14

2.4K 168 14
                                    

Happy reading and sorry for typos!





























































Johnny menatap tanpa ekspresi kedalam ruangan inap Archie, ia dapat melihat disana Archie yang tengah bermain dengan sebuah boneka bayi singa ditemani suster lelaki.

Pundak itu sesekali berjengit pelan kala sesenggukan kembali hadir.

Dua jam yang lalu si manis sudah sadar kembali dan ketika Archie tersadar bahwa dirinya berada didalam ruangan tersebut bersama Johnny, langsung saja ia menangis kencang sembari berusaha mendorong Johnny yang mencoba menenangkannya.

Bukan hanya menangis kencang, Archie juga mengalami tantrum hebat. Ia menggerakkan tubuhnya acak agar terbebas dari sentuhan Johnny yang tengah khawatir melihat tingkahnya, Archie juga memukul kepalanya berulang kali hingga menimbulkan suara keras.

Karna Johnny yang tak bisa menenangkan Archie yang tantrum, dengan sigap ia menekan tombol di samping ranjang dan beberapa menit kemudian beberapa suster serta satu dokter masuk ke dalam ruangan guna menenangkan si manis.

Dan Johnny menunggu diluar hingga sekarang, hanya dengan melihat perilaku Archie, ia sudah dapat menyimpulkan satu hal. Kenyataan terburuk yang pernah ia terima, yaitu Archie yang trauma padanya.

Ucapan Chris kembali terngiang-ngiang di kepalanya. Benar kata pria Aussie itu, harusnya ia melawan James agar tak menguasai tubuhnya, ia mencintai Archie tapi ia belum memiliki kekuatan yang kuat untuk melawan James.

"Tuan Johnny?"

Johnny tersentak dari lamunannya, ia menatap seorang dokter yang menjadi penanggung jawab Archie.

"Ya?"

Dokter lelaki itu tampak berdehem sebentar sebelum berujar pelan.

"Saya rasa Anda sudah tau kondisi anak anda-"

"Dia kekasihku."

Dokter tersebut tampak terkejut hingga tersedak pelan.

"Eh?"

"Archie, dia kekasihku" ulang Johnny.

Dengan canggung sang dokter mengangguk pelan.

"A-ah iya. Maksud saya keadaan kekasih anda, saran saya kondisi ananda Archie perlu di periksa ke psikiater terlebih dahulu" ujar dokter tersebut.

Johnny mengangguk pelan, ia berdehem sebentar.

"Iya" singkatnya.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi"

Johnny berdehem singkat menanggapi pamitan sang dokter, setelah dokter tersebut pergi dan disusul oleh beberapa suster yang tadi menemani Archie, Johnny memasuki ruang inap si manis.

Archie yang masih terfokus dengan mainannya itu tidak sadar kalau Johnny tengah berjalan mendekati ranjangnya. Dengan gerakan pelan Johnny mengusap surai halus itu membuat Archie yang tengah terfokus berjengit pelan.

"Uh!?"

Si manis mendongak guna melihat pelaku yang mengusap lembut kepalanya, ketika mengetahui kalau itu adalah Johnny sontak tubuh kecil itu bergetar pelan.

Johnny yang melihat itu hanya diam, ia masih terus mengusap surai itu dengan lembut walaupun ia dapat melihat tatapan dengan pancaran ketakutan yang sangat amat yang ditunjukkan padanya.

"Archie" panggilnya lembut.

Archie masih terdiam, maniknya seolah terpaku dengan sosok di depannya ini. Tanpa bisa di tahan air mata mulai mengaliri pipi tembam itu, menimbulkan sungai kecil di wajah si manis yang memerah karna tangis.

"Hiks! O - oni.. hiks" isakan itu terdengar begitu menyayat hati.

Johnny berdehem pelan, ia menampilkan senyuman manisnya agar Archie tak ketakutan.

"Ya? Kenapa, hm? Apa Archie takut?" tanya nya lembut.

Dengan gerakan patah-patah, Archie mengangguk pelan, membenarkan pertanyaan Johnny.

"Kenapa? Apa aku membuatmu takut?" tanya Johnny lagi.

Archie kembali mengangguk dengan takut-takut, kedua tangannya yang saling bertautan itu meremas satu sama lain guna menyalurkan rasa ketakutannya.

"Kenapa?" tanya Johnny sekali lagi.

Bukannya menjawab, Archie dengan tiba-tiba menangis keras membuat Johnny sedikit tersentak. Dapat ia lihat tubuh kecil itu bahkan bergetar hebat karna tangisannya.

"Hei hei! Tenanglah- Archie!" sentak Johnny.

Johnny terkejut saat Archie mulai memukulkan mainan berbahan plastik keras itu pada kepalanya sendiri, bahkan hingga menimbulkan suara yang membuat Johnny ngilu.

Dug!

Dug!

Dug!

"Archie!"

"AAARKKHHH!! PELGIII!!"

Teriakan itu keluar dengan keras dari bibir si manis, Archie menatap Johnny dengan manik yang memancarkan kengerian yang mendalam, menatap Johnny seakan pria itu adalah monster yang akan melukainya.

Johnny tak menghiraukan tatapan mata itu, Ia berusaha melepaskan mainan itu yang di genggam erat oleh Archie.

"Archie!" sentak Johnny.

Akhirnya ia dapat mengambil mainan berbahan plastik keras tersebut lalu langsung membuangnya jauh, ia juga langsung menggusur mainan yang ada diatas ranjang bahkan beberapa boneka.

Merasakan senjatanya yang direnggut tak membuat Archie diam, ia kembali memukuli kepalanya menggunakan kepalan tangan kecilnya.

"AARRGHH HIKS CCAKIIT!!"

Johnny mencengkram erat kedua pergelangan si manis, ia memaksa Archie untuk menatapnya.

"Archie! Look at me!" bentaknya.

Archie menatap Johnny dengan manik bulatnya dan basah oleh air mata, pancaran ketakutan dan luapan emosi yang tak terkendali dapat Johnny liat dalam manik favoritnya itu.

"Tenangkan dirimu, lepaskan ini"

Johnny mencoba melepaskan cengkraman Archie di rambutnya sendiri, bahkan beberapa helainya rontok.

"Johnny! Sialan! Lebih baik kau panggil dokter!"

"Shit! Lihatlah wajah itu, membuatku terangsang.. Oh, Damnit!"

"Hiks hiks- kacian.. joni.."

Suara-suara didalam kepalanya membuat Johnny muak, ia menajamkan tatapannya pada Archie. Mencoba memberitahukan kalau ia adalah yang berkuasa disini.

"Archie, tenang." ujar Johnny sembari mengulas senyuman tipis.

Lalu tiba-tiba tatapan yang semulanya penuh ketakutan itu berubah menjadi tatapan linglung. Johnny mengguncangkan tubuh kecil itu pelan saat manik Archie memancarkan kekosongan.

"Sayang! Archie!?"

Bruk!

Setelahnya Archie jatuh tak sadarkan diri di rengkuhan Johnny. Sang dominant menghela nafasnya pelan, kepalanya berdenyut keras, menimbulkan sensasi memuakkan.

"Aku bilang apa hah!? Lihat! Kesayanganku pingsan!"

"Yahh.. kenapa si manis itu pingsan? Ck, lemah sekali"

"Uh? Bobo?"

Johnny mengumpat keras saat suara-suara itu kembali terdengar, seolah terngiang-ngiang didalam kepalanya.

"DIAMLAH!"

Hening.

Setelahnya hening, hanya terdengar suara deru nafas Johnny dan bunyi AC. Johnny menghela nafasnya kasar, ia kembali membaringkan tubuh Archie pada ranjang, menyelimuti si manis dan mengecup keningnya sekilas.

Ia mengambil handphone nya untuk menghubungi Chris, pada akhirnya ia butuh psikiater itu.


























TBC!!
Pair/couple 3some fav kalian apa nih?

Big Boss | JohnMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang