10. A shoulder to cry on

97 13 2
                                    

Tumpukan putih berupa salju ya menutupi daratan kota, kini akhirnya kian menipis. Hawa dingin pun pula berkurang dan perlahan beberapa bunga musim semi mulai menampakkan kuncupnya. Tetapi haruslah berhati-hati karena daratan tersebut masih lah licin.

Hari ini merupakan hari yang membahagiakan bagi pria bersurai coklat itu. Lantaran bisa terbebas dari tempat berbau obat-obatan tersebut dan pula dapat kembali berjalan dengan normal. Gusion menghirup udara pagi ini dengan sumringah, ia menatap langit biru dengan perasaan yang membuncah. Sungguh bahagia sekali rasanya bisa menginjakkan kakinya diantara tumpukan salju yang mulai menipis ini.

Selagi menunggu Aamon membereskan barang-barangnya, Gusion memilih berjalan-jalan santai diluar sambil sesekali menyapa beberapa kenalannya. Dan matanya kini tertuju pada sebuah mobil yang baru saja masuk ke area parkir rumah sakit. Gusion tersenyum melihat siapa yang yang keluar dari mobil tersebut.

"Selamat atas kesembuhan mu Sayang!" Seru Guinevere, yang langsung menghambur memeluk Gusion.

"Hei itu curang, aku juga mau!!" Ucap Lesley yang berada dibelakang Guinevere dan ikut juga memeluk lengan Gusion.

Gusion yang dipeluk oleh dua gadis kesayangannya itu hanya tersenyum dengan guratan merah menghiasi wajahnya. Ia mengelus puncak rambut keduanya secara bergantian lantas melepaskan pelukan mereka. "Sudahlah kalian, kita ditempat umum!" Tegur Gusion, yang memang benar saja banyak orang-orang sekitar memperhatikan mereka.

"Maafkan aku." Ucap Guinevere dan Lesley bersamaan.

"Tidak apa-apa."

"Ngomong-ngomong setelah ini kamu mau pergi kemana Gusion-ku?" Tanya Lesley, usai mengatur mimik wajahnya tadi.

"Sepertinya aku akan kembali ke mansion Paxley." Jawab Gusion, sambil memasukkan tangannya kedalam jaket.

"Bagaimana kalau kita melakukan pesta perayaan atas kesembuhan mu, Sayang?" Pertanyaan dari ide Guinevere membuat Gusion berpikir sejenak kemudian mengambil ponselnya yang ada didalam saku jaket.

"Itu ide yang bagus!" Tukas Lesley.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mengajak kakakku untuk ikut. Tidak apa-apa kan?"

Guinevere dan Lesley menggeleng bersamaan. "Terserah mu saja, Sayang." Sahut Guinevere.

Gusion pun mencari nomer ponsel Aamon dan menekan tombol telepon. Beberapa detik kemudian terdengar suara Aamon dibalik benda kotak nan canggih tersebut. Dan setelah mengajukan ajakannya pada Aamon, raut wajahnya berubah kecewa. Aamon menolak ajakannya dengan alasan masih harus kekantor setelah ini.

"Hah, pria itu memang super sibuk!" Gumam Gusion gusar.

"Tak apa, kita bertiga pun itu sudah cukup. Benar begitu rambut mie?" Ucap Lesley sambil melirik kesamping tempat Guinevere berdiri.

"Yah kau benar penutup mata!" Balas Guinevere lantas membalas tatapan Lesley tajam sehingga menghasilkan kilatan kemarahan ditengah-tengah mereka berdua. Gusion yang melihatnya pun hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan calon-calon istrinya ini.

"Sudah-sudah jangan mencari keributan disini." Gusion menengahi tatapan mereka dan langsung menggandeng tangan kedua gadisnya itu.

"Ayo kita pergi dan cari restoran untuk kita berpesta!" Tambah Gusion, lalu menarik pelan tangan Lesley dan Guinevere menuju area parkir mobil.

                            °°°°
"Sudah ini yang terakhir." Gumam Aamon, Ketika ia sudah memasukkan barang-barang Gusion ke bagasi mobil. Barang Gusion tidak banyak, hanya beberapa baju ganti dan peralatan kecil lain, jadi Aamon tak perlu repot-repot menyewa truk untuk mengantarkan barang-barang ini ke mansion Paxley.

Flowers In Winter ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang