Membuka hari dengan wajah berkecamuk sudah menjadi kebiasaan Gusion sekarang. Sudah satu minggu ia lewati dikamar berbau aseptik ini. Bosan ia rasa kala kebebasan berjalannya menjadi susah, kemana-mana haruslah menggunakan kursi roda. Bahkan untuk sekadar mondar-mandir di ruangannya pun ia tak bisa.
Matanya berpendar menatap pada gumpalan salju yang tampak bersih dari balik jendela. Ingin rasanya Gusion kembali menginjakkan kakinya diantara tumpukan salju yang kelihatan lembut nan dingin itu, namun saat ini ia hanya bisa mengamati dengan sesekali menghela nafas gusar.
Hari sudah menunjukkan pukul 12.30 PM, biasanya Aamon akan datang mengunjungi Gusion, tetapi sepertinya hari ini pria itu datang terlambat. Mengingat Gusion yang kini sudah kelewat jenuh karena tidak ada seorang pun yang mahu mendengarkannya berceloteh.
Tiba-tiba suara ketukan pintu menginterupsi pendengarannya lekaslah Gusion menanggapi dengan berujar "Masuk saja!" Kenop pintu itu pun terbuka, memperlihatkan tiga sosok insan dengan berbeda warna surainya.
"Ah, ternyata kalian. Silahkan masuk!" Sambut Gusion seraya membenarkan letak duduknya. Mereka bertiga merupakan teman serta salah satunya adalah pacar dari Gusion.
"Wah perban kakimu sangat besar, hampir seperti anak kaki gajah."Celetuk Alucard--- Pria dengan surai pirang kusam tersebut mencolek-colek kaki perban Gusion.
"Hei, jangan lakukan itu. Nanti kakinya sakit!" Pungkas Miya sambil menarik sedikit ujung baju Alucard sehingga memberhentikan aktivitas pria itu.
"Bagaimana kabarmu Gusion-ku." Tanya Lesley-- gadis dengan rambut terkepang satu itu meletakkan sekeranjang buah diatas nakas kemudian duduk dikursi dekat kasur Gusion.
"Seperti yang kau lihat Lesley-ku, untuk sekarang, aku tidak bisa terlalu banyak bergerak." Balas Gusion. Tangannya terulur untuk menyentuh pipi halus kekasihnya itu, membuat sang empu tersenyum dengan semburat merah tipis menghiasi wajahnya.
"Semoga kau lekas sembuh!" Ucap Lesley lembut sambil menautkan tangannya dan tangan Gusion, kemudian mencium punggung tangan besar tersebut. Keduanya menatap satu sama lain dengan perasaan yang menggebu seakan-akan dunia ini hanyalah untuk mereka berdua.
"Ekhhm sepertinya kita dilupakan Alu!" Seru Miya dengan nada dibuat-buat, menghentikan kegiatan Gusion dan Lesley yang hendak saling cumbu itu.
"Hahah kau benar Miya, kita hanyalah udara disini." Tambah Alucard disertai kekehan.
Balik lagi dengan Gusion dan Lesley yang tak tentu arah akibat ditegur Miya. Jujur saja mereka juga lupa akan keberadaan Miya dan Alucard. "Baiklah maafkan kami yang sempat lupa pada kalian." Respon Gusion sembari cengar-cengir tak jelas. Mereka semua pun tertawa bersama, saling bercengkrama dan bertukar kabar masing-masing.
Hingga suara pintu terbuka menarik perhatian mereka pada sesosok Aamon yang baru saja sampai sambil membawa sekantong cemilan ringan ditangannya.
"Halo, selamat siang Kakaknya Gusion." Sapa Miya diikuti yang lainnya. Aamon menganggukkan kepalanya lantas berucap "Kalian temannya Gusion, ya? Terimakasih sudah menjaga Gusion di saat aku terlambat seperti ini."
"Tidak masalah, kami juga baru sampai beberapa menit yang lalu." Sahut Lesley setelah iya memotongkan apel untuk Gusion makan.
"Apa kakak sudah membelikan cemilan pesananku itu?" Tanya Gusion disela-sela makannya. Aamon mengangguk lalu memberikan sekantong cemilan yang ia bawa tadi. Gusion yang melihatnya tersenyum senang kemudian membagi beberapa bungkus Snack cemilan tersebut kepada teman-temannya.
"Coba kalian makan, snack ini sangat enak." Gusion mengambil satu dari keripik Snack itu dan memasukkannya kedalam mulut Lesley. Sedangkan Lesley hanya menyambut suapan Gusion dengan wajah memerah karena malu dilihat banyak orang.
"Wah kau benar, aku baru pertama kali mencobanya. Ini enak!" Puji Lesley setelah habis memakannya. Yang lain pun ikut mencobanya dan memiliki pendapat sama seperti Lesley. Teman-teman Gusion saling bergurau lucu membuat suasana ditempat itu menjadi lebih mengasikkan. Tawa riang selalu lolos dari mulut Gusion, hawa jemu yang ia rasakan beberapa waktu lalu pun kini telah hilang. Aamon yang melihatnya hanya ikut tersenyum samar. Merasa jikalau obralan mereka tak ada sangkut pautnya dengannya, Aamon memilih untuk beranjak keluar sejenak guna memberikan ruang pada sekelompok anak muda tersebut untuk berbincang.
Aamon berjalan santai menyusuri taman didepan rumah sakit besar yang bertuliskan L.O.D (Land Of Dawn). Taman kecil yang tampak indah meskipun tertimbun salju itu berhasil menarik perhatian Aamon untuk sekedar melepas rasa lelahnya akibat aktivitas hari ini.
Aamon menduduki dirinya di bangku taman sembari menyandarkan punggungnya disandaran bangku. Aamon memperhatikan sekitarnya yang lumayan ramai, bahkan dari tadi pun sudah ada beberapa orang yang melewati tempat duduknya.
Netra cyannya itu merujuk pada setangkai bunga yang jatuh dari seorang gadis yang baru saja melewatinya. Aamon bukan seorang candala, akan tetapi menjadi rendah hati untuk saat ini tidak ada salahnya juga,bukan?
"Tunggu, bungamu jatuh!" Seru Aamon, dengan cepat memungut bunga tersebut dan langsung menghampiri sang gadis yang terhenti berjalan karena panggilannya. Aamon mengamati gadis didepannya itu, yang ia tebak jika dia adalah pasien dirumah sakit ini. Dikarenakan pakaian yang gadis itu pakai berwarna biru pudar persis seperti Gusion pakai.
Aamon memberikan bunga tersebut yang langsung diterima gadis itu. Gadis dengan kelereng biru cerah menghiasi matanya itu pun tersenyum manis lantas berucap kecil nan lembut. "Terimakasih banyak tuan. Bunga ini pemberian dari ayahku dan aku sangat menyukainya."
Aamon terkesiap, bukan karna bunga yang dimaksud oleh sang gadis akan tetapi pada suara yang dimilikinya. Mengingatkan nya pada seseorang dimasa lalu yang kini telah tiada. Cukup lama Aamon terdiam membuat sang gadis menjadi binggung dan hendak pergi meninggalkannya.
"Kalau begitu, saya pergi dulu." Ucap gadis itu ingin berbalik membelakangi Aamon. Entah angin dari mana yang merasuki Aamon sehingga tangannya secara reflek memegang pergelangan tangan sang gadis, sontak membuatnya tersentak akan respon mendadak dari Aamon.
"Namamu, siapa namamu?" Tanya Aamon tak sabaran.
"Eee itu Floryn, Floryn Hoppe." Jawab gadis itu gugup, seolah tak nyaman akan perlakuan Aamon. Aamon yang menyadari perubahan sikap dari lawan bicaranya pun lekas lah ia kembali keposisi semula.
"Ekhhm maafkan aku." Aamon berdehem kecil tuk mengatur mimik wajahnya yang sempat tak karuan.
"Namaku Aamon Paxley. Senang berkenalan denganmu, Floryn!" Aamon mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan yang dibalas oleh gadis bernama Floryn tersebut. Setelah berjabat tangan sebentar, gadis dengan rambut berwarna peach itu mengambil langkah untuk segera ijin berpamitan.
Aamon memandang lekat pada punggung kecil yang mulai menjauh dari hadapannya. Wajah putih pucat tetapi berseri itu berhasil membuat Aamon berulang kali tersenyum tanpa sadar memikirkannya. Entah apa yang terjadi pada Aamon hari ini, yang pasti Aamon ingin menemui gadis itu sekali lagi dan seterusnya.
Bersambung...
Semoga suka🥰
![](https://img.wattpad.com/cover/336284833-288-k151119.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers In Winter ✅
Novela JuvenilAamon Paxley, pria yang memiliki sejuta talenta serta kekayaan itu merasa hidupnya masihlah buram. Bak kelabu gelap yang memutari jalan hidupnya. Harinya suram, hartanya tak mampu membuatnya bahagia. Hal tak terduga terjadi menimpa adiknya Gusion ya...