8. Heartstrings

118 17 2
                                    

Kegelisahan serta kesepian telah merajai diri Aamon tiga hari ini. Lantaran sang pengisi hari kini sedang cuti bersua, sebab ada beberapa pengecekan serta pemulihan kesehatan pada dirinya.

Aamon menyisir jalanan koridor dengan nafas gusar. Ia tak tau mengapa akhir-akhir ini perasaannya tak karuan, seakan ada sebuah celah melubangi hatinya. Kesunyian, kekhawatiran, serta rasa ingin bertemu menjadi satu patu dalam hatinya. Sebelumnya, Aamon tidak pernah merasakan hal serupa. Tetapi mengapa kini ia merasakan perasaan kegundahan tersebut hanya karena tidak bertemu Floryn selama tiga hari.

Aamon pikir ia membutuhkan solusi untuk bisa menyembuhkan perasaannya ini sekalian mencari tahu tentang apa yang ia rasakan pada sosok yang selalu memenuhi kepalanya itu.

Tanpa ia sadari langkah kakinya membawanya kesebuah kantin kecil yang ada di rumah sakit ini. Berhubung Aamon tidak punya aktivitas lain, Aamon pun menduduki dirinya disalah satu meja kosong dikantin tersebut. Tak lupa juga ia memesan kopi hangat untuk menemaninya duduk dan bersantai.

"Floryn!" Lirih Aamon gusar.

"Vexana!" Lirih Faramis yang baru saja menginjakkan kakinya ditempat tersebut.

"Eh- Ehhhhh!" Kedua pria berambut bak salju itu saling pandang, menatap kaget pada masing-masing. Hingga pada akhirnya Faramis ikut pula mengambil kursi duduk berhadapan dengan Aamon.

"Sepertinya hari ini kita memiliki masalah yang sama." Ucap Faramis seraya tersenyum kecut.

"Memang apa masalahmu?" Tanya Aamon sambil menyeruput kopinya.

"Vexana sama sekali belum memberikan jawaban atas perasaanku padanya. Jadi aku merasa khawatir kalau saja ia menolakku."Tutur Faramis. Terlihat jelas dari mimik pria itu jika Faramis merasa sangat gelisah saat ini.

"Kau menyukainya?!" Tanya Aamon yang langsung membuat Faramis menjadi salah tingkah.

"Tentu saja! Bagaimana bisa aku tidak menyukai wanita cantik dan baik hati seperti Vexana."

Aamon yang mendengarkan sekejap berpikir, bagaimana bisa seseorang bisa menyimpulkan jika dirinya menyukai wanita/pria hanya dengan alasan sederhana itu? Sejujurnya Aamon cukup kikuk dengan urusan asmara ataupun perasaanya sendiri, kendati demikian ia lebih suka mengikuti apa kehendak pikirannya daripada hatinya. Namun, sepertinya setelah bertemu Floryn ia lebih sering menuruti hatinya dibandingkan pikirannya.

"Jadi, apa pula masalahmu?" Tanya Faramis.

"Aku..." Aamon tampak ragu-ragu untuk bercerita, tetapi ia perlu solusi atas apa yang ia rasakan akhir-akhir ini. Dibandingkan curhat dengan Gusion sang ahli asmara mungkin lebih baik bercerita dengan Faramis yang notabenenya pernah menjadi bujang lapuk seperti dirinya. Mungkin saja mereka bisa saling memahami dan mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

Aamon menghembuskan nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya dari mulut. Ia menatap nanar pada pria didepannya kemudian menautkan kedua tangannya diatas meja. "Sekarang aku merasa gelisah dengan perasaan ku sendiri yang tidak sama sekali ku mengerti."

"Aku tak tau mengapa aku selalu memikirkan Floryn bahkan meskipun aku  tertidur pun dia selalu ada di pikiranku. Jika aku berdekatan dengannya, jantungku selalu berdetak tak karuan serta disetiap harinya aku merasa ingin selalu bersamanya bahkan aku juga tiba-tiba berkeinginan tuk melindunginya pun pula memilikinya. Dan saat ini aku merasa sangat kesepian dikala sudah tiga hari ini tidak berjumpa dengannya. Apa yang harus kulakukan agar bisa menyembuhkan perasaan yang membuatku gelisah ini?" Jelas Aamon.

Faramis yang yang sedari tadi menyimak pun lantas menutup mulutnya, mencoba menahan tawa atas apa yang ia dengar dari Aamon. Faramis tak menyangka jika orang pintar seperti Aamon juga tidak bisa memahami perasaannya sendiri.

"Kau menertawakan ku!?" Aamon menautkan alisnya kesal melihat raut wajah Faramis yang mencoba menahan tawanya tersebut.

"Hahah maafkan aku." Faramis mendengus lembut lalu mengambil salah satu air mineral yang berada diatas meja tersebut kemudian perlahan meminumnya.

"Jadi bagaimana menurutmu? Apakah ada solusinya?" Aamon kembali bertanya.

Setelah meminum minumannya, Faramis pun membuka suara. "Perasaan yang kamu rasakan itu adalah hal wajar bagi orang yang sedang jatuh cinta. Kamu menyukai dirinya Aamon! Kamu menyukai Floryn!"

"Apa! maksudmu aku jatuh cinta pada Floryn!?"

"Ya! Dan saat ini kamu sedang kerinduan padanya karena sudah tiga hari tidak bertemu. Sebaiknya kau sampaikan saja perasaanmu itu padanya, sebab perasaan yang dipendam itu lebih menyakitkan dibandingkan ditolak." Faramis membalas tegas sambil bersedekap dada.

Aamon terdiam atas pernyataan Faramis. Ia amat terkejut mengenai hal itu, sedikit tak menyangka jika orang suram seperti dirinya pun bisa pula merasakan jatuh cinta. 'Jadi selama ini aku sedang jatuh cinta, ya.' Gumam Aamon yang tanpa sadar tersenyum dengan wajah yang menunduk.

Keheningan terjadi ditempat tersebut. Sampai pada akhirnya suara dari kursi yang tergeser, menarik perhatian Aamon pada Faramis yang berdiri dari duduknya.
"Kurang lebih begitu menurutku atas masalahmu. Aku ingin pergi dulu, sebab masih banyak pekerjaan yang harus ku tuntaskan." Ucap Faramis.

Aamon mengangguk lantas ikut pula berdiri dari kursinya. " Terimakasih atas saranmu, itu sangat membantu bagiku!" Kata Aamon tulus.

Faramis tersenyum senang lalu menepuk pelan bahu Aamon. " Sama-sama, teman! Mari kita berjuang demi meraih wanita yang kini cintai!" Faramis berucap semangat membuat tawa kecil lolos dari mulut Aamon.

"Hahah konyol sekali! Tetapi kau tidak perlu khawatir, kurasa Vexana akan menerimamu. Aku yakin itu!" Kata Aamon sambil membalas senyuman Faramis.

"Semoga saja begitu. Ya, sudah aku pergi dulu, sampai jumpa!" Pamit Faramis kemudian bergegas beringsut pergi meninggalkan area kantin.

Aamon kembali duduk ke kursinya lantas memerhatikan ada yang ganjil di mejanya. Tampak bekas 2 bungkus cemilan serta sebotol minuman berada disana. Ah, Aamon ingat sampah itu bekas Faramis dan ia langsung pergi tanpa membayar makanan tersebut. Aamon yang paham akan situasinya itu hanya terkekeh kecil kemudian lekas menghabiskan secangkir kopinya yang sudah mulai mendingin.

"Rupanya sarannya tadi tidaklah gratis!" Gumam Aamon, Lalu berjalan menuju kasir dan membayar ekstra atas makanan dan minuman yang Faramis makan tadi.

                 Bersambung...

Flowers In Winter ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang