22. dua puluh dua.

234 23 9
                                    


"Jagad pacaran sama Gry?" Jerry melompat ke kasur, dia mendesak Akash untuk melihat ponselnya, sampai jarinya ngezoom video yang dia lihat di instastory temannya, seseorang yang familier terekam di sana, saling merangkul sembari melompat-lompat. "Beneran Gry cok! Dia ke konser bareng Jagad!"

Akash membuang gulingnya, merebut ponsel itu dan melihatnya dengan seksama. Padahal Gry bilang dia mau ke konser bersama Sheyra.
Cowok itu membuang napas. "Artinya si Jagad udah ada peningkatan," ujarnya.

Banyak yang bilang jika Jagad naksir Gry. Orangnya sih tidak pernah membantah, tapi mengakuinya pun tidak. Akash cukup akrab dengan Jagad, tapi tak sekalipun bertanya tentang adiknya.

"Susulin yuk."

"Males." Cowok itu memungut kembali bantal guling yang sempat dilempar, mendekapnya dengan wajah muram.

"Departemen kita ngadain acara, masa kita nggak ikutan?" Jerry menarik-narik kaki Akash, tapi cowok itu malah membenamkan wajahnya di bantal.

"Gue nggak larang lo ikutan, gue di sini, jaga kamar lo."

"Nggak asik." Jerry menyerah, dia duduk  di depan komputernya, memilih bermain game. Sementara Akash terlihat galau dan uring-uringan.

Dia bukan Bas yang akan melarang Gry ini itu, tapi hatinya tidak bisa berbohong. Setiap tahu Gry dekat atau mulai berpacaran dengan cowok, dia cemburu.

Perasaan yang hanya bisa Akash telan bulat-bulat setiap hari sampai dia kenyang makan hati.

"Emang nggak apa-apa kalau Gry berduaan sama cowok di konser?" tanya Jerry tanpa melepaskan tatapannya pada layar komputer.

"Gry udah gede, dia juga butuh hiburan dan kebebasan kayak remaja pada umumnya." Sayangnya Bas tidak pernah berpikir seperti itu, meskipun dia mengerti kekhawatiran kembarannya, tapi menurutnya cara itu terlalu berlebihan.

Kadang Akash merasa kasihan, tapi senang juga karena dengan begitu, tidak akan ada yang mendekati Gry.

"Lo percaya sama Jagad?"

"Gue kenal Jagad dari pas kita maba. Sejauh ini dia dapat dipercaya," jawab Akash, meski terlihat strong, tapi hatinya nyes-nyes tak keruan saat mengucapkannya.

"Tapi dia hobi mabok," cibir Jerry.

Akash beranjak, memutar kursi Jerry sampai menghadapnya. Matanya menyipit curiga. "Apa lo mau bilang suka Gry juga? Ikut maju aja, gue sih setuju walaupun otak lo separo dan tukang mabok."

Jerry menepuk-nepuk dada Akash sembari geleng-geleng. "Nggak usah sok kuat, bro. Pake nuduh gue suka Gry lagi, padahal yang suka dan seharusnya maju lo sendiri," cibirnya.

Ekspresi terkejut Akash mengundang tawa Jerry. "Jangankan gue, Baskara aja gue yakin udah tau."

Saat akan menjawab Jerry, perhatiannya terganti oleh panggilan masuk dari Jagad. Dia mengambil napas sebelum mengangkatnya.

"Kash, bisa jemput Gry sekarang? Anaknya nggak sengaja minum alkohol dan mabok."

Jerry yang ikut menguping membekap mulutnya dramatis.
Akash menatapnya tajam, menyuruh agar cowok itu tidak mengatakan sesuatu.

"Jelasin secara singkat, Je. Gue bakal maafin kalau lo jujur."

Kekhawatiran dan cemburu yang beradu membuat Akash kalang kabut, tapi cowok itu memilih menelpon Devendra dan menyuruh agar kakaknya saja yang menjemput. Tentunya setelah menjelaskan semuanya.

Setidaknya, Devendra lebih baik daripada Bas yang mungkin akan marah-marah dan berkemungkinan menonjok Jagad di sana.

"Mau ke mana?" tanya Jerry saat melintas Akash memakai sneaker dengan terburu-buru.

SAMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang