6

2.2K 174 20
                                    

Happy reading and sorry for typos !






































Mata bulat itu mengerjap pelan, membuka kelopak matanya menampilkan manik nya yang indah. Menatap tepat kearah dada bidang di depannya, mendongakkan kepalanya dan melihat Johnny yang masih tertidur pulas sembari memeluk tubuh mungilnya erat. Nafas lelaki tampan itu terlihat teratur.

Archie mencoba melepaskan rangkulan lengan Johnny pada pinggangnya dengan perlahan, tak mau membuat Johnny terbangun. Dengan pelan lengan kekar tersebut sudah tidak menimpa pinggang kecilnya lagi.

Mendudukkan tubuh kecilnya dan menatap jam dinding yang ternyata masih menunjukkan pukul dua dini hari.

"Haauuss" lirih Archie pelan saat merasakan tenggorokannya yang kering.

Tangannya ia bawa untuk mengambil tumbler pororo kesukaannya yang berada di atas nakas, tetapi saat tergapai dapat Archie rasakan bahwa tumbler itu sangat ringan. Yang berarti isi didalamnya habis.

Mendengus pelan, menatap kearah pintu kamar yang terlihat sangat jauh dari ranjang tempatnya terduduk. Wajar saja karna ranjang besar itu terletak di tengah ruangan.

Dengan perlahan beranjak dari ranjang sembari memeluk tumbler pororo itu, menggunakan sandal bulu dengan karakter yang sama lalu berjalan dengan pelan kearah pintu kamar.

Membuka pintu itu dengan perlahan, manik bulatnya menatap Johnny yang masih tertidur lelap tidak terganggu dengan suara bising engsel pintu.

Lalu keluar dari kamar dan menutup pintunya, berjalan menyusuri lorong kamar yang dihiasi cahaya temaram dari lampu-lampu kecil pada tembok.

Bergumam pelan agar menghilangkan rasa takutnya.

"M - monstel nno nnou yya.."

Berjalan dengan sangat pelan namun pasti, akhirnya ia berada pada ujung tangga menuju ke lantai bawah, tempat dimana dapur berada. Melongokkan kepalanya kebawah dan seketika bergidik takut melihat suasana di bawah yang terlihat sangat sepi. Walaupun masih diterangi oleh lampu mahal di seluruh ruangan, tapi tak mengurangi rasa takutnya.

Karna tak bisa menahan rasa haus yang semakin menggerogoti tenggorokannya, dengan terpaksa Archie berjalan menuruni tangga panjang itu dengan perlahan. Sembari berpegangan pada lengan tangga yang terasa dingin karna suhu rumah mewah ini yang penuh dengan air conditioner.

Membutuhkan waktu yang cukup lama sampai Archie bisa menginjakkan kakinya di lantai dasar, tanpa bisa dicegah akhirnya si manis menghela nafas lega karna tak di ganggu oleh monster. Sungguh, jika bukan karna haus, Archie tidak akan mau pergi ke dapur sendirian.

Tetapi sayangnya perjalananmu masih belum selesai, manis. Archie masih harus melewati ruang keluarga, ruang tamu, ruang musik, ruang gym dan baru dapur. Sungguh, rumah ini sangat amat megah, hingga Archie rasanya tak sanggup.

Kembali menghela nafas, ia berjalan agak cepat agar bisa cepat sampai ke dapur. Melewati ruang keluarga tanpa menoleh sama sekali, bahkan ia berlari karna merasakan ketakutan yang sangat amat membuatnya sesak.

Akhirnya, pintu dapur berwarna putih itu terlihat oleh maniknya. Mempercepat gerakan lari nya dan dengan gerakan cukup kasar ia mendorong pintu tersebut hingga menimbulkan suara bising yang kontras dengan suasana malam yang sepi.

Menatap tak nyaman kondisi dapur yang dihiasi cahaya redup itu, tungkai nya ia bawa untuk berjalan kearah tempat saklar berada. Memencet semua tombolnya hingga ruangan dapur yang semula redup itu kembali terang benderang.

"Hehehe" kekeh nya pelan.

Berjalan kearah dispenser di samping kulkas dan segera mengisi tumbler miliknya itu. Setelah penuh ia menutupnya kembali, lalu mengambil sebuah gelas dan mengisinya juga dengan air lalu beranjak duduk untuk meminumnya. Kata Johnny, jika minum sembari berdiri nanti kaki nya akan meleleh dan Archie tak mau itu.

Big Boss | JohnMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang