12

1.5K 155 7
                                    

Hari berlalu begitu cepat dan tidak terasa sudah lima hari Yeri terbangun dari komanya dan keadaanya juga mulai sambil tapi meskipun begitu dia masih belum diizinkan untuk melepas nasal kanul karena dia kadang merasa sesak walaupun tidak sering.

Selama lima hari itu juga ji-woon tetap setia berada disisi putri bungsunya, dia tidak pernah membiarkan putrinya itu sendirian di ruangan rawatnya.

Kalau dia ingin membeli makanan dia akan menitipkan Yeri pada suster.

Dan selama lima hari itu juga Wendy mencoba untuk melakukan pendekatan dengan Yeri tapi dia hanya mendapatkan tanggapan yang begitu dingin.

Seperti saat ini Wendy tiba-tiba muncul di ruangan Yeri padahal jadwal pemeriksaan Yeri sudah selesai satu jam yang lalu.

" Hei." Sapa Wendy tersenyum manis.

" Kenapa dokter ada diruang ku? Bukankah jadwal pemeriksaan ku sudah selesai satu jam yang lalu?" Tanya Yeri bingung.

" Ehh? Ah itu aku hanya ingin menjenguk mu saja." Jawab Wendy menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

" Oh." Balas Yeri singkat dan kembali membaca novel sambil menunggu eommanya yang sedang ke kantin.

Wendy yang hanya mendapat balasan singkat itu makin merasa canggung, dia mencoba mencari topik pembahasan agar bisa akrab dengan pasiennya itu.

" Mmm dimana eomma mu? Kenapa kamu hanya sendirian saja?" Tanya Wendy lagi.

" Kantin." Jawab Yeri singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari novel miliknya.

" Ahh begitu, apa kau sudah makan siang dan minum obatmu?"

" Hmm."

" Baguslah kalau begitu, apa kau masih suka sesak?"

" Untuk hari ini tidak, dokter apa boleh alat ini bisa dilepas saja? Aku merasa sangat risih memakainya terus." Tanya Yeri menunjuk nasal kanul yang terpasang di hidungnya.

" Tunggu sampai sore ini, jika sampai sore kamu sudah tidak merasa sesak lagi maka kamu bisa melepas nasal kanul itu." Jawab Wendy.

" Baiklah dokter." Balas Yeri kembali fokus membaca novelnya.

" Mmm Yeri apa aku boleh meminta sesuatu?" Tanya Wendy hati-hati.

Yeri yang mendengar pertanyaan dari dokter yang menanganinya itu mengangkat alisnya bingung.

" Apa itu?" Tanya Yeri.

" Mm itu aku merasa agak terganggu saat kamu hanya memanggilku dengan sebutan dokter saja, apa bisa kamu memanggilku dokter Wendy atau unnie mung----"

" Aku tidak suka memanggil orang asing dengan panggilan unnie! Karena aku sudah memiliki satu unnie terbaik dalam hidupku jadi aku tidak membutuhkan orang lain untuk menjadi unnieku lagi. Dan untuk panggilan dokter bukankah itu hal yang wajar karena anda memang seorang dokter?" Ucap Yeri memotong perkataan Wendy dengan menekan kata 'orang asing'.

Deg

Wendy bungkam mendengar perkataan Yeri dan entah kenapa dia merasa seperti hatinya dihantam oleh batu besar saat Yeri menolak untuk memanggilnya dengan sebutan unnie.

Bahkan saat ini dia bisa melihat tatapan tidak suka yang dilayangkan Yeri kepadanya.

" Jika tidak ada lagi yang ingin dokter sampaikan, silahkan keluar karena aku ingin beristirahat." Usir Yeri dengan nada yang begitu ketus.

Wendy hanya menjawab dengan anggukan kepala dan berjalan keluar dari ruangan Yeri dengan langkah gontai, sedangkan Yeri hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Two Different LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang