2.Flowers

200 27 4
                                    

Cuaca hari ini cukup baik, tidak terlalu dingin namun juga tidak panas. Sangat  pas untuk suasana hati Aamon yang berbunga. Aamon sengaja datang lebih awal mengunjungi rumah sakit hanya untuk sekadar bertamu sapa pada gadis kemarin yang membuatnya tertarik. Persetan dengan suara dering telepon dari asisten serta sekretarisnya, pokoknya sekarang Aamon ingin libur sejenak.

Tetapi sebelum bertemu, Aamon  terlebih dahulu menjenguk adiknya  yang kini tengah tahap rehabilitas. Gips yang terpasang dikaki Gusion pun saat ini sudah terlepas. Aamon membantu menopang tubuh Gusion untuk kembali berjalan dan menginjakkan kakinya dilantai.

"Berhenti, ini sangat sulit bagiku. Kakiku masihlah kaku dan juga sakit!" Celoteh Gusion tak terima selalu dipaksa Aamon tuk mencoba membuatnya berdiri.

"Oh ayolah, apa kau ingin selalu berbaring ditempat tidur itu selamanya. Ingat kamu masih punya tujuan yang harus dicapai!" Aamon mengernyit mencoba menyemangati Gusion. Tangan Aamon terulur buat sekali lagi membantu Gusion berdiri akan tetapi tangannya malah ditepis.

"Sudahlah, aku tidak mau! Hari ini aku ingin istirahat saja!" Desis Gusion dengan raut kesal tak suka akan perlakuan Aamon. Andaikan saja Gusion tidak sakit seperti ini, sudah pasti akan Aamon hantam kepala adiknya itu dengan satu pukulan karena selalu patah semangat seperti itu.

"Kalau begitu minumlah obatmu." Ucap Aamon sambil menghela nafas lelah.

"Nanti saja dasar cerewet." Balas Gusion kemudian berbaring menyamping membelakangi Aamon. Sedangkan Aamon yang mendengarnya hanya bisa mengelus dadanya, mencoba bersabar untuk tidak memaki adiknya itu.

Merawat Gusion memang selalu membuat Aamon jengkel. Ia sendiri tidak mengerti mengapa ia tidak bisa akur dengan adik satu-satunya itu. Untung saja ia sudah menyewa perawat pribadi untuk Gusion sehingga mengurangi sedikit beban pikirannya. walaupun adiknya itu sempat protes sebab perawat tersebut bukan seorang gadis yang molek namun seorang laki-laki bujang tulen.

Baru saja dipikirkan, perawat itu sudah datang dengan membawa baju ganti untuk Gusion. "Faramis tolong jaga Gusion ya, aku ingin pergi keluar sebentar." Pinta Aamon yang dibalas anggukan kepala oleh pria bernama Faramis tersebut.

                            °°°
Kembali Aamon menginjakkan kakinya di taman tempat pertemuannya kemarin dengan gadis pancarona itu. Aamon berjalan santai menyusuri taman kecil tersebut, hingga pandangannya menangkap sesosok tak asing untuknya. Dengan langkah lebar Aamon menghampirinya yang sedang menyirami tanaman bunga yang Aamon sendiri tak tau jenis bunga apa itu.

"Hai Floryn, kita bertemu lagi." Sapa Aamon sedikit kikuk, berharap semoga Floryn mengingatnya.

"Ah, tuan yang semalam. Kalau tak salah namanya itu em Am--, ee Aamon,ya?" Ucap Floryn kebingungan, lantaran  akhir-akhir ini ia mengalami sakit kepala sehingga sulit baginya tuk mengingat sesuatu.

Aamon lekas mengangguk. "Ya kau benar, aku orang yang mengembalikan bungamu yang jatuh waktu itu." Jelas Aamon.

"Ya, aku ingat. Terimakasih untuk itu." Balas Floryn tersenyum manis lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

"Jenis bunga apa ini? Aku baru tau ada bunga yang bisa hidup pada musim dingin ini." Aamon beranjak mendekat, menyelaraskan posisinya dengan Floryn.

"Ini bunga Bellis Parennis. Bunga ini bisa dibilang mampu menanggung salju, jadi aku meminta ijin tuk menanamnya disini." Ujar Floryn.

Aamon mengangguk mengerti. Diam-diam ia curi pada pandang pada sosok disampingnya. Aamon menyadari jika iris biru langit milik Floryn sedikit buram, apakah penglihatannya Floryn kurang baik? pikirnya. Akan tetapi dibalik semua itu air muka Floryn tampak bersinar, sepertinya ia sangat menikmati saat-saat seperti ini. Bahkan Floryn tak sadar bahwa mulutnya beberapa kali bersenandung.

Aamon tertawa kecil lantas menarik perhatian Floryn menghadap kearahnya. "Ada apa? ada sesuatu yang lucu?" Tanya Floryn.

"Tidak, hanya saja kau tampak bersemangat menyirami kembang-kembang ini." Jawab Aamon kemudian memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celananya.

"Itu karna aku menyukainya! Aku suka memperhatikan mereka tumbuh dan menjadi bunga-bunga yang cantik." Floryn tersenyum sambil menatap bunga Bellis tersebut.

"Bunga tetaplah bunga, memang apa indahnya? Bukankah lebih mudah untuk membelinya saja ketimbang bersusah payah merawatnya. Lagi pula pada akhirnya mereka akan mati juga. Apalagi pada musim dingin, bunga rentan gugur dan layu." Tutur Aamon, merasa heran dengan tindakan Floryn yang menurutnya sia-sia. Dibandingkan merawat bunga, lebih baik Floryn mementingkan keadaannya sendiri yang nampak kurang sehat.

"Bukankah lebih bagus kamu mementingkan kesehatanmu saja, daripada menyirami bunga ini di setiap harinya. Kurasa hal itu lebih menguntungkan daripada melakukan hal kecil seperti ini." Tambah Aamon lagi. Hingga dirinya terpaku pada sosok Floryn yang menatap matanya nanar tak urung berkilah, sehingga membuat Aamon sedikit salah tingkah.

"Suram! Kamu memiliki banyak uang namun tak mampu menemukan kebahagiaan dari hal di sekitarmu. Rupanya aku salah menilai mu." Floryn menyuarakan apa yang ada dipikirannya. Aamon membeku, manik cyan itu membulat mengekspresikan keterkejutannya pada pernyataan Floryn.

"A-apa maksud mu?" Aamon menuntut penjelasan sambil memegang pergelangan Floryn.

"Maaf aku harus pergi." Floryn menarik paksa tangannya dari Aamon, lalu dengan cepat berlari meninggalkan Aamon yang terdiam menatap kepergiannya.

Aamon menghembuskan nafasnya yang terasa dingin. Ia mengeratkan syal yang melingkari lehernya lantas mengambil ponselnya yang berada dalam saku mantel. Aamon mengernyit memperhatikan banyaknya notifikasi tidak terjawab dari orang-orang dikantornya. Ah, sepertinya Aamon harus lekas kembali ke dunianya, dunia dimana waktunya hanya diisi oleh pekerjaan semata.

"Aku tidak punya waktu untuk mengamati hal kecil seperti itu." Gumamnya sendu kemudian berlalu meninggalkan tempat tersebut.

                 Bersambung...

Aamon kena skil satu Floryn 😂

Flowers In Winter ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang