Part 2

187 23 1
                                    

Direktur Kim Seokjin, begitu yang terpampang di plakat yang terpasang di atas pintu berwarna coklat tua mengkilat di sebuah gedung berlantai dua belas perusahaan travel yang cukup dikenal baik di Korea Selatan dan termasuk perusahaan travel terbaik di negaranya. Menilik jauh ke dalam ruangan, seorang lelaki yang luar biasa tampan sedang mengetik dengan khitmat kombinasi huruf yang sudah tersusun beberapa paragraf dalam laptop miliknya. Ia masih sibuk dengan pekerjaannya sampai tak menyadari sang sekertaris sudah berdiri menjulang di depannya.

"Depyonim..." Suara bariton lelaki jangkung itu terpaksa menghentikan kegiatan yang tengah diselami lelaki tampan itu sedikit menurunkan kacamata yang bertengger manis di hidung mancungnya dan hanya sedikit menaikkan dagunya sebagai pengganti kata "ada apa?" yang akan ia lontarkan pada sang sekertaris.

"Ini sudah pukul sepuluh malam, apa anda tidak mau pulang?" Tanya sang sekertaris, dihitung-hitung ini sudah kelima kalinya dia masuk ke ruang atasannya hanya untuk menanyakan apa lelaki ini tidak akan pulang. Jujur saja istrinya sudah mengamuk tak karuan akibat si lelaki jangkung ini belum juga memunculkan batang hidungnya di kediaman mereka akibat menunggui sang atasan yang belum beranjak dari kursi kebangsaannya itu.

"Uhh? Istrimu mengamuk? Pulanglah Namjoon-ahh, tak perlu menungguku." Jawabnya singkat dan kembali fokus pada layar menyala di depannya.

"Y-ya begitulah, tak apa hyung aku pulang sekarang? Maksudku, kau tak akan menelponku di tengah malam untuk menjemputmu di bar kan?" Tanya Namjoon agak tak enak hati mengingat dua bulan ini ia selalu saja terbangun di tengah malam akibat sang atasan yang mabuk atau membuat keributan, berakhir ia harus menjemputnya.

"Emm aku tak yakin untuk itu. Tak apa, aku akan menelpon Jimin malam ini." Jawabnya yang sukses membuat mata Namjoon membulat.

"Yak! Hyung yang benar saja kau meminta adik bantetmu itu untuk menggotong dirimu yang terkapar? Astaga hyung dia masih SMA dan lihatlah sekarang sudah waktunya dia tidur." Kata Namjoon dengan menunjukkan jam mahal yang melingkar di tangannya sudah pukul sepuluh lewat enam menit dan peraturan pemerintah jam malam untuk anak sekolah adalah pukul sepuluh sudah pasti anak itik itu sedang mendengkur di bawah selimut saat ini.

"Kenapa tidak meminta Su.. Oh aniya aniya, maafkan aku hyung." Cepat-cepat Namjoon meralat perkataannya takut menyinggung sang atasan yang saat ini tengah bersitegang dengan saudara tertuanya itu.

Seokjin hanya tersenyum simpul, "Mereka akan menikah dua minggu lagi dan aku harus datang dengan keadaan mengenaskan seperti ini Namjoon-ahh."

Namjoon mengepalkan tangannya erat, ia tau bagaimana hancurnya Seokjin saat tahu kekasih yang harusnya ia nikahi beberapa bulan ke depan, namun kenyataan lagi-lagi menghancurkan harapannya. Kala bukan lagi namanya yang bersanding di lembar undangan pernikahan melainkan nama orang lain, bisa disebut juga bukan orang lain karena nama sang kakaklah yang tersemat di sana. Kenapa takdir begitu jahat padanya?

Flashback....

Paris, apa yang terlintas di kepala kalian saat mendengar nama kota tersohor ini? Menara eifel? Croissant? Atau kota romansa? Mungkin itu yang paling banyak terlintas bukan?

Di sana, tepatnya di bawah gemerlapnya malam Kota Paris dan juga menjulangnya Menara Eifel Seokjin dengan gagahnya melamar sang pujaan hati yang sudah menempati hatinya sejak beberapa tahun silam. Sosok wanita cantik yang merupakan teman lama yang berhasil meluruhkan dinding tebal yang ada di hati Seokjin yang bisa dikatakan ia adalah seorang yang paranoid dengan cinta, namun stigma itu runtuh saat ia dipertemukan kembali dengan wanita cantik beramput panjang dengan wajah cantik dan manis bak malaikat itu. Bae Irene ya dia wanita beruntung itu. Mendapatkan sosok tampan, tegas, dewasa, dan juga bijaksana seperti Seokjin.

My Kim HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang