BAB 9

2.3K 11 0
                                    

Aku terbangun oleh gerakkan liar di atas tubuhku, kontolku seperti keluar masuk di lobang licin dan basah yang terasa hangat. Nikmat sekali melebihi saat Mbak Wati mengulum kontolku, perlahan aku membuka mata dan melihat Mbak Wati berjongkok di atas tubuhku dengan kedua tangannya memegang dadaku yang bidang, pinggulnya naik turun dengan cepat. Aku terpaku melihat kontolku keluar masuk memek Mbak Wati, ternyata aku sudah kehilangan perjakaku saat tidur.

"Och, nikmat Jang, kontol kamu gede, panjang dan keras banget. Memek Mbak, enak !" Rintihan Mbak Wati disertai teriakan kecil membuatku langsung sadar sepenuhnya, ternyata yang kurasakan nyata. Mbak Wati sedang mengentotku. Aku bukan lagi seorang perjaka ting ting, aku perjaka yang ternoda. Ternoda oleh rasa nikmat yang sulit terlukiskan oleh kata kata. Noda yang membuatku menjadi pria sejati.

"Mbak, kontol Ujang ennnak banget...!" kataku setengah linglung, terpesona oleh Mbak Wati yang sedang memacu kontolku, payudaranya berguncang menjadi pemandangan terindah yang pernah aku lihat. Perjakaku hilang tanpa aku rasakan, momen yang seharusnya menjadi kenangan terindah, berlalu begitu saja tapi aku sekali tidak menyesalinya, momen terbangun dan melihat kontolku terbenam di memeknya juga momen terindah yang tidak akan pernah dialami oleh pria lain, hanya aku dari segelintir orang yang mengalaminya..

"Akhirnya kamu bangun juga, Jang. Dari tadi Mbak ngentotin kamu, tidurmu sangat nyenyak sampai nggak terasa Mbak entot. " Mbak Wati tersenyum, bergerak liar terus memacu kontolku. Terlihat dia sangat menikmati memperkosaku yang sedang tidur. Perkosaan yang sangat nikmat dan aku tidak mau semuanya cepat berlalu. Aku ingin menikmatinya lebih lama selama yang aku mampu

"Mbak, memek ennnnak banget..!" kataku dengan mata terpejam menikmati sensasi pertamaku. Sensasi ritual mesum.

"Iya, memekku juga ennnak, ini namanya ngentot Jang...!" kata Mbak wati terus memacu kontolku dengan liar. Dengan posisi WOT, membuatnya begitu leluasa memacu kontolku. Rambutnya yang panjang menjadi kusut, tubuhnya basah oleh keringat, membuatnya terlihat semakin cantik dengan dengan penerangan lampu yang temaram. Toketnya yang besar ikut bergoyang, dengan gemas aku meremasnya, menjaga agar tidak terjatuh dari tempatnya. Begitu kenyal dan hangat.

"Mbak Wati !!!" Jeritku menikmati gesekan demi gesekan kontolku dengan dinding memek Mbak Wati yang lembut dan lunak. Gesekan yang membuatku menggelinjang dan berteriak kecil.

"Jang, Mbak keluar lagi" teriak Mbak Wati. Memek Mbak Wati berkedut kedut meremas kontolku. Kedutannya sangat terasa menimbulkan rasa nikmat yang dahsyat.

"Mbak, cape jang. "Kata Mbak Wati setelah orgasmenya selesai, wajahnya terlihat puas, bibirnya tersenyum menatapku sayu, kontolku masih tertanam di dalam memeknya. Mbak Wati mencium bibirku dengan lembut, lalu merebahkan tubuhnya di sampingku, terkapar kehabisan tenaga.

"Mbak, aku belum keluar !" protesku. Aku masih ingin merasakan kehangatan dan kenikmatan memeknya, aku baru memulainya. Aku ingin menumpahkan pejuhku di dalam memeknya seperti aku menumpahkannya di mulutnya.

"Ya udah, masukin lagi kontol kamu ke memek Mbak, gitu saja kok repot. Gantian kamu yang diatas." kata mbak Wati meniru ucapan Gus Dur yang sangat terkenal. Pahanya mengangkang lebar menyuruhku segera naik ke atas tubuhnya yang montok. Tidak perlu mengulang perintah, Aku segera menindih tubuh Mbak Wati yang refleks meraih kontolku, agar posisinya pas dilubang memek. Secara naluri, aku menekan kontolku masuk memek Mbak Wati yang sangat licin dan basah oleh lendir birahinya.

"Mbak, memeknya enak." ujarku saat kontolku terbenam dalam jepitan memeknya, benar benar nikmat, pantas saja orang sangat menyukainya bahkan ngentot menjadi candu.

"Kontol kamu juga enak banget, Mbak udah keluar 3x, ayo Jang, entot lagi memek Mbak, keluarin pejuh kamu di memek, Mbak. Hamili Mbak, Jang.!" Kata Mbak Wati menyambut hujaman kontolku dengan mengangkat pinggulnya, untung saja kasur tempat kami ngentot terletak di lantai sehingga tidak takut ranjang rubuh menahan beban tubuh kami. Bibirku menciumi lehernya yang basah oleh keringat, terasa asin di lidahku.

"Mbak jahat, aku lagi tidur diperkosa." kataku sambil menghujamkan kontolku dengan bertenaga, berusaha membalas perbuatannya yang sudah memperkosaku. Perbuatan yang seharusnya dilakukan saat aku sadar, Mbak Wati harus menerima perbuatannya yang merenggut perjakaku tanpa aku sadari.

"Mbak, akkkku gak tahannnn...?" jeritku tidak mampu lagi menahan pejuku yang memancar deras membasahi memek Mbak Wati, bercampur dengan lendir memeknya.

"Iya Jang, mbak juga mau keluar. Terus kocok yang kenceng, Jang....." jerit Mbak Wati semakin mempercepat gerakkan pinggulnya, berusaha mendapatkan orgaamenya lagi. Aku berusaha mengimbanginya, tidak akan kubiarkan dia mengocok kontolku tanpa perlawanan dariku, dia harus merasakan kontolku yang perkasa, entah benar entah tidak karena ini adalah pengalaman pertamaku.

"Mbak kelllluar....." jerit Mbak Wati memeluk tubuhku dengan erat, tanpa sadar dia menggigit leherku meninggalkan bekas Yang dangkal.

"Mbak, sakit....!"kataku jengkel, sehebat itukah rasa nikmat yang diperoleh Mbak Wati sehingga tega menggigit leherku seperti drakula.

"Kamu hebat banget, kontol kamu benar benar perkasa bikin Mbak kelojotan. Jangan dicabut dulu, Mbak masih pengen kontol kamu di memek." bisik Mbak Wati di telingaku tanpa merasa bersalah sudah menggigit leherku, tangannya menahan pinggangku saat aku mau beranjak dari atas tubuhnya.

"Leherku sakit, Mbak seperti drakula." kataku teringat dengan film drakula yang menggigit mangsanya setelah berhubungan sex seperti yang aku alami sekarang.

"Maaf, ennnak banget Jang, rasanya belum pernah aku merasakan ngentot sedahsyat ini." kata Mbak Wati memelukku. Kami berpelukan setelah selesai mengayuh birahi yang melelahkan dan penuh kenikmatan. Aku dapat mencium aroma rambut Mbak Wati yang lembut dan wangi sampo yang dipakainya.

"Mbak, Mas Gatot kok bisa ngijinin Mbak melakukan ritual pesugihan ?" tanyaku penasaran, kenapa Mas Gatot mengizinkan istrinya dientot olehku.

"Karena ingin cepat, kaya. Lagi pula Mas Gatot punya kelainan." jawab Mbak Wati membuatku heran, kelainan apa yang dimaksud oleh Mbak Wati.

"Maksud Mbak, kelainan apa?" tanyaku tidak bisa menahan rasa ingin tahuku.

...kisah mbak wati..

"Mas Gatot tidak pernah marah setiap kali ada orang yang terang terangan memperhatikan bentuk tubuhku, tadinya aku menganggap itu sebagai hal yang biasa, Mas Gatot tentu merasa bangga mempunyai istri secantik aku hingga suatu hari aku tahu ternyata hal yang kuanggap biasa itu adalah kelainan. 

Hingga suatu hari Mas Gatot pulang jualan bersama seseorang yang membuatku sangat terkejut, Paijo mantan pacar yang menghamiliku dan lenyap seperti ditelan setelah mengetahui aku hamil.

"Paijo!" kataku tidak percaya melihat sosok yang berdiri di samping suamiku. Pria yang sudah menghancurkan masa depanku sehingga harus menikah dengan Mas Gatot.

 "Wati..!"Paijo tersenyum mengajakku  bersalaman setelah hampir 18 tahun dia menghilang. Menghilang dari tanggung jawab, untung saja Mas Gatot yang diam diam mencintaiku bersedia menikahiku dan menutup aib keluargaku.

 "Duduk, Jo. Dek kamu bukannya bikin kopi buat tamu!" kata Mas Gatot tersenyum menyadarkanku dari pesona masa lalu yang telah menguras air mata hingga tidak tersisa sedikitpun.

petualangan gunung kumkusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang