13. Gercep

599 98 74
                                    

"Maaf ..."

Shua menatap Dika tidak mengerti. "Untuk?"

"Semuanya. Harusnya aku lebih bisa nahan diri waktu itu. Jadi ... kejadiannya nggak gini. Dan kamu nggak perlu ikut terlibat di skandal ini."

"Udah terjadi. Toh, sekarang udah ketemu jalan keluarnya. Yaaahhh, walaupun mendadak, sih. Lagian, kalo aku nggak terlibat di skandal ini, hari-hari kamu masih berjalan kayak biasanya."

Tangan Dika terulur untuk menggenggam tangan Shua. "Kamu ... mau nikah sama aku, kan?"

"Aku di sini buat meluruskan semuanya, dan ikuti arahan yang dikasih Tenesya. Kenapa masih nanya?"

Dika mengedikkan bahunya. "Siapa tau kamu nggak suka. Seperti yang kamu lihat sekarang. Aku nggak bawa bunga, cincin, atau mas kawin apapun. Bener-bener jauh dari kata romantis. Jadi ..."

"Aku bisa terima itu! Dengan kamu lakuin hal inipun, aku tau kamu bisa bertanggung jawab." potong Shua.

Keduanya saling tersenyum, dan menatap tautan tangan keduanya.

"Udah kan, acara romantisnya? Kita harus buru-buru pergi, kalo nggak mau kalah cepet sama wartawan." sela Soni yang tiba-tiba saja datang, setelah memperhatikan dari jauh.




***




"Gimana? Apa kata Jonathan?" Tanya Tyara, begitu Jendral selesai berbicara dengan Jonathan lewat telepon.

"Udah beres!"

Tyara bernafas lega. Namun, tidak dengan wajah suaminya yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu. "Kenapa? Kok kayaknya lagi mikir gitu?"

"Si Jo ..." ujar Jendral pelan.

"Kenapa dia?"

"Dia bilang, mau minta balas jasanya sama Tenesya langsung."

Wajah Tyara terlihat masam. "Si Jonathan itu kenapa, sih? Kok, kayaknya seneng banget ngintilin Ten?"

"Nggak tau! Cinta kali!" Jawab Jendral asal.

"Padahal udah ditolak mentah-mentah dan berkali-kali, masih aja nggak nyerah. Udah dikatain sampai semua isi kebun binatang keluar pun, masih aja maunya sama Tenesya. Kenapa dia nggak cari cewek lain aja coba?"

"Sifat cowok itu pemburu. Apalagi yang modelan kayak Jonathan! Kalo dia maunya si Tenesya, ya pasti bakal diusahakan gimanapun caranya!"

"Pantesan kalian temenan!" Komentar Tyara.

"Kenapa?"

"Sifat kalian sama aja! Masih nanya lagi!" Semprot Tyara.

"Duh, marah-marah mulu. Lagi PMS, ya?"

"Nggak tau! Pikir aja sendiri!"

"Aku hamilin kamu aja, ya? Biar nggak PMS!"

Jendral buru-buru menutup selangkangannya menggunakan kedua tangannya, saat Tyara sudah akan mengangkat lututnya. "Becanda, sayang."




***




"Bilang sama semua karyawan, kita kumpul di aula sekarang! Ada rapat dadakan! Apapun yang lagi mereka kerjakan, tolong ditinggal sebentar. Termasuk karyawan-karyawan toko. Kalo perlu, suruh mereka tutup tokonya sebentar." Titah Satya, kepada sekretarisnya.

"Baik, pak."

"Lima menit semuanya harus udah kumpul."

"Siap, pak!"

Satya bergegas menuju aula di kantornya. Laki-laki itu melihat jam di tangannya. Selang beberapa menit, semua karyawannya sudah berkumpul.

"Saya mengumpulkan kalian di sini, untuk memberitahu satu hal! Kalian tentu tau, apa yang sedang viral, kan? Skandal artis Mahardika Arjuna Ganesha! Tugas kalian adalah, memberikan semua komentar positif pada setiap postingan mengenai hal itu. Dan report semua komentar negatif yang ada di sana. Saya akan beri seratus ribu untuk satu akun dan satu komentar, jadi ... semakin kalian punya banyak akun dan berkomentar positif, dengan komentar yang berbeda-beda, maka semakin banyak juga uang tambahan yang kalian miliki. Dan uang itu akan langsung ditransfer ke rekening masing-masing. Kirimkan screenshot komentar kalian, dan kirim ke email perusahaan. Jadi, keluarkan ponsel kalian sekarang, dan lakukan tugas itu hari ini juga!"

Kidult [Miss Independent Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang