2. Kesan

660 106 12
                                    

"Mahardika Arjuna Ganesha." gumam Shua yang sedang melakukan pencarian pada tentang aktor tersebut.

Wajah Shua tampak begitu serius membaca semua artikel terkait aktor tersebut. Semua hal tentang Mahardika begitu positif. Dan, setelah Shua memperhatikan bagaimana wajah Mahardika. Shua jadi tau, jika wajah laki-laki itu memang punya positif vibe.

Rahang wajahnya memang tegas. Namun, senyumnya tidak setegas wajahnya. Justru sebaliknya, wajah Mahardika begitu ramah dan sepertinya dia orang yang menyenangkan.

"Nggak salah kalo jadi idola anak-anak jaman sekarang. Nggak peduli berapa umurnya, kalo modelannya begini, nggak ada yang nggak suka, sih." komentarnya, setelah melihat beberapa iklan yang dibintangi laki-laki itu.

"A-Teen Entertainment ya? Sebenernya males urusan sama tante-tante sok tau itu lagi! Tapi, nggak ada cara lain. Sayang banget yang modelan kayak Mahardika harus masuk ke entertainment punya dia." Shua menyandarkan punggungnya pada kursinya.

Shua tau siapa pemilik di A-teen Entertainment. Tak lain dan tidak bukan adalah suami dari tante Ling-Ling. Iya, si tante dengan segudang paling sok tau kehidupan orang lain, terlebih dirinya yang sampai saat ini belum juga menikah. Yang berkali-kali mencoba menjodohkannya dengan semua laki-laki dari anak kenalannya. Dan tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Shua.

"Semoga aja nggak susah buat dapetin kontrak sama dia, cuma gara-gara nenek-nenek peot bau tanah itu, yang bisa aja bikin mood gue jelek!"

Shua mencoba menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan. "Seandainya gue tau si Mahardika dari agensi punya suami ketiganya si nenek bau tanah itu, udah gue tolak dari awal. Tapi ... anak-anak udah pada setuju sama si Mahardika."

Mata Shua terpejam. Kedua tangannya direntangkan ke atas. "Wahai stok sabar datanglah! Gue mau ngadepin si nenek sihir bau tanah, yang anaknya hobi kawin cerai, termasuk emaknya!"

Shua meraih ponselnya, guna mengubungi si pemilik agensi langsung. Shua langsung tersenyum, ketika panggilannya langsung diterima.

"Halo, om." sapa Shua.

"Halo, Shua! Jarang-jarang kamu ngabarin om dulu. Kenapa? Ada berita apa?"

"Bukan apa-apa, om. Shua cuma mau minta tolong. Itupun kalo boleh, sih."

"Oh, ya? Apa itu? Kalo om bisa bantu, pasti langsung om bantu."

"Emm ... itu ... Shua boleh minta nomor telepon manajer Mahardika Arjuna Ganesha?"

"Oh, si Dika?"

"Dika?" Ulang Shua.

"Iya, panggilannya Dika. Ada perlu apa sama manajernya?"

"Oh, enggak, ini ... rencananya sih, Shua mau pakai Dika buat jadi wajah baru di bisnis skincare punya Shua sama temen-temen Shua." jelasnya.

"Oh gitu ... ok, deh! Nanti om kasih nomer manajernya!"

"Makasih om."

"Sama-sama. Cuma itu aja? Ada yang lain?"

"Enggak, om. Cukup itu aja. Makasih sekali lagi. Shua tutup dulu teleponnya, ya? Maaf udah ganggu di waktu jam kerja."

"Kamu ini! Kayak sama siapa aja! Ya udah! Kamu juga, selamat beraktivitas! Jaga kesehatan! Salam buat papa, ya?"

"Iya, om! Makasih banyak."

"Sama-sama."

Begitu panggilan tersebut terputus, Shua langsung menerima nomor telepon manajer Dika. "Bodo amat, kalo nenek sihir bau tanah itu ntar tau, gue ngehubungin lakinya buat hal kayak gini. Yang penting duit gue tetep lancar, dan nggak minta sama dia! Awas lo nenek sihir! Gue siap ngadepin lo, kalo lo mau nyindir-nyindir gue pas pertemuan keluarga bulan depan."




Kidult [Miss Independent Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang