Gugat Trahing Kusuma buku 1-9

166 3 0
                                    


Kedua bajak laut itupun mengambil tempat duduk, dengan meletakkan telapak kaki kanan mereka di atas bangku, sementara kaki kirinya terjuntai di tanah. Salah satu diantara mereka sekilas memandang Raden Pamungkas yang masih menikmati minumannya di sudut ruangan kedai tersebut, sambil berbisik kepada temannya,

"Kau lihat kakang, orang di sudut ruangan itu,"  kata bajak laut yang bermata juling kepada si tinggi besar

"ya, kenapa?"

"Orang itu menganggap remeh kita, dia tak beranjak sedikitpun dari tempat duduknya untuk pergi ketika kita datang, seperti orang-orang yang lainnya."

"Sudahlah, tidak usah mengurusi hal-hal yang tidak berarti, apa lagi terhadap coro seperti itu, kita punya hal yang jauh lebih penting, terutama menebus kehormatan Bajak Laut Karimunjawa"

Bajak laut bermata juling itupun kemudian terdiam sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan-akan tak lagi mempedulikan keberadaan Raden Pamungkas.

Disisi lain Raden pamungkas memang selalu menundukkan kepalanya, seolah-olah juga tak memperhatikan apa yang terjadi di ruangan itu.
"Nampaknya kedua bajak laut itu berperangai aneh, seperti ada sesuatu yang terselimut di dalam benak mereka. Baiklah, aku ingin tau, apa yang mereka perbincangkan,"  kata Raden Pamungkas dalam hati.
Diam-diam dipusatkanyalah nalar dan budinya, untuk menajamkan panca indera pendengarannya yang di landasi aji Sapta Pangrungu, hingga apa yang diperbincangkan kedua bajak laut itu dapat didengarnya dengan jelas meski mereka berbicara terlalu pelan.

"Lalu apa rencana kita selanjutnya, kakang?"  bertanya Bajak Laut yang bermata juling,

"Adi Mina Upas, sebenarnyalah kita masih ada waktu beberapa hari sebelum pertemuan itu di gelar," jawab kawannya.

"Tapi bukankah kelompok lain sudah berada di sekitar perbukitan Cemara Sewu, apakah kita tidak ketinggalan karnanya?"

"Perbukitan Cemara Sewu sudah tidak terlalu jauh lagi dari sini, dengan ilmu kita, tidak sampai sepenggal hari kita tentu sudah berada disana, kita masih punya waktu barang dua malam di pedukuhan ini,"  Jawab Bajak Laut yang bertubuh tinggi besar.  Yang kemudian sambil tersenyum aneh dia melanjutkan ucapannya,  "Aku juga masih ingin mencari beberapa isteri muda lagi di pedukuhan ini, nampaknya padukuhan ini banyak menyimpan perempuan-perempuan cantik, aku akan membawa lima istri agar nanti aku tidak terlalu kesepian di tengah lautan."

"Ah, kakang Sarpa Laut, kebiasaanmu itu dari dulu tak pernah berubah"

"Kenapa?"  sambil tertawa kecil,  Bajak Laut yang di sebut ki Sarpa Laut itu seperti tidak mempedulikan apa yang di katakan si mata juling. Lalu sesaat kemudian tiba-tibq raut mukanya berubah menjadi serius.

"Adi Mina Upas, lagi pula sesungguhnya kita tidak terlalu berkepentingan secara langsung dengan pertemuan yang di gelar orang-orang gila yang menyebut diri mereka para keturunan Prabu Brawijaya itu, walau di sisi lain ada kesamaan dari tujuan kita yang utama, yaitu kehancuran Demak."

"Kau benar kakang, ini adalah kesempatan untuk menghancurkan Demak dengan tidak perlu kita bersusah payah,"  jawab Mina Upas.

Ki Sarpa Laut terlihat merenung, angan-angannya menerawang jauh seakan-akan mengingat-ingat kejadian beberapa tahun yang lalu, ketika pasukan laut Demak memporak porandakan kelompok Bajak Laut Karimunjawa yang mengakibatkan pemimpin Bajak Laut, yang juga guru mereka itu tewas

"Mina Upas, bertahun tahun kita besusah payah mebangkitkan kembali kejayaan kelompok Bajak Laut Karimunjawa, setelah sekian lama kekuatan pasukan Demak itu dengan sombongnya menghancurkan segalanya, sehingga junjungan kita Ki Naga Braja Geni tewas di tangan Pangeran Sabrang Lor."

"Benar, ini adalah saat yang tepat, sekarang Demak sedang di landa malapetaka, setelah terjadi pergolakan dan perselisihan yang kian meruncing diantara para pangeran, setelah Sultan mereka tewas dalam perang akibat kesombongannya."

Gugat Trahing KusumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang