14. Terungkap

545 91 61
                                    

Setelah Arthur menguasai Dika untuk beberapa saat, mereka memutuskan untuk kembali mengadakan rapat dadakan di butik itu juga. Shua sendiri juga tidak bisa lama-lama memakai gaunnya, karena Arthur yang mendadak muncul.

Begitu Dika sudah bisa menguasai dirinya, laki-laki itu memberitahunya, bahwa Arthur merasa cemburu, bahkan terkesan tidak suka, karena anak-anak Tyara yang mengerumuninya dan ingin mendapatkan perhatian darinya.

Penjelasan Dika jelas membuat Shua speechless. Dia tidak menyangka, jika hal seperti itu juga bisa memicu kemunculan Arthur. Bahkan disaat banyak orang, yang seharusnya mereka tidak boleh tau, jika dia ada.

Jadilah sekarang, Shua dan Dika, harus menghadapi teman-temannya yang sudah pasti punya segudang pertanyaan, di ruang VIP butik tersebut. Tentunya setelah membuat anak-anak di bawah umur keluar dari ruangan terlebih dahulu. Dan beruntungnya, Yafa tidak pernah keberatan, jika harus menjaga Marcello dan Nono.

"Jadi ... bisa jelasin, kenapa lo manggil Shua, mama?" Tanya Donita.

"Dan ... apa alasannya?" Timpal Hana.

"Terus ... kenapa tiba-tiba lo bertingkah kayak bocil? Bahkan sampai rebutan mainan sama anak gue?" Tyara merasa heran melihat tingkah Dika yang sepertinya tidak mau mengalah dengan anak kecil. Dan Shua sendiri bahkan terkesan menuruti permintaan Dika.

"Terus ... kenapa cara ngomong lo juga kayak bocil gitu? Sumpah ya, gue jijik banget tau, nggak? Pengen gue tonjok aja muka lo yang sok imut itu!" Sahut Tenesya, yang sudah mengepalkan tangannya.

Tenesya merasa shock melihat tingkah Dika yang terus-terusan memasang wajah imut, di wajahnya yang terlihat berkharisma itu.

"Sabar ... sabar ... nggak baik marah-marah mulu cantik, ntar seksinya ilang."

Mata Tenesya menatap tajam kearah Jonathan. "Diem lo! Lo mau gue tonjok sebagai gantinya, hah?"

"Uuuhhhh ... mau dong, ditonjok." Jonathan mengedipkan sebelah matanya genit.

"Bang***!" Umpat Tenesya.

"Satu-satu, ok? Gue bingung tau mau jawab mulai darimana." Shua melihat Dika. "Aku atau kamu yang kasih tau mereka?"

"Aku aja."

Dika menarik nafas panjang. "Sebelumnya, saya minta kalian untuk merahasiakan hal ini dari siapapun yang tidak ada di sini. Bahkan manajer saya juga tidak tau soal ini. Jadi, mohon kerjasamanya sekali lagi." 

Dika menggigit bibir bawahnya, mencoba meyakinkan diri. "Yang kalian liat tadi ... Dia namanya Arthur, usianya sepuluh tahun. Dan ... dia adalah alter ego."



***




"Wah, bener-bener bisa beda banget gitu ya tampilannya? Padahal kemarin masih rebutan mainan sama Ello dan Nono." Komentar Donita, yang saat ini menyaksikan Dika dan Shua berjalan beriringan menuju altar. "Kagum gue sama Shua, bisa-bisanya dia yang suka anak-anak, langsung dapat anugrah buat ngurusin bayi besar."

"Siapa yang bisa menyangka, kalo Dika ternyata punya alter ego. Mana masih bocil lagi!" Timpal Wanda.

"Tapi, kalo tau alasan dia bisa menciptakan alter ego, ternyata kasihan juga hidupnya." tambah Hana.

"Emang ya, kalo berkaca dari Tian sama Dika sekarang. Punya harta, jabatan, tahta, dan terkenal, nggak bisa jadi jaminan hidupnya bakalan bahagia." kata Tyara.

"Nggak juga! Coba aja kalo lo nggak punya salah satunya, terutama harta. Palingan ujung-ujungnya lo bakal bunuh diri, karena kelilit hutang buat kebutuhan hidup. Kalo gue sih, harta harus tetep nomer satu. Seenggaknya, kalo gue lagi sakit hati, gue bisa nangis sambil keliling dunia, nangis sambil nyetir mobil tesla juga bisa, terus masih bisa makan enak, sambil mikir besok mau jalan-jalan kemana."

Kidult [Miss Independent Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang