Happy reading and sorry for typos !
Cuaca cerah tadi pagi menandak mendung saat memasuki waktu siang, dengan cepat gerimis membasahi bumi. Bau tanah yang menyegarkan mulai memasuki indera kita.
Archie tengah terduduk di dekat jendela dan menatap taman tempatnya bermain tadi tengah diguyur hujan yang lumayan lebat, tak henti-hentinya anak itu menghela nafas. Raut wajahnya terlihat kebosanan karna tak bisa bermain diluar dikala hujan.
"Archie"
Kepala itu menoleh kearah sumber suara, menatap Johnny yang tengah berjalan kearahnya dengan membawa dua cangkir di tangannya.
Ia mendudukkan tubuhnya di samping Archie dan menghulurkan gelas berisi susu hangat pada Archie. Si manis melihat terlebih dulu isi dari gelas tersebut sebelum mengambilnya, menyeruput perlahan minuman berwarna putih itu.
Johnny hanya menatap Archie dalam diam, ia juga menyantap kopi hitamnya. Merasakan hangat mengalir di tubuhnya kala merasakan minuman berwarna pekat itu.
Archie menatap gelas yang ia pegang, melihat karakter dari salah satu film kartun yang berada di gelas tersebut.
"Oni, a - ppa?" tanya nya pelan sembari menunjuk kearah gambar yang ia maksud.
Johnny menatap kearah gambar yang di tunjuk oleh jemari mungil itu, setelahnya kembali menatap Archie.
"Pororo" jawabnya singkat.
"Eung? P - lolo?" ujar Archie. Ia kesulitan mengucapkan 'Pororo'.
Johnny yang mengetahui bahwa Archie sulit menyebut kata 'Pororo' pun hanya mengangguk, ia tidak mempunyai stok kesabaran yang infinity untuk mengajari Archie berucap dengan benar.
"Achi mu p - lolo.." lirih Archie sembari mengelus pelan gambar Pororo yang berada di gelas tersebut.
Johnny mengangkat sebelah alisnya mendengar gumaman Archie, berfikir jika ia akan mengajak bocah itu untuk menonton film Pororo.
"Ingin lihat Pororo?" tanya Johnny sembari meneguk minuman nya.
Archie yang mendengar itu terdiam sejenak, memprogres pertanyaan Johnny dengan otak mungilnya. Beberapa saat kemudian dia mengangguk kencang, mengiyakan ajakan Johnny untuk melihat Pororo.
"M - mu! Chi mu!" ujarnya semangat.
Johnny yang mendengar itu mengangguk pelan sembari terkekeh geli, merasa gemas dengan cara bicara Archie yang seperti balita.
Setelahnya ia bangkit dari duduknya dan menjulurkan sebelah tangannya pada Archie, dengan tak terduga Archie menyambut huluran tangan itu dengan tangan mungilnya.
Johnny tersentak pelan saat telapak tangannya menggenggam tangan Archie yang terasa sangat kecil, menatap bagaimana kontrasnya perbedaan warna kulit mereka. Johnny yang sedikit kecoklatan dengan Mark yang memiliki kulit putih bak porselan.
Lembut dan rapuh.
Johnny merasa jika ia sekarang memiliki tanggung jawab untuk melindungi Archie dari segala marabahaya, dan tentu saja dari James sendiri. Ia tak yakin jika James akan luluh dengan Archie, walaupun Johnny mengakui jika tak ada orang yang tega untuk menyakiti manusia suci seperti Archie.
Ia menarik Archie untuk berdiri dan langsung saja mengalungkan lengannya pada pinggang ramping itu, merengkuh dengan penuh keposesifan. Seakan menunjukkan kepada dunia bahwa Archie Alverda adalah milik Johnny Grayson seorang.
Archie ia giring menuju kamarnya, menaiki tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai atas. Pegangan tangan pada pinggang kecil itu tak mengendur, ia menuntun Archie menaiki satu persatu anak tangga dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss | JohnMark
Fiksi PenggemarBocah polos yang mengidap autisme harus terjebak oleh lelaki yang memiliki kepribadian ganda. Warn: BXB! JohnMark! Mark Bottom!