"Gry, gue lihat ada orang yang mirip cowok lo di alun-alun, tapi sama cewek."
"Kak, maaf ya sebelumnya, gue cuma mau tanya, kak Gry udah putus belum sih sama kak Yohan? Soalnya temenku kok jadian sama dia."
"Oy, gue lihat cowok lo nonton layar lebar sama cewek."
"Udah putus atau Yohan yang selingkuh? Dia pacaran sama model majalah tau, mana dibikin video di facebook lagi, gatau malu banget."
Alih-alih menatap cowok ganteng di depannya, Gry justru memusatkan perhatiannya pada orang-orang yang berlalu lalang di jalan raya.
Sore itu sedikit mendung, awan-awan hitam menggantung siap menangis kapan saja. Kalau Gry melihat di perkiraan cuaca, sore ini hujan akan turun."Kalau nggak ada yang mau diomongin, gue pulang," ujarnya ketus. Sementara cowok yang belakangan ini dibicarakan oleh teman-temannya memasang wajah nelangsa.
"Ayo putus," jawabnya sedih.
"Itu aja yang mau diomongin? Oke." Gry membenahi letak tote bag di pundaknya, perempuan itu mengusap rambutnya sebelum pergi, tapi cekalan tangan Yohan menahannya. "Apa lagi sih?" tanyanya tidak santai.
"Lo bilang itu aja??" Yohan tak kalah ngegas.
"Bukannya lo udah sama yang lain? Gausah sok sedih gitu, lo yang selingkuh!" balas Gry sinis.
"Lo nggak tanya alasan gue selingkuh?" Cowok itu kembali melemparkan pertanyaan yang membuat Gry ingin meludah, dia muak.
Sekali hentakan, cekalan tangan Yohan terlepas, Gry melempar senyum sinis sambil membalas tatapan Yohan. "Apapun alasannya, itu urusan lo yang milih mendua, dan gue nggak akan maafin apapun bentuk perselingkuhan, gue tau kok kalau pada akhirnya bakal ditinggalin."
"... udah biasa," sambung Gry.
"Dari awal, emang kayaknya cuma gue yang berusaha sama hubungan kita, lo nggak niat sama sekali." Yohan berdecih.
"Lagian siapa yang bakal tahan sih, kalau hubungannya selalu dicampurin sama kakak-kakak lo itu? Gue ngerasa diteror setiap hari, ngajak lo pergi aja rasanya kayak mau sidang penentuan hukuman buat napi."Gry menutup mata. "Gue minta maaf."
"Jangan minta maaf dan bikin gue semakin kelihatan brengsek."
"Minimal sadar diri, lo emang brengsek!" Setelah mengatakannya, Gry berlari menjauh, bersamaan dengan itu, gerimis perlahan turun. Toyota Avanza yang entah sejak kapan terparkir di pinggir jalan menurunkan kaca, pemuda bertubuh jangkung melambaikan tangan dengan senyum yang kata cewek-cewek manisnya melebihi gula.
Gry mendesis, dia berniat kabur saja dengan berlari, tapi keberuntungan selalu tidak memihak kepadanya. Gerimis semakin deras dan dia tidak suka ketika sepatunya lembab.
Mau tidak mau tangannya membuka pintu, kedatangannya disambut elusan di rambutnya yang sedikit lepek. Perempuan itu menyingkirkan lengan kekar dengan sedikit kasar, menatap sosoknya dengan tatapan tidak bersahabat.
"Puas lo?" tanyanya sinis.Tawa berat mengalun puas. "Gue bilang apa? Semua cowok jahat, kecuali gue, jadi gausah deket-deket mereka."
"Lo lebih jahat, sinting, gila," balas Gry pedas.
Sebuah sapu tangan disampirkan di atas kepala Gry, dengan sebelah tangannya yang tidak memegang setir, cowok itu mengusapkannya ke rambut panjang adik perempuannya. "Buat perayaaan putus, lo bebas minta apapun dari gue."
"Apapun?"
Seolah mengerti isi kepala Gry, dia tertawa. "Kecuali bebasin lo deket sama cowok lain."
Gry berdecih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMAR
Teen FictionHatinya samar, dia tidak tahu apakah perasaannya adalah cinta atau hanya obsesi semata. "Lo tau apa yang lebih nggak berguna dari nangisin mantan?" "Mungkin hidup lo di dunia ini." "Adalah kabur dari gue."