7. tujuh.

504 30 5
                                    

"KAK GRY, KAK GRY!"

Gry hampir tersedak ketika melihat Agnes yang tidak pernah main ke rumah tiba-tiba sudah berlari ke arahnya . Di belakangnya, satpam rumah langsung undur diri setelah mengantarkan gadis itu.

Tangan Gry refleks membuka ponsel, terdapat ekspresi lega sesudah memastikan bahwa malam ini mama tidak ada di rumah.

Status Agnes sebagai pacar Bas memang tidak diketahui oleh orangtuanya, mengingat Bas adalah tunangan Dhara, jadi keberadaan gadis itu di sini bisa dikatakan tidak aman.

"Kak, ikut gue bentar!" Agnes menarik keluar Gry tanpa pikir panjang, memasukannya ke dalam mobil tanpa meminta persetujuan orangnya lebih dulu.

"Ngapain di sini? Maksudnya apa main tarik gitu aja?" tanya Gry dengan alis menukik.

"Sambil jelasin, kita otw ke sini." Gadis itu menunjuk maps. "Tapi lo yang nyetir kak, jujur aja gue belum mahir naik mobil," jawabnya.

Gry mengernyit bingung, terlebih melihat lokasi yang tidak pernah dia kunjungi sebelumnya. Sepasang matanya menatap Agnes penuh kecurigaan yang justru dibalas raut cemas yang begitu ketara.

"Jelasin!" suruh Gry setelah mobil yang dia kendarai membelah kota di malam hari, hanya dengan kaos oblong dan kolor di atas lutut, sejujurnya Gry merasa sedikit was-was.

"Aduh maaf deh kalau kesannya gue kayak nyulik."

"Emang."

Gadis berbibir tebal itu menggigit kuku-kuku jarinya. "Ada yang bilang ke gue kalau bebeb alias kak Bas diajak balapan sama orang aneh, gue khawatir dong, tapi mau ke sana sendiri nggak berani," jelasnya.

Terakhir kali Gry melihat Bas saat sarapan, setelahnya cowok itu pergi seharian dan belum pulang sampai sekarang, jam sepuluh malam.
Sejujurnya seharian tadi adalah waktu paling tenang dan menyenangkan karena terbebas dari cowok sinting seperti Baskara.

Mendengar kalimat Agnes tidak membuatnya cemas, berbeda dengan perempuan itu yang sudah seperti mau menangis khawatir.

"Udah biasa itu."

"Nggak, bubub bilang ke gue kalau dia nggak pernah ikut balapan karena mager kebut-kebutan. Dia juga lebih suka pakai mobil daripada motor, pasti kalau balapan beneran bakalan kesusahan dong!" bantah Agnes.

Apakah jahat jika Gry ikut membohongi gadis yang mencintai Bas dengan setulus ini?
Bagaimana jika dia tahu kalau Bas sudah punya tunangan?

"Lo, sesuka itu sama Bas?"

"Iya."

"Kok bisa?"

Agnes justru menatapnya dengan heran. Padahal seharusnya Gry yang heran. Apa bagusnya cowok sinting dan bajingan seperti Bas?

"Ngomong-ngomong, Kak. Tadi pertama kalinya gue ke rumah kak Bas, padahal kita pacaran udah jalan setengah tahun. Gue tau alamatnya juga minta ke temennya loh," gerutu Agnes. "Ini juga pertama kalinya gue ngobrol langsung sama calon adik ipar gue."

Gry hanya mendengus geli, dalam hati merasa bersalah lagi.

***

Di lokasi, Gry dipaksa ikut berlarian untuk ke jalan yang sudah ramai oleh anak-anak motor berjaket hitam, jalanan yang lumayan sepi dan gelap, Gry bahkan mengetahui ada lokasi seperti ini untuk balapan.

Beberapa pasang mata tertuju kepada Gry yang mungkin terlihat tidak asing untuk mereka.

"Lo adiknya Bas?"

"Ya?" Sejujurnya Gry bingung kenapa mereka tahu?

"Kak Bas udah balapan? Siapa yang nantangin?" sela Agnes dengan banyak keringat sebesar biji jagung di keningnya.

SAMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang