3. Suggestion

216 20 2
                                    

Goresan tipis terkesan kasar Aamon torehkan diatas kertas, hingga kertas berikutnya sampai tumpukan kertas yang ada di mejanya itu habis. Setelah dirasa cukup, Aamon mengistirahatkan tubuh serta bagian tangannya dengan cara menyandarkan punggungnya kebelakang kursi kerja miliknya.

Aamon menengadah melihat jam dinding Yang berada didepannya. Jam sudah menunjukkan pukul 22.11 AM. Aamon masihlah berada ditempat kerjanya. Beginilah kebiasaan Aamon yang selalu lupa waktu jika sudah menyangkut pekerjaannya. Kendatipun terlihat membosankan, akan tetapi Aamon menikmatinya. Rasa jenuh itu bisa mengalihkan perasaan sakit Aamon pada kenangan lama yang membuatnya manjadi pribadi yang sekarang.

Aamon beranjak berdiri lantas menghampiri sofa panjang yang berdekatan dengan meja kerjanya. Ia membaringkan tubuh jangkungnya tersebut diatas sofa panjang dengan satu tangan yang berada diatas kepalanya, menutupi sebagian dari wajah Aamon.

Aamon kembali menengadah menatap pada langit-langit atap ruang kerjanya. Warna putih bercampur hitam itu mendominasi setiap sudut ruangannya. Ah, sampai-sampai ruangan ini pun ikut-ikutan menjadi suram seperti dirinya. Memang benar kata orang-orang jika kabut kelabu gelap itu mengitari kehidupan Aamon yang terus membimbingnya manjadi seorang yang dingin nan membosankan.

Aamon menghela nafas berat. Kembali lagi ia teringat pada kejadian siang tadi yang membuatnya berselisih dengan Floryn. Baru sesaat saja Aamon merasakan jikalau harinya ketara berubah, dan dengan mudahnya hilang hanya karena sebuah perkataan.

Oh, Aamon mengerti bahwasanya ini semua salahnya. Tiada adanya perselisihan jika saja Aamon tak menyinggung hal yang disukai Floryn. Tetapi untuk itu Aamon juga mengganggap jika hal yang ia katakan adalah benar! Tidak ada salahnya untuk lebih mementingkan keadaan sendiri, bukan?

Terlalu larut dalam senandika, sehingga Aamon tak menyadari bahwa seseorang telah memasuki ruangannya. "Aamon, oi!" Seru orang itu cukup nyaring, membangunkan Aamon yang sempat terlelap.

Aamon mendelik tajam kemudian berdiri memperhatikan orang yang berada didepannya. "Ada apa, Natalia?" Tanya Aamon pada Sohip sekaligus sekretarisnya itu.

"Kau tidak pulang?"

"Tidak, masih ada dokumen yang harus ku kerjakan." Jawab Aamon setelah itu duduk lagi ia dimeja kerjanya, mengambil salah satu dokumen yang tersusun rapi diatas meja.

Natalia memperhatikan gerak-gerik Aamon yang sama sekali tidak memperdulikan keberadaannya. Natalia menduduki dirinya diatas sofa panjang tempat Aamon berbaring tadi, sambil berpangku dagu dengan kedua kaki menyilang. Manik kebiruan itu menatap lekat pada mimik wajah Aamon yang tampak gelisah. Jika dilihat oleh orang awam, Aamon kelihatan biasa saja akibat wajah yang ditampilkannya hanya berupa datar. Tetapi tidak bagi Natalia yang merupakan teman lama dari Aamon.

Natalia menyadari jikalau Aamon sedang dalam masalah. Pria itu selalu memendam segala hal yang menimpanya dan menyelesaikannya sendiri tanpa ikut campur tangan orang lain. Padahal sebelum tragedi dua tahun yang lalu, Aamon adalah orang yang ramah serta ceria. Terlebih lagi Aamon sangat terbuka pada dirinya dan juga Natan yang merupakan salah satu teman lama Aamon. Sekarang, Aamon seolah menutup dirinya dari berbagai hal termasuk bercerita tentang masalahnya saat ini.

Natalia menghela nafas gusar lantas berdiri mendekati meja Aamon. "Aku tau jika kau ada masalah. Saranku cobalah sesekali terbuka pada seseorang dan kau tau, bahwa tidak semua yang kau lakukan itu benar. Ada kalanya kau harus memahami seseorang tuk mengerti bagaimana menikmati kebahagiaan bersamanya. Berhentilah menutupi dirimu, amatilah sekitarmu! Kurasa dunia yang kita pijaki sekarang ini tidaklah buruk, kau harus menikmati hidupmu!" Jelas Natalia panjang lebar.

"iya." Aamon hanya membalas singkat dan kembali melanjutkan kegiatannya. 'Aamon sialan!' Natalia membatin kesal atas respon Aamon yang kelewat biasa saja. Dengan langkah sedikit dihentakkan itu, Natalia berjalan keluar sembari menyumpah serampahi Aamon dengan bermacam-macam olokan.

Selepas kepergian Natalia, Aamon memikirkan apa yang diucapkan oleh sohipnya tadi. Jika dipikir-pikir sudah lama Aamon tidak saling terbuka pada seseorang, ia selalu menutupi dirinya dari berbagai macam hal kegiatan didunia ini. Baginya hal yang tak terlalu menguntungkan itu tidak layak untuk dilakukan. Tetapi untuk kali ini, ia akan mencoba saran dari Natalia yang mungkin saja bisa menghilangkan rasa sakit pada hatinya.

Dan untuk memulainya, pertama tama ia harus meminta maaf pada Floryn besok. Selebihnya akan Aamon pikirkan nanti.

                  Bersambung...

Flowers In Winter ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang