25. Dua puluh lima

38 8 5
                                    

Dhara terpaksa menghentikan langkahnya ketika kepalanya menubruk dada seseorang, dalam posisinya yang sedang menunduk, perempuan itu dapat mengenali siapa pemilik sepatu adidas biru dan wangi parfum maskulin kesukaanya.

Baskara.

"Ikut gue." Suaranya berat, terdengar penuh emosi dan dendam.

Perempuan itu menyeka air matanya, dadanya semakin bergemuruh, titik syarafnya seakan terputus, dia blank.
mungkinkah, laki-laki itu mendengar obrolannya dengan Akash?

"Bas—" bohong jika dia tidak takut,  suaranya bahkan bergetar saking takutnya.

"Diem!" potongnya dingin, dia menarik pergelangan tangan Dhara dengan kasar, memaksanya berjalan cepat meski tunangannya protes karena kewalahan mengikuti langkah kaki lebarnya.

"Bas, sakit!"

Sayangnya Bas tidak peduli, laki-laki itu mendorong tubuh Dhara ke dalam mobil, kemudian melajukannya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Dhara tidak dapat berpikir apapun, bertahun-tahun bersama Baskara, dia tidak pernah melihat diamnya laki-laki itu ketika sedang marah. kalau bisa memilih, mungkin dicaci maki seperti biasanya lebih baik daripada seperti ini.

Untuk menduga-duga apa yang akan Bas lakukan kepadanya pun tidak bisa Dhara terka, yang pasti bukan sesuatu yang baik.

Dia tidak takut kebut-kebutan. Bahkan semisal kecelakaan sekarang pun Dhara tidak apa-apa, karena — daripada mati, Dhara lebih takut menghadapi Baskara.

"Bas .... "

"Diem, bitch!"

Perempuan itu mengunci bibirnya, memilih menatap keluar jendela sembari berangan-angan, apa dia loncat saja dadi mobil?

Dhara takut....

Perlakuan kasar laki-laki itu mengingatkannya tentang ayah yang sialnya sama.
padahal Dhara membencinya, tapi kenapa dia justru mencintai laki-laki yang tidak jauh berbeda dengan ayahnya?

Di saat-saat seperti ini, kadangkala Dhara menyesal sebab pernah memainkan hati seseorang yang benar-benar tulus mencintainya.

Jika dahulu dia belajar mencintai balik Akash, semuanya tidak akan seperti ini ini, kan?

Dia tidak mungkin dijadikan pelarian, bahan pelampiasan Bas dan dinomor sekian kan....

Sampai mobil yang mereka tumpangi berhenti di basement apartemen, Dhara tidak beranjak sama sekali meski Bas menyuruhnya untuk turun.

"Turun, Dhara." Bas membuka pintu mobil lebar-lebar. Tidak mendapatkan respon, laki-laki itu membuang napas. "Ada yang mau gue omongin, masuk dulu, yuk?" tiba-tiba saja suaranya berubah lembut, dan bodohnya Dhara langsung luluh begitu saja dan menuruti perintah Bas.

Dia melangkah dengan bulu kuduk berdiri semua, Bas berjalan di belakangnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Hingga keduanya masuk ke dalam apartemen, Bas dengan sengaja mendorongnya ke dinding,  telapak tangannya mencengkram leher Dhara, tidak terlalu keras, tapi mampu membuatnya kaget setengah mati.

"B-bas ...."

"Sakit?"

Perempuan itu mengangguk.

"Lebih sakit mana sama Akash yang lo deketin cuma buat diambil foto dan informasinya ke psikopat anjing betina itu?!"

tubuh Dhara gemetaran.

"Dan— ternyata lo dalangnya?" Bas menjauhkan tangannya, saat itulah tubuh Dhara luruh menyentuh dinginnya lantai, perempuan itu terisak-isak ketakutan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang