"Telfon— apa? Sorry gak dengar."
Gry langsung menggeleng, dia membuang napas lega karena celetukannya tidak didengar oleh Jagad. Kalau lihat Jagad bawaannya adem banget, kok bisa-bisanya Gry tidak tahu ada cowok seperti ini di kampus?
"Mau minum? Gue beliin bentar, ya?" Cowok itu menunjuk tenda-tenda UMKM di pinggir, tapi Gry dengan tegas menggeleng. "Gue bawa minum."
Bukannya modus, tapi Gry beneran takut ditinggal sendirian. Sheyra saja tidak kembali lagi ke sini.
Kening Jagad mengernyit bingung saat Gry membuka resleting tas selempangnya. "Kok bisa bawa minum dari luar?"
"Kebawa, tadi penjagaannya kurang sih." Gry dengan percaya diri menunjukkan botol coca-cola yang sempat diseludupkan oleh Sheyra ke dalam tas, meminumnya sampai setengah sebelum menawarkannya kepada Jagad. "Lo mau?"
Jujur, dia memang haus banget, tapi tidak sadar karena visualnya Jagad yang seperti air mineral.
Jagad dengan canggung mengulurkan tangannya.
"Bentar!" Gry kembali menarik tangannya ketika merasakan panas di tenggorokan sampai leher, dia mengangkat tinggi-tinggi botol botol coca-cola yang sedang dipegangnya, lalu mengendus. "Rasanya, kok beda? Terus baunya —" dia refleks mencubit hidungnya.
Melihat warnanya yang agak beda, Jagad mengambil botol itu, mengendus-endus dan menyadari sesuatu. "Dapat darimana?" tanyanya dengan raut panik.
Sepertinya Gry tau sesuatu, perempuan itu berjongkok sembari memegangi kepalanya yang mulai kliyengan. "Sheyra," jawabnya lemas.
"Isinya udah diganti." ujarnya. Ini sih tidak salah lagi kerena dia juga sudah hafal.
"Lo gapapa? Bangun, Gry. Nanti ketendang." Jagad menarik pelan lengan Gry, untuk dia sih bukan pertama kali karena rata-rata temannya pada hobi mabuk, tapi ini?Gry tersenyum dengan percaya diri mengacungkan jempol. "Tenang aja, Je. gue cuma minum dikit, jadi nggak akan ngaruh."
Beberapa menit kemudian, perempuan itu berubah heboh, Gry dengan pipi merah itu berteriak kencang, bukan ikut menyanyi, tapi ....
"BASKARA BRENGSEK, SINTING, MIRING, OYYYYY!" Gry dengan terhuyung-huyung melompat-lompat sembari mengacungkan kedua jari tengahnya.
"YANG NAMANYA BAS JANGAN DITEMENIN!" Gry memutar tubuhnya, lalu menepuk-nepuk dada Jagad. "Kalau lo ketemu kakak gue yang namanya Baskara, kabur aja, Je. Dia sinting!"
Bisa dikatakan, mereka tidak terlalu kenal karena Jagad tau Gry karena perempuan itu temennya Sheyra, jadi dihadapkan dengan situasi seperti ini membuatnya panik, cowok itu berusaha menangkap tangan Gry, walaupun teriakannya kalah dengan keriuhan konser, tapi membiarkannya begitu saja bukan ide yang baik.
"Je, kok wajah lo gini sih." Gry menyipitkan matanya, dia menunjuk-nunjuk pipi Jagad. "Aduhai gantengnya~"
"Ayo pulang."
"Tak boleh tak boleh, nanti Bas marah lahhhh!" Perempuan itu menyilangkan kedua tangannya. "Mau lihat sesuatu? kemarin Bas baru nunjukin ke gue." Gry tersenyum manis sembari mengedipkan sebelah matanya.
***
"Bas pernah cipokan tau, kayak gini." Sebelah lengan Gry menarik kepalanya hingga menunduk, lantas dia memajukan wajahnya hingga lipstik merahnya menempel di bibir orang lain.
"What the fuck!" Gry terbangun bersama sakit kepala dan perut yang seperti diaduk-aduk. Perempuan itu menyingkirkan selimut dan melangkah ke depan cerminan.
Masih pakaian yang sama dengan semalam, tapi make up di wajahnya sudah terhapus.
Tapi, mimpi apa itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMAR
Teen FictionHatinya samar, dia tidak tahu apakah perasaannya adalah cinta atau hanya obsesi semata. "Lo tau apa yang lebih nggak berguna dari nangisin mantan?" "Mungkin hidup lo di dunia ini." "Adalah kabur dari gue."