"Arthur adalah alter ego."
Shua tidak menyangka dengan jawaban Dika. Hilang sudah semua dugaan yang menurutnya tidak benar. Tentang tumbal, sekte pemujaan, dan lain sebagainya. Semuanya berganti dengan rasa penasaran. Dia memang tidak tau banyak mengenai alter ego. Tapi, dia tau jika setiap manusia bisa menciptakan alter ego untuk menutupi kekurangan dirinya, ataupun melakukan hal-hal yang belum pernah dia lakukan.
"Alter ego?" Shua membeo.
Dika mengangguk. "Alter ego. Kepribadian yang sengaja saya ciptakan."
"Sejak kapan?"
Mata Dika menerawang jauh ke depan, terlihat sendu. "Sudah sejak lama. Lama ... sekali ..."
"Kenapa?"
Mata Dika terpejam, sebelum kembali terbuka. Wajah yang tadinya sendu itu, kini berganti dengan senyuman lebar, yang menampilkan deretan giginya.
Shua sendiri merasa heran dengan perubahan raut wajah laki-laki di depannya, yang berubah dengan cepat.
"Mama!"
"Ar ... thur?" Tanya Shua memastikan.
Wajah laki-laki di depannya itu tersenyum semakin lebar, lalu memeluk Shua. Shua jelas terkejut dengan tingkah laku laki-laki di depannya itu, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya diam.
Canggung? Jelas!
Siapa yang tidak canggung, jika seorang laki-laki dewasa yang lebih cocok menjadi kekasih, tiba-tiba saja memelukmu? Walaupun dia berusia 2 tahun lebih muda?"Aku udah lama nggak dipeluk mama. Aku kangen mama." gumam Arthur.
Shua masih merasa linglung, ketika Arthur tiba-tiba melepaskan pelukannya, lalu menggenggam kedua tangannya. "Ayo main, mama! Selama ini aku selalu main sama bibi, tapi sekarang, aku mau main sama mama. Ya?"
Shua hanya diam, dan mengikuti langkah Arthur yang mengajaknya duduk di lantai, untuk bermain lego.
"Kakak itu selalu ngelarang aku buat main sama orang lain! Aku kan, bosen main sama bibi terus! Padahal aku juga mau main sama kakak-kakak yang lain di rumah ini! Aku juga mau main sama pak satpam di depan! Aku juga mau main sama abang Soni, temennya kakak itu! Tapi, kakak nggak pernah bolehin! Sebel!"
Arthur mendengus, ketika mengingat semua hal yang diceritakannya, dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Aku kan, nggak nakal! Tapi kenapa kakak selalu larang-larang aku, sih? Tiap hari aku dikurung di sini terus! Sebenarnya aku suka kok, karena banyak mainannya di sini. Tapi ... aku juga mau main keluar sama yang lain! Aku kan bukan pencuri, perampok, begal, dan lain sebagainya. Pokoknya aku bukan orang jahat! Kakak yang jahat, soalnya kakak nggak pernah bolehin aku main! Iya kan, mama?"
Otak Shua benar-benar terasa kosong. Dia tidak tau harus merespon bagaimana, atas semua omelan dari laki-laki yang jiwanya sedang berganti itu. Pikirannya pun terus mempertanyakan, kenapa Arthur terus-terusan memanggilnya mama?
Tangan Shua memijat pelipisnya. Kepalanya mendadak terasa pusing. Dia memang suka anak-anak. Bahkan, Shua selalu senang setiap kali mendengar celotehan anak-anak, ketika berbicara dengannya. Hal-hal seperti itu sudah seperti candu untuknya.
Tapi ... tidak dengan anak-anak yang jiwanya terjebak di dalam tubuh orang dewasa seperti yang ada di depannya sekarang.
"Mama! Mama dengerin aku ngomong nggak, sih?" Tegur Arthur, yang melihat Shua sejak tadi hanya diam.
"Hah!"
Hanya itu yang keluar dari bibir Shua, ketika Arthur mengguncang pelan bahunya.
Arthur berdecak kesal. "Mama nggak dengerin aku ngomong dari tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidult [Miss Independent Series]
Hayran KurguSEOKSOO GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Shua mendapat tugas untuk membuat iklan bagi produk klinik kecantikan dari teman-temannya, agar lebih meningkatkan penjualan skinc...