BAB 12 | Aku, kamu, Dia

15 3 0
                                    

Sinar matahari menerobos masuk dari jendela, menyentuh kulit dari kedua kekasih yang masih dalam tidur lelapnya.

Kayla mengubah posisinya, menghadap Devan yang masih tertidur lelap. Tangannya terulur untuk mengusap rambut Devan, gadis itu tersenyum, ia merasa hangat setiap kali ia melihat wajah Devan.

Tangan Devan bergerak menggenggam tangan Kayla yang berada di dahinya. Tidak, lelaki itu tidak membuka matanya, matanya masih terpejam.

"Good morning, honey," ucap Kayla dengan suara khas orang yang baru bangun tidur. Devan tersenyum, ia perlahan membuka matanya. "Good morning, too." Balas laki laki itu, setelah mengatakan nya, pria itu menarik Kayla semakin dekat ke dekapannya dan mengusap punggung Kayla lembut, sangat lembut.

Ya, Kayla menerima dekapan itu, mengusap tangan Devan.

"Ehm, Dev? Aku mau masak buat sarapan," Ucap Kayla, berusaha melepaskan dekapannya. Namun, Devan justru sebaliknya pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Kayla.

"Jangan kemana mana, Kay. Aku mau peluk bentar." Ucap Devan. Kayla memaklumi itu, gadis itu menerima dekapan Devan dengan senang hati.

Setelah beberapa saat, Kayla mendongakkan wajahnya.
"Dev, udah hug nya, aku laper." Ucapnya.

Devan melepaskan pelukannya, ia kemudian merubah posisi nya menjadi duduk, yang membuat selimut nya merosot, menampakkan tubuh dengan otot otot yang indah. Kayla yang melihat itu refleks menutup mata dengan tangannya.

Devan terkekeh melihat Kayla
"Kamu ngapain, Kay? udah liat semua juga." Ucap lelaki itu dengan jahil.

"Berisik, Dev," Ucap Kayla, pipi gadis itu merona merah.

"Aku aja yang masak buat kamu, kamu bersih bersih aja sana, kamu tinggal makan Kay," Ucap Devan. pria itu kemudian berdiri berjalan ke kamar mandi dan setelah selesai bersih bersih lelaki itu berjalan keluar kamar dengan hanya memakai kaos dan celana pendek.

Kayla menutup tubuhnya dengan selimut dan berjalan pelan ke kamar mandi.

Disisi lain, Devan sedang di dapur dan memotong sayuran untuk di buat sop ayam. Devan bisa di bilang sudah terbiasa dengan dapur, ia dan Kayla selalu bergantian dan memasak walaupun masakannya tidak se enak buatan chef.
Dengan teliti Devan memasukan bahan bahan setelah air mendidih, dan seterusnya.

Tak berapa lama, Kayla datang dan memeluk Devan dari belakang, menyandarkan kepalanya ke punggung gagah Devan. Devan mengusap tangan Kayla lembut.
"Dev, ada pesan masuk di ponsel kamu," Ucap Kayla, ia kemudian mengambil ponsel Devan di saku bajunya.

Devan melirik ponsel miliknya, ia melotot dengan siapa pengirim pesan. Syukurlah jika Kayla tidak membuka chat itu. Devan melepaskan pelukan Kayla, pria itu kemudian duduk dan membuka pesan itu. Pesan berisi foto dengan pisau yang hampir di tusukan ke perut yang sudah mulai membesar.
Devan melotot, ia kemudian berdiri dari kursi menatap kayla yang berdiri di dekat kompor. Sedangkan Kayla hanya mengedip heran dengan apa yang terjadi.

"Kay, aku ada urusan mendadak, aku tinggal ya?" Ucap Devan pria itu mendekati kayla mengecup bibir itu singkat, mengambil kunci mobil yang terletak di dekat televisi kemudian keluar dari apartemen.

"Dev.." Ucap Kayla lirih, setelah kepergian Devan apartemen nya kembali sepi dan dingin.
Kayla berbalik ia kemudian melanjutkan mengaduk sop ayam yang telah Devan buat.

*****

"Brengsek!" Teriak Devan setelah sampai pada sebuah rumah sederhana. Devan terburu buru masuk ke sebuah kamar.

Seorang gadis dengan pisau ditangannya terkejut, gadis itu berdiri, menatap Devan yang tengah marah.

"Gue kira lo udah ngga peduli sama janin ini," Ucap gadis itu. Devan menggenggam pergelangan tangan gadis itu, mencegah agar ia tidak nekat.

"Sebelum tes DNA, gua bakalan jagain anak itu, jadi jaga sikap lo, kalo lo sampe ngelakuin hal nekat, lo bakal habis sama gua. Ngerti?" Ucap Devan, matanya melotot, menatap tajam gadis di hadapannya, kemudian ia menghempaskan begitu saja tangan gadis yang ia genggam sampai pisau itu terjatuh jauh.

Setelah mengatakan itu, Devan berbalik dan hendak pergi. Namun, wanita itu mencekal tangan Devan, tidak membiarkan pria itu pergi.
"Dev, gue laper. Lo tau sendiri, orang tua gue udah engga ngakuin gue, gue hidup sendiri sekarang, gue juga ngga bisa kuliah karna kondisi gue, kuliah ga bisa apalagi kerja, Dev seenggak-." Belum sempat gadis itu selesai dengan ucapannya, Devan sudah lebih dahulu memberikan 5 lembar uang berwarna merah.

"Beli makanan, gua ga mau anak gue kurang gizi." Ucap Devan kemudian pria itu membuka pintu dan keluar. Tidak pria itu tidak pergi, ia pergi ke kamar lain untuk berganti baju.

"Dev, perut gue sakit!!" Teriak Gadis itu Devan langsung keluar dan mengikuti arah suara. Gadis itu merintih sambil memegangi perutnya sambil berlutut.

"Lo kenapa, bangsat? Gausah drama lo, lo drama juga ngga ada yang bayar." Ucap Devan, namun tak lama gadis itu pingsan dan wajahnya berubah pucat. Tak ingin terjadi sesuatu kepada gadis itu. Devan menggendong nya, dan membawanya ke rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit, Devan dengan cepat memanggil dokter dan gadis itu di periksa kesehatannya. Ya, cukup lama.
D

okter keluar dari ruangan.
"Apakah kamu keluar dari pasien?" Ucap Dokter itu.

"Iya, benar." Ucap Devan.

Dokter mengangguk.
"Pasien hanya sakit karna telat makan, ah, pasien sedang mengandung ya?" Ucap dokter tersebut dan Devan mengangguk mengiyakan.
"Tolong untuk lebih di perhatikan jam makannya juga harus banyak makan buah buahan agar tubuhnya mendapatkan asupan gizi yang di perlukan. Untung saja cepat di bawa ke sini, jika tidak, akan berakibat fatal, itu saja, terimakasih." Ucap dokter tersebut kemudian menepuk pundak Devan dan pergi.

Devan mengintip di balik jendela, gadis itu sudah sadar dari pingsannya.
Sebelum masuk Devan pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli beberapa makanan dan minuman.

Devan masuk ke ruangan gadis itu.
"Dev, sakit." Ucap gadis itu begitu melihat Devan masuk.

"Gua tau, nih, makanan." Ucap Devan ia memberikan plastik berisi beberapa makanan dan buah buahan.

"Badan gue lemes Dev, yakali gue suruh makan sendiri." Ucap Gadis itu.

"Bersyukur lo masih punya tangan, Alana, jangan manja," Ucap Devan, menatap gadis itu sinis.

Ya, nama dari gadis yang mengandung itu adalah Alana, saingan dari Kayla, mereka sudah bersaing sejak semasa SMP, Alana juga ikut UKM seni bersama Kayla, namun ia jarang menjadi pusat perhatian karna selalu tertutup oleh sinar dari Kayla. Alana tinggal sendiri, ia sudah di usir oleh kedua orang tuanya karna beberapa masalah. Ia jadi berkerja paruh waktu di bar. Alana juga menyukai Devan, namun ia juga tak bisa dapatkan Devan karna Devan dari dulu selalu menyukai Kayla, tidak pernah ada yang lain.

Alana terdiam bisu, mendengar apa yang dikatakan oleh Devan.
"Makan, biaya rumah sakit udah gue bayar," ucap Devan, pria itu kemudian pergi meninggalkan gadis itu sendiri. Alana menatap kotak makanan yang ia pegang, perlahan tangannya meremas kotak makanan itu.

"Kayla, roda kehidupan terus berputar." Ucap Alana dengan pelan.



Halo halo gimana kabar kalian?
Gimana part ini?

Berikan satu kata buat part ini.

Jangan lupa untuk vote komen, share dan follow ya!

Bye byee

BERTAHAN TERLUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang