12. Jalan Keluar

505 92 77
                                    

"Gue harus gimana?" Tanya Shua.

"Lo suka sama dia, kan?" Tanya Tenesya.

"Menurut lo aja! Gue bahkan nggak nolak pas dia cium gue." Shua membenarkan.

Tenesya mengangguk mengerti. "Kalo gitu, coba lo panggil Dika buat kesini dulu. Gue punya ide."

"Dia pasti lagi disidang."

"Coba aja dulu."

Wajah Shua terlihat keberatan dengan permintaan Tenesya. Namun, wanita itu mencoba menghubungi Dika.

Merasa panggilan pertama hingga ketiga, tidak dijawab Shua pun menyerah. "Tuh kan, lo liat aja sendiri."

"Ya udah, kita tunggu sebentar lagi."

"Gue penasaran, deh. Lo udah sedekat apa sama Dika sebelum skandal ini muncul? Sampai-sampai lo kayaknya udah sering main ke rumahnya? Iya, kan?" Tanya Tyara.

Shua diam, berusaha menghindari kontak mata dengan Tyara. "Gue nggak bisa kasih tau."

"Kenapa?" Tanya Hana.

"Ya nggak bisa aja! Ada hal-hal pribadi Dika, yang nggak boleh diketahui sama orang lain. Bahkan manajernya pun nggak tau soal itu."

"Kalo emang pribadi banget, kenapa lo bisa tau?"

Shua hanya melirik sekilas kearah Wanda. "Ya ... karena emang ada hubungannya sama gue. Pokoknya kalian nggak perlu tau, lah! Dan maaf, gue bener-bener harus jaga mulut buat yang satu ini."

"Tapi, kenapa-"

"Maaf menyela. Tapi, kalian harusnya hormati keputusan Shua. Kalo dia bilang, hal itu privasi, ya berarti itu emang privasi. Ada beberapa hal, yang harusnya nggak perlu kalian tau, mengenai privasi orang lain, kan?"

Semuanya terdiam mendengar ucapan Satya.

"Fokus kita sekarang harusnya sama masalah yang ada saat ini. Masalah yang lebih urgent. Untuk hal-hal pribadi kayak gitu, abaikan aja! Itupun kalo kalian emang niat buat nolongin Shua, tanpa harus ikut campur urusan pribadinya." Satya melanjutkan.

"Sekarang gimana? Masa iya, mau nunggu Dika sampai dia mau jawab telpon lo?" Tanya Donita.

"Masa iya, gue harus telpon om gue, selaku pimpinan agensi tempatnya Dika?"

"Coba aja!"

"Ntar ketahuan dong, kalo cewek yang di video itu gue?"

"Kalo gitu, lo lakuin atas nama Syanetyn aja." saran Tyara.

"Gitu ya?"

"Iyalah! Ya udah sana, cepetan telpon!"

Baru saja Shua hendak menelpon, ponselnya sudah lebih dulu berbunyi menandakan adanya panggilan masuk. "Ini Dika." ucapnya memberitahu yang lain.

"Halo, Dika?"

"Maaf nggak aku jawab telponnya. Tadi masih harus buru-buru, soalnya banyak wartawan. Kenapa?"

"Kamu dimana sekarang?" Tanya Shua.

"Aku mau pulang."

Shua terlihat ragu, namun teman-temannya meyakinkan dirinya. "Kamu ... bisa ke rumahku sekarang?"

"Kenapa? Identitas kamu udah ketahuan? Jadi, ada wartawan yang ke rumah kamu?" Tanya Dika panik.

"Enggak! Sama sekali nggak kayak gitu." Sahut Shua cepat.

"Terus?"

"Tolong ke rumahku dulu. Nanti, aku kirim alamatnya. Ada yang harus kita bahas soal skandal ini."

Kidult [Miss Independent Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang