Gugat Trahing Kusuma buku 1-6

159 3 1
                                    

Sementara itu di pinggir arena pertarungan, satu kawan Ki Sura terlihat menggeserkan dirinya semakin dekat kearah Widuri. Ada yang terbesit didalam benaknya, jika ia mampu menangkap perempuan itu, tentu akan dapat dijadikan nilai tawar untuk menekan Arya Salaka, yang tengah bertarung melawan Ki Sura tersebut. Kemudian setelah dirasa saatnya tepat, dengan cepatnya orang itu bergerak menerkam Widuri dari arah samping,

Namun orang itu harus menahan kecewa dalam hatinya, ternyata tangkapannya gagal mengenai sasarannya, karna Widuri telah menggeserkan tubuhnya pula, hingga terkaman orang itu hanya mendapatkan tempat kosong. Bahkan secara tidak terduga-duga, dengan kecepatan tinggi Widuri justru melayangkan satu tamparan keras mendarat ke muka orang itu.

Akibat dorongan dari kekuatan orang itu sendiri ketika gagal melakukan sebuah terkaman, ditambah kuatnya tamparan yang dilakukan Widuri, seakan telah melemparkan orang itu dengan keras membentur sebuah pohon.

Terdengar sebuah umpatan lemah kawan Ki Sura Agul-Agul itu,
"Perempuan iblis..!" Matanyapun terasa berkunang-kunang, kemudian tubuhnya ambruk ke tanah. pingsan.

Sambil tertawa kecil Widuri memandang orang itu, "Hadiah untuk orang licik," katanya.

Sebenarnyalah kedua orang pengikut Ki Sura Agul-Agul yang lain melihat apa yang dilakukan seorang kawannya itu, namun mereka lebih tertarik memperhatikan pertarungan antara Ki Sura Agul-Agul melawan Arya Salaka.

Sementara di tengah arena pertarungan, Arya Salaka tentu sangat paham apa yang akan dihadapinya saat ini, ketika melihat lawannyaa mengungkapkan Aji Macan Liwung.

"Ilmu yang sangat nggegirisi, aku harus berhati-hati jika tak mau lumat karnanya," kata Arya Salaka dalam hati.

Maka dengan segala tekat yang ada, sebelum segala sesuatunya terlambat, Arya Salaka sesegera mungkin harus mengambil sikap pula. Demikian setelah surut satu langkah, putra Kepala Perdikan Banyubiru itupun telah memusatkan nalar dan budinya, kalau ditariknya sedikit kaki kanan kebelakang, kemudian tangan kiri terjulur lurus kedepan dengan jemari terbuka, lalu tangan kanannya pengepal tepat berada sejajar pada dada sebelah kanannya.

Dengan pangraitanya yang cukup tajam, Arya Salaka sesaat merasakan sebuah hawa kematian menghampirinya, melalui ilmu yang dilontarkan Ki Sura Agul-Agul, yang terlihat telah melakukan sebuah lompatan, lalu dengan ganasnya melancarkan serangan ke arahnya. Arya Salaka serta merta menghentakkan pula tangan kanannya menyambut serangan itu.

Yang terjadi benar-benar luar biasa.
Benturan dua ilmu itu seketika membuat tanah di sekitar seakan menjadi bergetar, disusul mencuatnnya cahaya kemerah-merahan bercampur dengan cahaya kebiru-biruan yang menyala.

Terlihat Arya Salaka surut satu langkah kebelakang, lalu tubuhnya terhuyung-huyung menahan keseimbangannya yang hampir hilang, akan tetapi Arya Salaka masih mampu berdiri dengan tegak, meskipun sesaat goyah. Rasa di dadanya bagaikan terhimpit batu besar, sehingga nafasnya pun menjadi berat dan tersengal-sengal

Di sisi lain ternyata keadaan Ki Sura Agul-Agul tak lebih baik dari Arya Salaka. Setelah terdengar mengaduh, tubuhnya terpental kebelakang, lalu berguling-guling diatas tanah. Ki Sura Agul-Agul memang masih terlihat berusaha untuk berdiri, namun dirinya hanya mampu menggeliatkan tubuhnya sekali, sebelum terdengar sebuah umpatan lemah, lalu tubuh itu kembali terkapar ke tanah, lalu nafasnya pun terhenti untuk selamanya.

Apa yang terjadi telah membuat kedua pengikut Ki Sura Agul Agul mejadi cemas. Merekapun berlarian mendekati tubuh pemimpinya yang kini terbaring diam diatas tanah. Mereka seakan tidak percaya pada pengelihatannya sendiri,
Ki Suro Agul Agul yang menurut pemahaman mereka adalah seorang yang berilmu sangat tinggi, pada kenyataannya telah tewas, setelah mengadu ilmu dengan putera banyu biru itu. Dengan tatapan mata yang membara kearah Arya Salaka, seorang diantara merekapun kemudian menggeram.

Gugat Trahing KusumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang