satu sosok pria yang menepikan motornya pada sebrang jalan tempat Daris memakirkan mobilnya. Saat Daris hendak menyebrang, muncul sebuah mobil dan seorang wanita yang turun dari kendaraan beroda empat itu.

Awalnya dua orang disebrang sana berbicara dengan tenang hingga wanita itu meninggikan suaranya

"ANJING LO SEL"

Tak lama sebuah tamparan mendarat dengan mulus pada pipi Darshell. Semua orang yang membeli martabak bahkan penjual martabak ikut terkejut.

Daris meringis lalu menyebrang untuk menghampiri laki-laki bersurai cokelat yang terlihat masih setia memegangi pipinya.

"Acel"

Yang dipanggil menoleh.

"Mau makan martabak?"

Di sinilah Daris dan Darshell sekarang. Di dalam mobil mewah milik Daris dengan ditemani sekotak martabak manis dan iringan lagu yang diputar dari playlist lagu milik Daris.

"Cel, liat gue dong"

Obsidian mereka saling bertubrukan. Dengan pelan Daris meraih pipi kiri pujaan hatinya yang nampak memerah.

"Tunggu disini. Gue minjem motor lo"

Tanpa menunggu jawaban Darshell, Daris langsung meraih kunci motor yang tergeletak pada dashboard lalu keluar dari mobil.

"Hah? Gue ditinggal sama mobilnya nih? Kagak takut mobilnya gue bawa kabur apa?"

Darshell menunggu sambil sibuk memainkan ponsel dan sesekali menyuapkan martabak manis ke mulutnya.

Daris kembali dengan membawa plastik berisikan minuman soda dingin.

Dengan isyarat tangan Daris memerintahkan Darshell untuk menghadap kearahnya.

Kaleng soda dingin itu mebdarat pada pipi kiri Darshell.

"Aww"

"Tahan dikit. Biar ga memar ini"

Tangan Daris juga membenarkan surai kecokelatan Darshell yang tampak menghalangi.

Tringgg....

Dering ponsel menginterupsi. Tangan kiri Daris yang nampak bebas meraih ponsel yang berdering.

"Dek kamu tuh beli martabak dimana?"

"Kak maaf, tapi Daris pulangnya nantian"

"Hah? Kenapa?"

"Anu, nanti deh Daris ceritain di rumah"

"Yaudah deh. Jangan kemaleman"

🫐🫐🫐

Daris melihat kotak martabak yang isinya sisa setengah dari jumlah awal. Darshell menikmatinya sendiri. Bahkan makanan manis itu sudah berpindah tempat yang awalnya ada di tengah mereka ke pangkuan Darshell.

"Tanya aja kalau pengen tau"

"Anjay, lo cenayang?"

Darshell memutar bola matanya malas. Dari tadi Daris hanya diam membiarkannya menyantap martabak manis yang bahkan si pembeli tidak memakannya barang secuil.

"Jadi.. tadi kenapa? Kok sampai ditampar?"

"Gue gamau pacaran sama dia padahal cewek tadi udah sering banget jalan sama gue"

Sebenarnya mendengar itu hati Daris cukup teriris, tapi dia tahu kalau ini resiko menyukai seorang pujaan kampus. Dia harus siap bersaing dengan siapa aja.

"Dari awal dia ngedeketin gue, udah dibilangin kalau gue ga akan macarin dia. Ya jadi gue tolak. Berakhir dia ngamuk terus gue digampar"

Gelisah. Itu yang Daris rasakan sekarang. Jika perempuan yang sudah sangat sering menghabiskan waktu dengan Darshell saja ditolak apalagi dia.

"No komen banget nih?"

Daris berdehem lalu membuka satu kaleng soda yang mulai terasa tidak dingin lagi. Meneguknya pelan untuk menyegarkan tenggorokannya yang kering.

"Cewek itu aja ga berpeluang apalagi gue cel"

1 detik

2 detik

3 detik

"Siapa bilang? Lo berpeluang kok"

Darshell meraih soda yang tadi diteguk oleh Daris untuk dia minum juga.

"Indirect kiss huh?"

"one day i will kiss your lips", ucap Darshell lalu kembali menukmati martabak manisnya.
































[TBC]

HEHEHEHE






COLLYWOBBLES [DODAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang