BAB 5. BAGAIMANA?

32 17 0
                                    

Dimalam hari, sudah dua Minggu setelah Kayla dan Devan berjalan jalan di kota, Kayla mencoba menghubungi Devan, namun pria itu sama sekali tidak mengangkat telepon darinya. Jarang sekali Devan melakukan ini pada Kayla, kecuali jika benar benar sibuk.
Setelah beberapa menit, Devan menelpon Kayla.

"Halo, Dev?" Tanya Kayla. Devan menjawab dengan suara kecil.

"Dev, besok kamu mau anter aku kan ke butik?" Ucap Kayla.

"Sorry, Kay. Besok aku sibuk. Pergi sama yang lain aja ya? " Ucap Devan. Kayla cemberut.

"Oh yaudah deh, semangat ya! " Ucap Kayla kemudian mematikan panggilan telepon itu. Ntah ini hanya sebuah perasaan atau memang benar jika Devan telah berubah, biasanya pria itu mau ngantar kan Kayla kemanapun, quality time bersama saat ada waktu luang.
Namun sekarang, jika pria itu di tanya apakah ada waktu untuk berdua, selalu saja menjawab tidak.

Kayla mencoba mengusir pikiran negatifnya, ia kemudian menyalakan lagu tidur dan kemudian tertidur.

*****

Pagi ini Kayla sedang ada kelas, ia berencana untuk menghampiri Devan di fakultasnya.
Waktu istirahat di mulai, kayla mencari Devan kedepan fakultas lelaki itu. Namun, ia tak melihat keberadaan Devan.
Kayla mencoba mencari Devan ke warung dekat fakultas nya. Nihil, ia tak menemukan pria itu disana. Ia kemudian berbalik, ia melihat Devan dengan wanita lain saling tertawa dan berbagi cerita, seperti nya. Kayla menghampiri mereka.

"Devan." Panggil Kayla, Devan yang berada di depannya kaget, ia tidak berbalik beberapa menit, kemudian pria itu berbalik.
"Ini yang kamu bilang sibuk?" Ucap Kayla, mata gadis itu berkaca kaca, dadanya sesak seperti tertusuk sesuatu.
"Maaf, kita ngobrol nya nanti lagi ya, Lik." Ucap Devan, ia kemudian berpamitan dengan wanita di sampingnya tadi.
Ia kemudian menarik Kayla, membawa nya ke dalam mobil. Lelaki itu juga masuk ke mobil, ia kemudian menggenggam tangan Kayla.

"Aku sama dia temen, Kay. Jangan salah paham, aku cuma kebetulan jalan bareng tadi." Ucap Devan, mencoba menjelaskan kepada Kayla.
Kayla menganggukan kepalanya.
"Kita juga dulu teman, kalau kamu lupa." Ucap Kayla, gadis itu menangis.

"Kay, sekali aja kamu gausah berlebihan, apalagi sampe nangis kaya gini, kamu cengeng tau ngga?!" ucap Devan yang nadanya semakin tinggi.

"Aku cuma mau kamu buat aku aja , Dev. Aku ngga mau semuanya sia sia cuma karna kamu selingkuh." Ucap Kayla, ia kemudian menghapus air matanya.

Devan menganggukan kepalanya, mencoba mengerti apa yang Kayla bicarakan.
"Ayo, ikut. Aku bakalan jadiin kamu milik aku, begitupun sebaliknya." Ucap Devan, pria itu langsung menancapkan gas mobilnya.

Dengan kecepatan tinggi, Devan membawa Kayla ke apartment nya. Menarik gadis itu sampai ke dalam apartemen nya. Sedangkan kayla masih menangis.
"Dev, sakit." Teriak Kayla ketika Devan mencengkram tangannya kuat.

"Biar aku tunjukin, apa yang aku mau dari kamu, apa yang bikin aku jadi bosen kalau kamu ngga kasih ini." Ucap Devan dengan nada membentak. Menit setelahnya, Devan mencium Kayla kasar, mengigit bibir kayla sampai bibir gadis itu berdarah. Kayla mendorong Devan.

"Apa yang mau kamu lakuin?" tanya Kayla.

"Jadiin kamu milik aku." Ucap Devan ia kembali menciumi bibir kayla.
Kayla mencoba melawan apa yang akan dilakukan Devan, namun, tenaganya kalah kuat. Devan semakin kasar menciumi Kayla, ciuman nya kemudian turun ke leher, membuat tanda kemerahan disana.

Namun, karna ia menyukai Devan, kayla membiarkan Devan melakukan itu, Kayla terbawa suasana dan mengikuti hatinya membalas ciuman yang Devan berikan.
Ketika Devan kita ia harus melanjutkan ini, Devan menggendong Kayla membawa gadis itu ke kamar, dan melanjutkan kegiatan nya.

Mereka saling menyaut dalam lenguhan. Tidak memikirkan apapun, yang mereka pikirkan saat ini adalah emosi, egois dan nafsu yang membakar keduanya.

*****

"Dev," panggil Kayla, ini sudah malam, Kayla masih menutup tubuh polosnya dengan selimut tebal milih Devan.

"Berisik, Kay. Pikiran aku kacau." Ucap Devan, pria itu hanya memakai celana dan duduk sambil mengacak rambutnya.

"Dev, aku tau kamu lagi kacau tapi. Kamu tadi ngga pakai pengaman ya? kalau jadi gimana, Dev, aku takut." Ucap Kayla, tatapan nya kosong menatap keluar jendela.

"Kamu kira aku ngga mikirin itu?" ucap Devan.

Kayla terdiam, sungguh bodoh membiarkan Devan yang terbalut emosi melakukan semua itu yang seharusnya tidak mereka lakukan.

Devan mengacak rambutnya, ia kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Beberapa menit setelah, Devan keluar dengan baju polos warna hitam dan celana jeans-nya.

"Aku mau keluar sebentar, kalau mau makan ambil di dapur ada mie sama telur, kamu langsung mandi, pake baju aku dulu, ambil aja." Ucap Devan tanpa melihat ke arah Kayla, pria itu kemudian pergi dari apartemen.

Kayla mencoba duduk, ia kemudian berdiri namun bagian bawahnya masih terasa sedikit sakit, ia kemudian mengambil pakaian nya yang berantakan di bawah dan pergi mandi.
Kayla sudah selesai mandi, gadis itu mengeringkan rambutnya kemudian mengganti sprei kamar Devan.

"Kay, sini." Suara Devan terdengar dari ruang tengah. Kayla menghampiri Devan, pria itu kemudian memberikan beberapa obat.

"Ini apa?" Tanya Kayla.

"Obat pencegah kehamilan, minum kalau kamu masih mau sama aku," ucap Devan, Kayla terdiam menatap obat tersebut. Sedangkan, Devan kini mengambil air dan menaruhnya di depan Kayla.

"Minum," ucap Devan pria berperawakan tinggi itu duduk.

Dengan tangan yang gemetar, Kayla mengambil obat itu, kemudian meminumnya.

"Gue ngga mau masa depan gue rusak cuma karna anak yang ngga di sengaja." Ucap Devan.

Kayla menunduk sambil mengepalkan tangannya kuat. Ia ingin menangis mendengar perkataan Devan yang sangat jahat namun ia tidak bisa.
"Aku bakalan tidur di tempat lain, kode apartemen aku masih sama, kalau mau tinggal disini dulu silahkan pergi juga silahkan." Ucap Devan , pria itu berdiri.

"Dev, kamu kok jadi kaya gini sama aku?" ucap Kayla, Devan terdiam sejenak.

"Aku lagi ngga mau berdebat," ucap Devan pria itu kemudian pergi, dan menutup pintu apartemen.

Kayla meremas beberapa obat di genggamannya, ia menangis.

BERTAHAN TERLUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang