Shua tampak begitu sibuk mengarahkan tim yang akan bekerja sama dengan Dika di studio. Wanita itu memperhatikan semua detail yang ada. Mulai dari produk, kostum yang akan dikenakan Dika saat pemotretan nanti, make up artis, fotografer profesional, juga makanan yang menyehatkan. Wanita itu akan turun tangan sendiri untuk memastikan tingkat keberhasilan dari iklan yang dibuatnya, guna mengembalikan kepercayaan masyarakat yang sebelumnya sudah memakai Syanetyn.
"Selamat pagi semuanya." sapa Dika, disusul Soni kemudian.
"Pagi. Mari, silahkan." ucap Shua.
"Bagaimana kalo langsung dimulai?" Tanya Dika.
"Oh ... ok. Lebih cepat, lebih baik." jawab Shua.
Lagi. Shua kembali dibuat kagum dengan kepribadian Dika, yang sangat profesional. Laki-laki itu nyatanya lebih mendahulukan pekerjaan, daripada harus berleha-leha terlebih dahulu. 'Emang nggak salah pilih model. Jarang-jarang yang udah punya nama, orangnya nggak songong, belagu, sok tau, sok ngartis juga! Pantesan banyak fansnya, poinnya sepuluh per sepuluh gini.' batinnya merasa bangga.
"Kalo gitu, silahkan ganti baju terlebih dahulu."
"Permisi." ucap Dika, sembari menerima setelan yang diberikan Shua.
"Ok, semuanya! Semangat kerjanya, ya!" Seru Shua.
Suara sorakan dari para karyawan yang lain memenuhi studio tersebut.
"Kalo gitu, saya mau permisi dulu, buat urus katering." pamit Shua. "Mari, Soni."
"Siap, Bu!"
Shua hanya terkekeh kecil, melihat Soni yang memberikan gestur hormat kepada Shua.
***
"Kita makan siang dulu ya, semuanya. Katering udah siap di depan. Mending kalian semua makan siang dulu." perintah Shua.
Mata Shua memperhatikan sekeliling. "Dika kemana?" Tanya Shua begitu tidak menemukan sosok yang dicarinya, kepada Soni.
"Kamar mandi." jawab Soni singkat.
Shua mengangguk mengerti. "Ya udah, biar saya tunggu di sini. Silahkan kalian makan siang dulu."
Tersisa Shua sendiri di dalam studio yang kedap suara itu. Wanita itupun berinisiatif untuk membersihkan beberapa barang yang tercecer dilantai.
Hampir saja wanita itu terjerembab ke depan, ketika seseorang tiba-tiba memeluknya erat dari belakang.
"BRENG***! NGAPAIN SIH LO, ANJ***!" Shua berusaha sekuat tenaga, untuk melepaskan diri dari seseorang tersebut.
Begitu terlepas, Shua kaget bukan main melihat siapa yang memeluknya. "KURANG AJ** LO, YA! LO-"
"Mama ..."
Shua lebih dulu mendorong tubuh Dika yang hendak memeluknya kembali. "SET** LO! Artis kepa***! Lo mau ngelecehin gue, kan? Gue laporin lo, ke polisi!"
"Mama ..." Mata Dika tampak berkaca-kaca, bibir laki-laki itu bahkan bergetar menahan tangis, kedua tangannya terulur ke depan, ingin memeluk Shua.
Mata Shua terlihat sangat emosi, melihat tingkah laki-laki di depannya itu. "Mama! Mama! Mama pala bapak lo!"
"Mama ... peluk ..."
"Mama! Mama! Gue bukan emak lo!"
"Mama ..."
"LO JANGAN KURANG AJ** YA! PUTUS AJALAH, KONTRAK KITA! BANG*** LO! CABUL JUGA TERNYATA LO! SET**! GUE LAPORIN LO KE POLISI!"
Shua semakin terkejut, ketika Dika tiba-tiba saja berjongkok dihadapannya, lalu menangis.
"Heh! Lo, kenapa? Harusnya gue yang nangis, tau! Kenapa malah elo yang nangis? Nggak waras lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidult [Miss Independent Series]
FanfictionSEOKSOO GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Shua mendapat tugas untuk membuat iklan bagi produk klinik kecantikan dari teman-temannya, agar lebih meningkatkan penjualan skinc...