7. Painful Fact

124 17 2
                                    

Gumpalan asap dingin mengepul kala sang pembuatnya menghela nafasnya beberapa kali. Pria bersurai putih itu mengusap kasar peluh yang berada diwajahnya. Walaupun masih musim dingin tetapi masihlah ia merasa kegerahan setelah melakukan beberapa aktivitas kecil.

Aamon tersenyum kecil melihat bunga yang baru saja ia tanami bersama Floryn. Akhir-akhir ini ia sering membantu gadis itu memperluas tanaman bunga Bellis ke sekitar lapak taman rumah sakit ini. Saat ini mereka sedang beristirahat disebuah pondok kecil ditengah taman tersebut.

Pandangannya teralihkan kala sebuah uluran tangan yang memberikan satu minuman kaleng kepadanya. Lantas, dengan senang hati ia mengambil minuman itu dan meminumnya hingga setengah. Kelereng safir itu memperhatikan Aamon pun pula semakin mengikis jarak diantara mereka. Floryn mengusap lembut dahi Aamon yang terdapat sedikit bekas tanah yang menempel disana.

"Kurasa kau harus mencuci wajahmu, karena ada beberapa tanah disana." Kata Floryn sambil masih mengelus wajah Aamon.

Aamon tanpa sadar menahan nafasnya lantaran wajah Floryn begitu dekat dengannya, sampai - sampai ia dapat merasakan semburan hangat dari deru nafas Floryn. Degupan Jantungnya tak karuan seperti ingin lepas dari tempatnya, bahkan Aamon rasa wajahnya kini terasa panas. Iris Cyannya itu tak berani bertatapan langsung dengan manik seindah langit tersebut. Akan tetapi dibeberapa waktu, sudut matanya itu melirik sekilas Floryn yang tampak memesona.

"Sudah selesai!" Ucap Floryn setelah dirasa tidak ada lagi bekas tanah yang menempel diwajah Aamon. Kemudian Floryn menduduki dirinya tepat disamping Aamon. "Terimakasih Floryn!"

"Tidak masalah. lagi pula, aku juga ingin berterimakasih padamu karena selalu membantuku merawat bunga-bunga ini. Padahal aku tidak enak hati padamu sebab selalu merepotkan mu seperti ini."

"Jangan dipikirkan! aku tidak merasa kerepotan membantumu. Malahan aku merasa senang bisa melakukan banyak hal bersamamu." Tutur Aamon seraya menatap kesamping tempat Floryn berada.

"Sungguh!?" Tanya Floryn. Bola matanya melebar dengan binaran cerah menghiasi pupilnya.

Aamon mengangguk sambil tersenyum. "Sungguh! Apapun yang ingin kau lakukan, panggil saja aku. Aku selalu punya waktu luang untukmu, jadi jangan sungkan tuk meminta bantuanku."

"Terimakasih banyak Aamon! Untuk kedepannya akan kupastikan aku bakal lebih merepotkanmu hahah."

"Dan aku akan selalu menantikannya!"

Aamon kembali memandang kedepan sembari menikmati minuman kaleng miliknya. Ia menutup matanya, merasakan ketenangan yang tiada tara. Bersama Floryn membuat harinya kian berubah, hal-hal buruk tentang masa lampau Aamon seakan hilang jika bersama Floryn. Gadis itu mampu membuka pintu hatinya yang suram menjadi lebih berwarna. Aamon berjanji pada dirinya sendiri jikalau ia akan melindungi sumber ketenangannya itu dengan segenap hatinya.

Tak terasa beberapa menit telah berlalu usai ia memejamkan mata, hingga tiba-tiba bahu sebelah kanannya memberat seakan ada seseorang yang merebahkan kepalanya di bahu Aamon. Aamon lekas membuka matanya dan mendapati Floryn yang terlelap dengan bersandar dibahunya.  Aamon tersenyum menatap wajah polos Floryn saat kedua matanya terpejam seperti itu.

'Dia sangat manis!' Puji Aamon dalam hati. Tangannya dengan hati-hati menyingkap uraian rambut Floryn yang berjatuhan menutupi sebagian wajahnya.

"Ryn bangun, kau harus tidur didalam! jangan tidur disini, nanti kamu kedinginan." Aamon mencolek-colek pipi chubby Floryn, mencoba membangunkan gadis itu namun tidak ada reaksi balasan dari Floryn. Kekhawatiran merasuki relung hatinya, Aamon menganti posisinya menjadi berhadapan dengan tubuh Floryn dengan kedua tangannya memegang bahu gadis itu serta menggoyang- goyangkan pelan tubuh Floryn. Akan tetapi masih saja tidak ada reaksi darinya. Dari sini pun Aamon menyimpulkan jika Floryn sedang pingsan.

Flowers In Winter ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang