BAB 2

2.6K 12 3
                                    

" Apa di sana ada dukun hebat?"Tanyaku antusias karena belum pernah mendengar nama itu. Hal yang berbau mistis dan orang hebat yang mempunyai kemampuan lebih selalu membuatku tertarik. Aku percaya orang yang mempunyai kemampuan lebih akan bisa membantu usahaku agar semakin laris, apalagi Abah/ kakekku dikenal sebagai orang pintar.

"Gunung Kemukus itu tempat pesugihan, biar.... " capannya terhenti saat melihat istrinya meletakkan dua gelas kopi di hadapan kami.

“Biar cepat kaya.” Kata Mbak Wati meneruskan perkataan Mas Gatot sambil meletakkan kopi di hadapan kami, saat membungkuk itulah aku melihat sepasang p*yud*ra Mbak Wati menggantung dari balik kerah dasternya yang rendah, membuatku menelan ludah karena terlihat jelas Mbak Wati tidak memakai BH.

“Pesugihan khan harus pakai, tumbal.” Jawabku bergidik membayangkan anggota keluargaku harus menjadi tumbal, sedangkan selama ini aku bekerja keras untuk membahagiakan Ibu dan adik adikku. Tidak mungkin aku mengorbankan mereka demi egoku. Aku tidak akan pernah mau ke tempat seperti itu, biarlah aku hidup seperti ini, asalkan bisa melihat senyum di bibir ibu dan adik adikku sudah membuatku merasa bahagia.

"Kopinya diminum, Jang." kata Mbak Wati membuyarkan lamunanku. Aku tersenyum sambil menganggukkan kepala. Beruntung mas Gatot punya istri cantik, padahal wajah Mas Gatot biasa biasa saja, bahkan masuk dalam kategori jelek.

"Iy iyya Mbak, terima kasih..!" jawabku menunduk malu menghindari tatapan matanya yang terang terangan melihat wajahku. Mungkin dalam keadaan biasa aku tidak akan semalu sekarang, tapi setelah obrolan mesum Mas Gatot dan Mbak Wati aku merasa malu.

"Saya baru dengar sekarang tentang Gunung Kemukus, Mbak !." jawabku sambil meminum kopi yang masih sangat panas untuk menutupi kegelisahanku.

"Kalo kamu mau tau tentang Gunung Kemukus, istriku akan menjelaskannya, Jang. Sekarang aku mau ke pasar, dulu. Kamu santai saja di sini, kalau kamu mau nyusu juga boleh. Dek, aku ke pasar, dulu." Kata Mas Gatot tanpa menunggu jawaban dariku, dia pergi meninggalkanku dengan Mbak Wati di kamar. Apa Mas Gatot tidak takut aku berbuat macam macam dengan Mbak Wati. Dia seperti sengaja memberiku kesempatan untuk berduaan dengan istrinya yang semok. Seolah gurauannya yang tadi bukanlah sebuah gurauan, tapi tawaran yang sesungguhnya.

Berdua dengan Mbak Wati membuatku semakin gugup dan gelisah, beberapa kali aku merubah posisi dudukku sehingga melupakan kopi yang terletak di hadapanku. Bahkan kakiku hampir menumpahkan kopi yang masih panas, segera aku meminumnya untuk menghilangkan kegelisahanku. Walau kami sudah kenal dan bertetangga cukup lama, tapi kami belum pernah ngobrol berduan di dalam kamar kontrakan, terlebih pakaian Mbak Wati yang tanpa lengan, sehingga beberapa kali aku bisa melihat k*tiaknya yang tidak berbulu saat Mbak Wati membetulkan rambutnya.

" Gunung Kemukus itu tempat orang nyari pesugihan tanpa tumbal, dan untuk melakukan ritual pesugihan di Gunung Kemukus kita harus datang dengan pasangan selingkuh sebanyak 7x malam jum'at pon. Di sana kita harus zina, agar semua keinginan kita untuk cepat kaya terkabul. Tentu saja setiap Pesugihan harus pakai tumbal, tumbal Pesugihan Gunung Kemukus adalah berzina, apalagi kalau sampai wanitanya bisa hamil. Itulah tumbal dari Pesugihan Gunung Kemukus. " kata Mbak Wati menerangkan panjang lebar tentang Ritual di Gunung Kemukus membuatku heran ada tempat pesugihan seperti itu. Sangaht berbeda dengan Pesugihan yang menurutmu memerlukan tumbal jiwa, di Gunung Kemukus tumbalnya adalah berzina. Tumbal ternikmat yang pernah kudengar.

"Maksudnya berzina itu bagaimana, Mbak ? Terus kalo kita zina di sana, apakah benar kita bisa kaya, ? " tanyaku heran, masa ada pesugihan seperti itu. Rasanya tidak masuk akal. Dengan berbuat mesum kita akan menjadi kaya, kecuali pelakunya adalah wanita yang menjajakan diri. Msreka bisa menjadi kaya karena memang begitu mereka mencari uang.

"Maksudnya zina, ya ng*nt*t dengan istri orang. " Wati menjawab vulgar, bibirnya tersenyum menggoda kebodohanku. Aku terpana melihat senyum Mbak Wati yang membuatnya terlihat semakin cantik, seharusnya dia menjadi milikku yang berwajah tampan dari pada harus menjadi istri Mas Gatot yang menurutku jelek. Ini seperti kisah Beauty and the beast.

"Mmmmbak, pernah kesana ? " tanyaku gugup, membayangkan Mbak Wati ke Gunung Kemukus dan melakukan ritual s*x dengan seorang pria membuatku terangsang. Andai pria itu adalah, aku. Dudukku menjadi tidak nyaman saat k*nt*lku bergerak cepat mencapai ukuran maksimal. Tanpa berani membenarkan posisi k*nt*lku, karena Mbak Wati terus memperhatikanku. Swdikit gerakkan akan membuatnga tahu.

"Belum pernah, tapi banyak temen Mbak di klaten kampungku yang pernah ke sana, banyak dari mereka yang sudah sukses. Makanya aku dan mas Gatot punya rencana ke sana, tapi masih bingung mencari pasangan ritualnya, harus bersama dengan orang yang mempunyai keinginan sama dan satu tujuan. Kamu mau nemenin aku ke Gunung Kemukus ? " tanya Mbak Wati membuat jantungku berdegup sangat kencang, Mbak Wati mengajakku ke Gunung Kemukus untuk melakukan ritual disana. Seumur hidup aku belum pernah dekat seorang wanita dan ajakannya membuat nafasku nyaris berhenti.

"Eh, Mbak bercanda..!" kataku setelah berhasil menguasai diri, tawaran dari wanita cantik bertubuh sexy, kesempatan yang tidak akan datang dua kali.

"Aku serius, aku dan mas Gatot capek hidup begini terus. Tiap hari Mas Gatot keliling jualan mie ayam, aku keliling jualan jamu, tapi uangnya selalu habis buat makan dan mengirim uang ke kampung buat biaya makan dan sekolah anak anak. Aku pengen kaya, makanya Mas Gatot menyuruh aku ke Kemukus, pesugihan di sana tanpa tumbal, cukup ng*nt*t. " wati menatapku tajam, bicara tanpa rasa malu seolah itu hal yang biasa buatnya. Atau mungkin karena dia sudah benar benar nekat, ingin mencari pesugihan yang diyakininya bisa membuatnya menjadi kaya dalam waktu singkat.

"Dijamin berhasil, gak ? " tanyaku lagi. Aku mulai tertarik dengan kata tanpa tumbal. Terlebih syaratnya sangat mudah, cukup ng*nt*t dengan pasangan ritual, ritual yang pastinya sangat nikmat. Tanpa sadar aku membenarkan posisi k*nt*lku agar lebih nyaman.

"K*nt*l kamu sudah ng*c*ng,ya?" tanya Mbak Wati yang melihat apa yang sedang kulakukan membuatku menunduk malu karena gerakanku terlihat, terlebih celanaku sudah mengembung tidak bisa menyembunyikan apa yang sedang terjadi.

"Terus bagaimana, Mbak?" tanyaku berusaha mengalihkan perhatian Mbak Wati yang terus tertuju ke selangkanganku, mungkin dia mengira ngira seberapa besar k*nt*lku.

"Salah satu diantara kita akan berhasil dan yang berhasil harus membantu pasangannya agar mereka bisa sama sama kaya kalau tidak, yang berhasil akan jatuh bangkrut. Kamu mau ya, menemni Mbak ke Gunung Kemukus ? Di sana kita bisa ng*nt*t sepuasnya. ' ajak Mbak Wati sambil membusungkan d*d*nya yang m*nt*k, seolah ingin menunjukkan keseriusannya mengajakku melakukan ritual di Gunung Kemukus.

"Iiii, iya, saaaya pikkkir, dulu." kataku, berusaha menenangkan diri, menerima tawaran yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Tawaran nikmat yang tidak mungkin bisa kutolak. Tapi l*d*hku berkata lain, terlalu sulit untuk bisa mengatakan : iya, aku mau.

"Mbak serius, Jang. Kamu tidak akan rugi, bisa ng*nt*tin Mbak sepuasnya..!" kata Mbak Wati merangkak menghampiriku yang duduk gelisah. Mbak Wati duduk di hadapanku, dengkulnya menempel pada dengkulku membuatku semakin gugup melihat keberaniannya.

"Mbak..!" aku terpaku saat Mbak Wati meraih tanganku dan meletakkannya di atas p*h*nya yang tidak tertutup daster yang menyingkap hingga pangkal pahanya. Kulitnya halus dan hangat. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dalam situasi seperti ini. "Ja jangan Mbak, nanti Mas Gatot..!" ucapanku terhenti saat Mbak Wati tiba tiba mencium b*b*rku dengan bernafsu membuatku terdorong ke tembok, sekujur tubuhku menjadi kaku, inilah pertama kali dalam hidupku seorang wanita menciumku terlebih yang melakukannya seorang wanita cantik.

"Maukah kamu nemenin Mbak melakukan ritual s*x di Gunung Kemukus? Mas Gatot setuju kalau aku ritual dengan kamu, walaupun Mbak harus hamil karena ritual, anaknya pasti seganteng kamu." kata Mbak Wati meraih tanganku ke arah selangkangannya dan aku semakin gugup saat tanganku menyentuh m*m*knya yang lembab, keringat langsung mengucur deras membasahi tubuhku. Ini m*m*k pertama yang aku sentuh.

"Iya Mbak, saya mau..! Saya pulang dulu..?" jawabku dan tanpa menunggu jawaban Mbak Wati, aku bangun hingga menyenggol gelas kopi hingga tumpah membashi lantai. Tanpa menoleh, aku meninggalkan Mbak Wati sebelum ada orang yang melihatnya. Aku benar benar ketakutan dan tidak tahu apa yang harus kuperbuat kecuali pergi meninggalkannya sebelum aku diperkosa Mbak Wati.

Sepanjang perjalanan pulang, aku memaki kebodohanku yang sudah melepas kesempatan yang ada di depan mata. Harusnya aku memanfaatkan kesempatan yang belum tentu kudapatkan di lain waktu, tapi bukankah Mbak Wati mengajakku ke Gunung Kemukus, berarti kesempatan itu akan segera datang kembali. Ya, aku hanya perlu bersabar.

petualangan gunung kumkusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang